Cerita populer

Negara-negara Indo-Pasifik berfokus pada perang anti-kapal selam seiring berkembangnya armada RRT

Joseph Hammond

Armada kapal selam Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang semakin canggih berkeliaran lebih jauh dari sebelumnya sehingga membuat berbagai negara di Indo-Pasifik menanggapinya dengan meningkatkan kemampuan perang anti-kapal selam mereka.

“Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) sedang menjalankan program pembuatan kapal besar-besaran. Jika program ini berlanjut,” ungkap Laksamana Harry B. Harris Jr., komandan Komando Indo Pasifik A.S. (INDOPACOM) saat itu, kepada Kongres pada tahun 2018, “Tiongkok akan melampaui Rusia sebagai Angkatan Laut terbesar kedua di dunia pada tahun 2020, ketika diukur dalam hal jumlah armada kapal selam dan kapal kelas fregat atau lebih besar.”

Meskipun belum dikonfirmasi apakah RRT telah mengerahkan persenjataan nuklir di kapal selamnya, Beijing telah mengembangkan kemampuan itu, demikian menurut Reuters. Kapal selam Tiongkok juga menempuh perjalanan lebih jauh ke kawasan lain, melakukan tujuh pelayaran ke Samudra Hindia antara tahun 2014 dan 2018. (Foto: Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok memamerkan kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir ini selama pameran militer di Laut Cina Selatan pada tahun 2018.)
Australia, Jepang, Korea Selatan, dan A.S. mengantisipasi perkembangan situasi ini dengan menyelenggarakan latihan angkatan laut bersama pertama mereka pada Mei 2019 yang dikenal sebagai Pacific Vanguard 19. Setelah menyelesaikan latihan itu, kapal perang Jepang dan A.S. melakukan pelatihan bilateral tambahan, yang mencakup komponen perang anti-kapal selam (anti-submarine warfare – ASW) yang signifikan. Jepang juga baru-baru ini melakukan latihan serupa dengan Angkatan Laut India.

“Tentu saja, ASW merupakan salah satu prioritas pembelanjaan pertahanan bagi Jepang ketika Anda melihat berbagai hal yang mereka belanjakan dan kembangkan seperti kemampuan P-3C [pesawat terbang ASW],” ungkap analis pertahanan Rand Corp. Jeffrey Hornung kepada FORUM. “Tahun lalu, mereka menandatangani kesepakatan untuk membeli RQ-4 Global Hawk, sebuah drone udara yang memiliki berbagai potensi aplikasi ASW. Kapal perusak pengangkut helikopter mereka, yang memainkan peran penting dalam upaya ASW Jepang, dapat dilengkapi dengan F-35B setelah pengumuman pembelian ini baru-baru ini” selama kunjungan Presiden A.S. Donald Trump.

Kendaraan tak berawak, termasuk varietas udara dan bawah laut, merupakan alat bantu yang semakin penting dalam operasi ASW.

Pada tahun 2018, Angkatan Laut A.S. melakukan pelayaran tak berawak dari Hawaii ke San Diego menggunakan Sea Hunter, prototipe kapal permukaan air pemburu kapal selam otonom, demikian menurut Leidos Defense Group, produsen Sea Hunter. Leidos baru-baru ini diberikan kontrak untuk mengembangkan Sea Hunter II oleh Kantor Penelitian Angkatan Laut A.S.

Dalam jangka pendek, berbagai negara berinvestasi dalam sistem ASW teruji seperti helikopter dan kapal patroli. Boeing telah menerima banyak pesanan untuk pesawat terbang pengawas maritim Poseidon P-8A dari Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, Inggris, dan A.S., demikian yang dilaporkan produsen pesawat terbang itu.

India sudah mengoperasikan P-8 dan sekarang sedang membuat dan mendapatkan helikopter yang mampu melakukan misi ASW. Sebuah langkah besar telah diambil untuk meningkatkan kemampuan India pada April 2019 ketika Departemen Luar Negeri A.S. melaporkan persetujuannya atas penjualan 24 helikopter maritim MH-60R yang mampu melakukan berbagai misi ASW. Kontrak itu dilaporkan bernilai 37,21 triliun rupiah (2,6 miliar dolar A.S.).

Proses penawaran lainnya sedang berlangsung untuk helikopter yang berfokus pada ASW bagi Korea Selatan. Lockheed Martin bersaing dengan Leonardo S.p.A. untuk mendapatkan kontrak senilai 11,5 triliun rupiah (804 juta dolar A.S.).

Filipina juga meningkatkan kemampuan ASW-nya. Pada Mei 2019, Angkatan Laut Filipina mendapatkan dua helikopter anti-kapal selam Leonardo AW-159 Wildcat yang akan digunakan pada dua kapal fregat rudal baru kelas Jose Rizal. “Dua helikopter AW-159 itu, begitu terintegrasi dengan sepenuhnya ke dalam kapal fregat rudal itu, akan memperluas jangkauan perang anti-kapal selam yang dimiliki kapal fregat tersebut, di samping menyediakan kemampuan bagi kapal itu untuk melakukan penargetan dan pengawasan di atas cakrawala,” demikian yang dilaporkan PNA, kantor berita pemerintah Filipina.

Joseph Hammond merupakan kontributor FORUM yang berbasis di London. Dia baru-baru ini kembali dari perjalanan pelaporan di kawasan Indo-Pasifik.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button