Tajuk Utama

Menjaga Perdamaian

Sri Lanka muncul sebagai penjaga perdamaian global, Kepala Angkatan Darat Letjen Mahesh Senanayake menyampaikan kepada FORUM

Staf FORUM | foto dari AFP/GETTY IMAGES

Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena menunjuk Mahesh Senanayake sebagai Kepala Angkatan Darat pada Juni 2017, dan pada saat itu pangkatnya juga dinaikkan menjadi letnan jenderal.

Senanayake berpartisipasi dalam hampir setiap operasi Pembebasan Macan Tamil Eelam (LTTE) yang melibatkan pasukan keamanan Sri Lanka, menghabiskan 30 tahun dalam pertempuran. Ia diakui berkat kegagahan dan keberaniannya dalam menghadapi musuh. Untuk pelayanannya, ia diberi penghargaan Rana Wickrama Padakkama untuk tindakan keberanian dan kepahlawanan individual dalam pertempuran yang dilakukan atas inisiatif tentara sendiri; Rana Soora Padakkame beberapa kali untuk tindakan perilaku terhormat individual dalam menghadapi musuh selama penempatan militer; dan Uththama Seva Padakkma untuk dedikasi pada tugas dengan setidaknya 15 tahun pelayanan berkelanjutan dengan catatan disiplin dan pelayanan yang sempurna.

Senanayake lulus dari Ananda College di Kolombo dan bergabung dengan Angkatan Darat Sri Lanka pada Oktober 1981. Setelah menyelesaikan pelatihannya, ia bergabung dengan Korps Insinyur. Ia juga memiliki gelar sarjana teknik sipil dari Universitas Jawaharlal Nehru, India, dan merupakan lulusan U.S. Army Command and General Staff College.

Prajurit Sri Lanka berpartisipasi dalam misi pemeliharaan perdamaian P.B.B. di Haiti, membantu mendistribusikan perlengkapan pemilu pada tahun 2006.

Sepanjang karier militernya, ia telah meraih banyak tanda kehormatan dan memegang jabatan komando, staf, dan instruksional. Ia menjabat sebagai komandan pusat resimen dari Resimen Pasukan Khusus, komandan Brigade Infanteri 211-Vavuniya, komandan Brigade Pasukan Khusus, dan komandan umum Divisi 52 di Varani, Jaffna. Selain itu, ia juga melakukan tugas penunjukan staf, termasuk Kantor Staf Kolonel Jenderal di Divisi 52 dan Staf Brigadir Jenderal di Markas Besar Pasukan Keamanan di Jaffna selama periode yang paling kritis dalam perang. Ia juga menjabat dalam peran kepemimpinan di Army Command and Staff College di Sapugaskanda.

Pada tahun 2016, ia ditunjuk sebagai komandan Pasukan Keamanan-Jaffna dan memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap pemukiman kembali pengungsi di semenanjung itu. Masyarakat dan pemerintah mengakui pelayanannya yang tak tertandingi bagi proses rekonsiliasi. Pada Maret 2017, ia ditunjuk sebagai kepala staf Angkatan Darat Sri Lanka. Ia juga menjabat sebagai kolonel Resimen Pasukan Khusus.

Menurut Anda apa kesuksesan terbesar Angkatan Darat Sri Lanka?

Setelah berhasil mengakhiri perang saudara selama 30 tahun pada 2009, kami mengurangi terorisme di tanah air dan telah mengembangkan teori baru, strategi cara memerangi terorisme. Kami berada di tahun ke-9 sejak gencatan senjata dan tidak mengalami satu pun ledakan perang di tanah air.

Menurut Anda mengapa pendekatan Anda untuk mempertahankan perdamaian begitu sukses?

Kami menggunakan rencana yang sangat komprehensif dan telah bekerja sangat keras untuk mengintegrasikan mantan pemberontak dalam masyarakat. Kami menggunakan gabungan konsep “5R,” yang merupakan singkatan dari rehabilitasi, rekonstruksi, reintegrasi, resettlement (pemukiman kembali), dan rekonsiliasi. Jadi, Angkatan Bersenjata sebagai energi terbesar di balik strategi ini terlibat sepenuhnya dalam konsep ini yang membawa negara menuju normalitas.

Bagaimana Anda menggambarkan peran Sri Lanka untuk masa depan dalam menjaga keamanan di kawasan Indo-Pasifik?

Penting bagi Sri Lanka untuk tetap damai demi keamanan regional, dan penting bagi kawasan ini untuk tetap damai. Pembangunan ekonomi dan perdamaian regional saling melengkapi. Kami telah membentuk kemitraan penting dengan banyak negara di kawasan ini. Misalnya, India dan Pakistan merupakan dua mitra utama. Kami, sebagai mitra netral, akan menjadi aktor terbaik di kawasan ini untuk menghubungkan Pasifik melalui Sri Lanka. Penting halnya untuk mempertahankan dialog dengan negara-negara ini dan secara internal. Di Sri Lanka, Kantor Kepala Pertahanan menghubungkan Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara di trimatra tersebut dari tahap perencanaan itu sendiri dan mengoordinasikan latihan bersama bilamana kami terlibat.

Bisakah Anda menyampaikan lebih lanjut tentang peran Sri Lanka dalam operasi pemeliharaan perdamaian internasional?

Sri Lanka telah menyumbangkan pasukan untuk berbagai misi pemeliharaan perdamaian P.B.B. selama bertahun-tahun ke negara-negara seperti Republik Demokratik Kongo, Haiti, Lebanon, Mali, Sudan Selatan, Timor Leste, dan Sahara Barat. Dalam beberapa tahun terakhir, kami telah berusaha meningkatkan komitmen kami terhadap misi tersebut. Saat ini, kami mendukung misi di Republik Afrika Tengah, Lebanon, dan Sudan Selatan. Kami memasok berbagai kapabilitas pasukan seperti insinyur, pengamat, dan petugas staf. Misalnya, di Sudan Selatan, kami mengawasi rumah sakit Level II.

Perubahan apa yang ada di depan Angkatan Darat Sri Lanka, mengingat bahwa perang saudara telah lama berakhir?

Sekarang kami punya 200.000 Tentara di Angkatan Darat. Kami telah mengumumkan rencana untuk tahun 2020 dan 2025, namun itu tidak berarti kami akan melakukan perampingan, meski jumlahnya mungkin bergeser. Ini akan mengarah pada ukuran yang tepat untuk menjaga integritas negara yang berlaku untuk tiap cabang Angkatan Darat, insinyur artileri. Kami menggunakan Angkatan Darat untuk membantu membangun kembali negara kami. Kami juga akan meningkatkan kontribusi terhadap pemeliharaan perdamaian P.B.B.

Anggota tim penyelamat Angkatan Darat Sri Lanka membawa seorang wanita ke tempat yang aman melalui genangan banjir di pinggiran kota Kaduwela di luar ibu kota, Kolombo, pada bulan Mei 2016.

Bisakah Anda menyampaikan lebih lanjut tentang peran Angkatan Darat dalam membangun kembali negara pascakonflik?

Angkatan Darat merupakan bagian yang sangat besar dari keterlibatan Sri Lanka dengan masyarakat. Untuk memengaruhi masyarakat, kami membantu masyarakat untuk memastikan kami tidak berperang lagi. Dalam arti yang lebih luas, kami telah membagi Angkatan Darat menjadi tiga pasukan. Yang pertama adalah untuk mempertahankan pasukan tempur yang berlatih untuk perang. Pasukan kedua adalah untuk membangun bangsa. Kami dapat berbakti kepada negeri melalui proyek konstruksi, pertanian, dan irigasi. Kami memperbaiki sistem dan membangun kembali negara untuk berbakti dalam hal tiap Prajurit menjadi ahli bukan di infanteri tetapi di industri. Divisi ketiga adalah untuk mengelola Angkatan Darat serta olahraga, dan memimpin proses pembangunan bangsa. Angkatan Darat telah ikut serta dalam pertandingan atletik selama 22 tahun. Melalui ketiga divisi ini, kami berharap tenaga kerja Sri Lanka akan dipimpin oleh Angkatan Darat karena mereka memiliki disiplin dan pelatihan untuk mewujudkannya. Kami berharap untuk mengembangkan kapasitas bangsa dengan cara ini.

Apa yang Anda lihat sebagai tantangan keamanan terbesar yang dihadapi Sri Lanka?

Kami beralih dari pasukan berbasis ancaman menuju pasukan berbasis kapasitas. Kami akan mempertahankan kekuatan pasukan, pelatihan, dan mempersiapkan peralatan untuk menghadapi segala kemungkinan, agresi internal atau eksternal, dan bencana alam. Kami juga mempersiapkan diri terhadap ancaman yang tidak konvensional seperti perdagangan narkoba, penyelundupan manusia, perang siber; itulah ancaman baru yang akan kami hadapi. Kami juga bersiap untuk situasi tumpahan dari negara lain, sebagai negara kepulauan, sebuah pulau untuk transit. Kami dapat digunakan sebagai titik peluncuran untuk ancaman yang tidak konvensional. Terdapat kebanyakan negara-negara Muslim di Timur, yang jumlahnya cukup banyak.

Sri Lanka terbuka. Kami adalah destinasi wisatawan, jadi siapa pun bisa masuk dan menggunakannya untuk aktivitas tersebut. Itulah salah satu alasan kami sangat tertarik dengan perang siber. Di bawah menteri pertahanan, unit siber dibentuk di semua trimatra untuk operasi bersama. Tidak hanya akan ada operasi bersama di seluruh matra, tetapi semua instansi pemerintah bekerja sama untuk mengatur unit tersebut.

Memang benar bahwa kami tidak memiliki masalah saat ini, tetapi itu adalah ancaman yang akan kami hadapi.

Menurut Anda apa pesan yang dapat kita ambil dari simposium dan pameran Land Forces of the Pacific (LANPAC) tahunan keenam yang diselenggarakan pada 22-24 Mei 2018, di Honolulu, Hawaii?

Pertemuan itu menekankan pentingnya operasi gabungan dan operasi multilateral. Tantangan dan situasi saat ini begitu kompleks sehingga tidak ada satu negara yang bisa memiliki solusi untuk hal itu. Jadi, solusinya harus multilateral untuk menangani masalah regional dan global.

Kami meyakini perang bersama, tetapi dengan pendekatan multilateral, ada tantangan terhadap hal itu. Perang merupakan perluasan politik dalam banyak hal. Agenda politik berbagai negara dapat mengganggu. Tanpa memahami perdamaian sesungguhnya yang hendaknya dinikmati masyarakat, mereka menghasilkan ideologi sendiri. Mereka mungkin tidak bekerja sama dengan cara yang kita pikirkan, khususnya dalam hal berbagi intelijen. Jika intelijen tidak dibagikan dalam arti nyata, itulah tantangan nyata yang akan dihadapi setiap angkatan bersenjata. Bukan hanya bagian pelatihan bersama yang menantang, tetapi juga masalah intelijen manusia. Ini adalah persoalan edukasi masyarakat untuk memahami bahwa kita adalah manusia, orang yang terbagi menurut kasta, agama, dan sebagainya. Mereka menyadari dan mendapatkan edukasi mengenai pentingnya kerja sama regional demi keamanan.

Kami memahami pentingnya Komando Indo-Pasifik A.S. sebagai orang Sri Lanka — kami sungguh mengerti sebagai sebuah negara. Kami sangat menantikan kerja sama dengan Komando Indo-Pasifik A.S.

Apakah ada hal lain yang ingin Anda sampaikan kepada pembaca FORUM?

Kami meyakini bahwa tetangga kami adalah teman kami. Kami ingin memastikan bahwa tetangga kami berteman dan berhasrat untuk memastikan tiap negara adalah teman dan memiliki keyakinan bahwa semua tetangga kami dapat bekerja sama. Sangat penting halnya untuk meluangkan waktu untuk memastikan semua tentara di kawasan ini berteman dan bahwa mereka benar-benar memahami pentingnya pendekatan multilateral.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button