DepartemenPerkembangan Teroris

P.B.B. meminta perusahaan Internet untuk membantu memerangi terorisme internasional

THE ASSOCIATED PRESS

Panel P.B.B. telah menyerukan kepada perusahaan Internet dan media sosial untuk merespons eksploitasi layanan mereka yang dilakukan oleh Al-Qaeda dan kelompok ekstremis lain yang menggunakan Web untuk merekrut pejuang dan menyebarkan “propaganda yang semakin mengerikan.”

Panel tersebut merekomendasikan agar perusahaan-perusahaan ini memberikan pengarahan kepada komite Dewan Keamanan P.B.B. yang memantau sanksi terhadap Al-Qaeda, afiliasinya, dan Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) pada langkah-langkah yang diambil perusahaan untuk mencegah eksploitasi tersebut.

“Sebuah tren mengkhawatirkan selama setahun lalu adalah perkembangan teror digital definisi tinggi: penggunaan propaganda, terutama oleh [ISIL] dan simpatisannya, untuk menyebarkan ketakutan dan mempromosikan ideologi menyimpang mereka,” ungkap panel para ahli yang memantau sanksi terhadap kelompok ekstremis dalam sebuah laporan kepada Dewan Keamanan.

Dikatakan bahwa skala aktivitas digital terkait dengan ISIL, dan pada tingkat lebih rendah beberapa afiliasi Al-Qaeda, memiliki implikasi strategis sehubungan dengan bagaimana ancaman dari para ekstremis akan berkembang dalam beberapa tahun mendatang, “terutama di antara diaspora pejuang teroris asing yang beragam, tersebar, dan belum tentu didemobilisasi.”

Ketika merekomendasikan agar perusahaan Internet dan media sosial memberikan pengarahan kepada komite sanksi, panel tersebut mengatakan: “Skala ancaman digital terkait dengan radikalisasi, bersama-sama dengan kebutuhan untuk tindakan bersama dalam melawan ekstremisme kekerasan, menyerukan tindakan lebih lanjut oleh Dewan Keamanan.”

Dampak Internet pada kelompok ekstremis adalah salah satu segi yang disorot dalam laporan tersebut, yang mencakup ancaman global yang ditimbulkan oleh Al-Qaeda, afiliasinya, dan ISIL.

Panel tersebut mencatat bahwa selagi kelompok-kelompok ini menimbulkan ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional, “mereka masih membunuh dan melukai jauh lebih sedikit orang daripada perang, bencana atau kecelakaan lalu lintas.”

Meskipun demikian, dikatakan bahwa Al-Qaeda, kaki tangannya, dan ISIL masih membunuh ribuan, dan dalam beberapa bulan terakhir ini jatuhnya korban jiwa akibat serangan oleh kelompok-kelompok ekstremis tersebut “telah sangat besar.” Ekstremis telah melakukan pengeboman besar, pembunuhan, dan mengeksploitasi beberapa juta orang di Irak, Suriah, dan untuk jumlah yang lebih rendah tetapi masih tetap signifikan yaitu di bagian-bagian Afganistan, Libia, Nigeria, Somalia, dan Yaman, demikian kata laporan itu.

Panel itu mengatakan bahwa Al-Qaeda tetap dibayangi oleh perhatian yang diberikan oleh kelompok sempalannya, ISIL, yang mengontrol sebagian besar wilayah Suriah dan Irak. Pengaruh pemimpin Al-Qaeda Ayman al-Zawahiri pada afiliasinya tampaknya melemah, demikian ungkap laporan tersebut, dan posisi keuangan Al-Qaeda masih tidak menentu dibandingkan dengan ISIL.

Panel itu mengatakan bahwa ISIL “dapat mengklaim telah mencapai apa yang tidak pernah dilakukan oleh Al-Qaeda: pembangunan entitas teritorial melalui kekerasan teroris.”

Laporan itu juga mengatakan bahwa Al-Qaeda dan afiliasinya masih menjadi ancaman serius di banyak bagian dunia.

Mereka telah menjadi lebih terlihat dan aktif di Afganistan pada tahun 2015. Kelompok yang terkait dengan Al-Qaeda telah meningkat jumlahnya di Asia Selatan dan Asia Tengah. Al-Shabaab, afiliasi Al-Qaeda di Somalia, tetap menjadi ancaman keamanan utama di Tanduk Afrika.

Libia Selatan tetap menjadi “tempat perlindungan” bagi ekstremis untuk merencanakan serangan di kawasan Maghreb dan Sahel, dan para ahli mengatakan mereka telah mendapatkan informasi bahwa senjata anti-pesawat dan sistem pertahanan udara portabel berada di tangan kelompok ekstremis itu.

Boko Haram telah memperluas serangan mematikannya ke Kamerun, Cad, dan Niger, tapi panel tersebut mengatakan bahwa kemampuan organisasi ini untuk mempertahankan kontrol jangka panjang pada kawasan lebih dari 20.000 kilometer persegi di timur laut Nigeria “akan membutuhkan persenjataan berat, akses ke sumber daya alam, dan beberapa kemampuan untuk mempertahankan populasi lokal.”

Dikatakan bahwa jaringan ekstremis yang berbasis di Indonesia yaitu Jemaah Islamiyah tampaknya hidup kembali dan merekrut para profesional, termasuk insinyur dan spesialis informasi, yang dapat menimbulkan “ancaman jangka panjang yang signifikan” bagi Asia Tenggara.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button