Cerita populer

Menteri pertahanan Jepang dan Vietnam berupaya memperoleh resolusi damai atas ekspansi RRT di Laut Cina Selatan

Staf FORUM

Menteri pertahanan dari Jepang dan Vietnam sepakat untuk bekerja sama pada Mei 2019 untuk melawan agresi Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di Laut Cina Selatan, demikian yang dilaporkan berbagai layanan telegram Jepang.

Menteri Pertahanan Jepang Takeshi Iwaya dan Menteri Pertahanan Vietnam Jenderal Ngo Xuan Lich bertemu di Hanoi selama tiga hari pada awal Mei 2019 untuk mengembangkan diskusi pertahanan yang diprakarsai dalam beberapa tahun terakhir ini. Iwaya menjabarkan prioritas Jepang, yang diperinci oleh negara itu dalam pedoman program pertahanan nasionalnya yang diterbitkan pada Desember 2018. Jepang secara eksplisit mengidentifikasi ekspansionisme dan kegiatan agresif Tiongkok, seperti pembangunan pulau buatan dan fasilitas militer pada fitur-fitur di Laut Cina Selatan, sebagai “keprihatinan serius bagi kawasan itu termasuk Jepang dan bagi masyarakat internasional.” Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam semuanya mengajukan klaim atas beberapa bagian Laut Cina Selatan, yang diklaim hampir seluruhnya oleh RRT.

“Jepang berharap untuk memperdalam hubungan dengan Vietnam di era Reiwa,” ungkap Iwaya kepada Lich selama pembicaraan tersebut, demikian menurut surat kabar The Japan Times. Jepang memasuki era kekaisaran baru pada awal Mei setelah Kaisar Naruhito naik takhta.

Lich memberikan balasan serupa atas sentimen Iwaya, dengan mengatakan bahwa dia berharap kunjungan itu, yang telah dijadwalkan sebagai tindak lanjut dari pertemuan mereka pada Juni 2018, akan “berkontribusi untuk mendorong ikatan pertahanan bilateral ke tahap baru,” demikian yang dilaporkan surat kabar itu. (Foto: Menteri Pertahanan Vietnam Jenderal Ngo Xuan Lich, kiri, menghadiri KTT keamanan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara di Singapura pada Oktober 2018.)

Jepang dan Vietnam telah menikmati hubungan diplomatik selama lebih dari 45 tahun dan berupaya meningkatkan porsi keamanan kerja sama mereka dalam beberapa tahun terakhir ini. Pada tahun 2018, mereka menandatangani perjanjian untuk memperkuat ikatan pertahanan mereka. Mereka juga telah melakukan latihan gabungan angkatan laut, kunjungan pelabuhan, dan setuju untuk meningkatkan kegiatan pasukan penjaga pantai. Misalnya, kapal selam Pasukan Bela Diri Maritim Jepang Kuroshio mengunjungi Pelabuhan Internasional Cam Ranh di Kham Hoa pada September 2018 selama beberapa hari.

Setelah diskusi pertahanan Hanoi pada awal Mei 2019 itu, kedua menteri pertahanan juga menandatangani nota kesepahaman untuk meresmikan rencana kerja sama industri pertahanan kedua negara. Majalah online The Diplomat melaporkan bahwa kedua negara itu besar kemungkinan akan bekerja sama dalam memberikan bantuan bencana dan bantuan kemanusiaan serta dalam meningkatkan keamanan siber dan maritim serta melanjutkan upaya untuk menggabungkan sumber daya untuk pelatihan, teknologi informasi, kedokteran militer, dan operasi pemeliharaan perdamaian P.B.B.

Iwaya juga menekankan perlunya menegakkan sanksi P.B.B. terhadap Korea Utara untuk memungkinkan denuklirisasi rezim itu. The Japan Timesmelaporkan bahwa Iwaya juga meminta dukungan Vietnam untuk mengatasi penculikan warga negara Jepang di masa lalu yang dilakukan oleh Korea Utara.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button