Cerita populer

Laporan mengidentifikasi pangkalan operasi rudal yang tidak diungkapkan di Korea Utara ketika rezim itu menguji senjata baru

Staf FORUM

Korea Utara terus mempertahankan kira-kira 20 pangkalan operasi rudal yang tidak diungkapkan, dan kelompok cendekiawan A.S. mengatakan bahwa pihaknya telah mengidentifikasi setidaknya 13 pangkalan. Sakkanmol, sebuah lokasi yang diidentifikasi berada di dekat perbatasan dengan Korea Selatan, tampaknya “aktif dan dipelihara dengan baik,” ungkap laporan itu.

(Foto: Stasiun berita televisi menyiarkan gambar pembongkaran lokasi uji coba nuklir Punggye-ri di Korea Utara. Korea Utara mengatakan bahwa pihaknya telah menghancurkan satu-satunya lokasi uji coba nuklirnya yang diketahui pada Mei 2018.)

Laporan Center for Strategic and International Studies (CSIS) mengatakan bahwa perbaikan infrastruktur dan pemeliharaan lainnya telah terjadi di fasilitas ini di tengah negosiasi yang sedang berlangsung untuk denuklirisasi Korea Utara.

“Meskipun beberapa informasi yang digunakan dalam persiapan studi ini pada akhirnya terbukti tidak lengkap atau salah, studi ini diharapkan dapat memberikan pandangan sumber terbuka baru dan unik ke dalam topik yang mungkin dikembangkan pihak lain,” tulis laporan pada November 2018 itu.

Dalam beberapa hari setelah diterbitkannya laporan CSIS, muncul berita bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengawasi pengujian “senjata taktis ultramodern yang baru dikembangkan,” sehingga membuat para analis bertanya-tanya apa lagi yang bisa disembunyikan oleh rezim itu dan pesan apa yang ingin dikirimkan Kim Jong Un.

“Mereka mencoba memberikan isyarat bahwa mereka bersedia untuk meninggalkan pembicaraan dan memulai kembali uji coba persenjataan,” ujar Adam Mount, anggota Federasi Ilmuwan Amerika, demikian menurut Voice of America News. “Berita itu menjadi kabar paling eksplisit dalam serangkaian pernyataan yang meningkat yang dirancang untuk mengirim pesan ini.”

Akan tetapi juru bicara Departemen Luar Negeri A.S. mengatakan bahwa uji coba itu tidak akan menggagalkan upaya untuk membujuk Korea Utara agar menghentikan program persenjataan nuklirnya.

“Kami tetap yakin bahwa janji-janji yang dibuat oleh Presiden [Donald] Trump dan Ketua Kim [Jong Un] akan terpenuhi,” ungkap juru bicara Departemen Luar Negeri A.S., demikian menurut Voice of America.

Beberapa laporan berita mengatakan bahwa Kim Jong Un mengunjungi Akademi Ilmu Pertahanan Korea Utara untuk mengawasi pengujian “senjata canggih” yang dikembangkan di bawah kepemimpinannya untuk melindungi wilayah Korea Utara dan meningkatkan “secara signifikan” kekuatan tempur angkatan darat Korea Utara.

Hanya sedikit yang diketahui mengenai senjata itu, tetapi para ahli mengatakan bahwa senjata itu tidak tampak seperti jenis rudal jarak jauh yang sering kali ditembakkan oleh Korea Utara. Hal yang masih harus dilihat adalah apakah Korea Utara menginginkan uji coba itu menjadi pesan yang kurang provokatif bahwa pihaknya berniat untuk terus mengembangkan persenjataan untuk membela diri.

“Mungkin Korea Utara merilis sedikit informasi dengan tujuan meningkatkan pengaruhnya dalam negosiasi yang besar kemungkinan akan terjadi di masa depan,” ungkap Han Yong-sup, profesor di Korea National Defence University, kepada surat kabar Stars and Strips. “Apa yang mereka katakan adalah, ‘Kami akan terus mengembangkan persenjataan seperti ini kecuali jika dunia luar atau A.S. mengambil tindakan yang sesuai.’”

Sehubungan dengan laporan CSIS, para peneliti dan penulisnya Joseph Bermudez, Victor Cha, dan Lisa Collins, menggunakan citra satelit untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi terpencil yang tersebar di daerah pegunungan di berbagai penjuru Korea Utara. Lokasi-lokasi ini dapat digunakan untuk semua kelas rudal balistik dari jarak pendek hingga dan termasuk rudal balistik antarbenua.

“Pangkalan operasi rudal bukan fasilitas peluncuran,” tulis Bermudez. “Meskipun rudal dapat diluncurkan dari dalam pangkalan itu dalam keadaan darurat, prosedur operasional Angkatan Darat Korea Utara (Korean People’s Army – KPA) menyerukan peluncur rudal untuk disebarkan dari pangkalan ke lokasi peluncuran yang dipersiapkan dengan secukupnya atau disurvei sebelumnya guna melaksanakan operasi.”

Pangkalan operasi rudal merupakan fasilitas permanen yang berisi markas besar unit, barak, perumahan, pemeliharaan dan penyimpanan dukungan, demikian ungkap laporan itu. Kebijakan militer Korea Utara menyatakan bahwa pihaknya tetap berada dalam keadaan perang, dan pangkalan operasi rudalnya menampilkan karakteristik yang berbeda, demikian yang diuraikan laporan itu. Di antaranya:

  • Pangkalan itu pada umumnya belum sempurna, dan kecuali untuk markas besar dan struktur budaya, memiliki sedikit bangunan besar atau jalan beraspal.
  • Dengan hanya beberapa pengecualian, pangkalan itu berada di daerah pegunungan, sering kali tersebar di dalam lembah buntu yang sempit. Ini sering mengakibatkan kurangnya langkah-langkah pengamanan fisik yang signifikan dan hanya memiliki pos pemeriksaan keamanan jalan masuk tingkat dasar.
  • Tidak menyertakan infrastruktur pendukung pertanian terkait, secara fisik pangkalan itu berukuran kecil.
  • Pangkalan itu hampir selalu terdiri dari jaringan fasilitas bawah tanah untuk menempatkan transporter-erector-launcher (TEL) atau mobile-erector-launcher (MEL) unit itu, persediaan rudal dan hulu ledak siap pakai serta kendaraan dan peralatan dukungan teknis/peluncuran lainnya.
  • Pangkalan itu bukan fasilitas peluncuran. Meskipun rudal dapat diluncurkan dari dalam pangkalan-pangkalan ini dalam keadaan darurat, taktik dan doktrin rudal balistik KPA menyerukan agar TEL dan MEL disebarkan dari pangkalan operasi rudal ke lokasi peluncuran yang dipersiapkan dengan secukupnya dan disurvei sebelumnya guna melaksanakan operasi.
  • Pangkalan-pangkalan ini benar-benar tidak memiliki penampilan seperti pangkalan operasi rudal seperti yang terlihat di Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, atau Eropa.

Korea Utara belum mengakui satu pun dari pangkalan-pangkalan ini, demikian menurut Reuters. Para analis mengatakan bahwa mengakui hal itu merupakan bagian penting dari kesepakatan denuklirisasi.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button