Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka / FOIPTajuk Utama

Lebih Kuat Bersama

Kemitraan membangun perekonomian dan meningkatkan keamanan di Indo-Pasifik

Staf FORUM

Bangkitnya Sri Lanka dari krisis ekonomi yang dialaminya menunjukkan semakin meningkatnya kemampuan mitra Indo-Pasifik untuk menyelesaikan tugas berat secara kolektif dalam waktu singkat. Negara di Samudra Hindia itu tengah terpuruk pada tahun 2022 dengan melonjaknya harga pangan, obat-obatan, dan bahan bakar, ketidakpastian keuangan yang meluas, dan kekacauan politik ketika Prancis, India, Jepang, dan Amerika Serikat bersatu untuk membantunya.

Dengan restrukturisasi utang, perubahan kepemimpinan, investasi swasta, dan dukungan Dana Moneter Internasional, Sri Lanka melunasi pinjaman luar negeri besar-besaran yang diperolehnya setelah perang saudara berakhir pada tahun 2009. “Tidak ada kisah kebangkitan yang lebih hebat daripada kisah Sri Lanka,” ungkap Donald Lu, asisten menteri luar negeri A.S. untuk Urusan Asia Selatan dan Tengah, dalam diskusi panel pada Februari 2024. “Mereka melakukannya dengan sedikit bantuan dari teman-teman.”

Kemitraan Indo-Pasifik — baik yang bersifat formal, longgar, atau ad hoc — telah berkembang pesat dalam setengah abad terakhir ini. Ketika Perang Dingin mereda dan globalisasi mulai terjadi, berbagai negara menyadari bahwa berkolaborasi dengan negara-negara berpandangan serupa akan memberdayakan perekonomian dan keamanan mereka masing-masing. Geopolitik modern “bukanlah permainan satu lawan satu seperti tenis. Sebaliknya, hal ini menyerupai olahraga tim yang kompleks, ketika setiap orang memainkan peran unik dan berkontribusi pada strategi tim secara keseluruhan,” ungkap Kim Kyou-hyun, mantan direktur intelijen nasional Korea Selatan, dalam dialog pada Juni 2024 tentang penguatan aliansi Korea Selatan-A.S.

Kemitraan menyatukan sumber daya, mendorong pembagian kerja, dan memanfaatkan kekuatan setiap negara.

Prajurit TNI AD dan Angkatan Darat A.S. berdiskusi tentang strategi selama latihan Super Garuda Shield di Puslatpur, Indonesia, pada September 2023.
KOPRAL SATU KEITH THORNBURGH/ANGKATAN DARAT A.S.

Uni Eropa (UE), yang telah menjalin hubungan ekonomi dengan negara-negara Indo-Pasifik yang “tidak terbayangkan 40 tahun lalu,” bertujuan untuk mencegah kawasan itu kembali ke sudut pandang “pandangan benar dan salah ditentukan oleh mereka yang berkuasa,” tulis Josep Borrell, kepala kebijakan luar negeri UE, pada Maret 2024. Berbagai negara yang bersatu dalam front ekonomi, kemanusiaan, keamanan, dan geopolitik berupaya menghindari skenario itu.

“Kita saling membutuhkan untuk membantu menstabilkan dunia ini,” tulis Josep Borrell. “Tantangan yang kita hadapi tidak memberikan kita jalan lain
selain bekerja sama secara erat untuk membantu menghindari konflik dan memastikan penghormatan terhadap hukum internasional.”

Latihan militer di antara Sekutu dan Mitra memperkuat upaya untuk menjaga Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka. A.S. terlibat dalam 1.113 misi pelatihan bilateral, minilateral, dan multilateral dengan berbagai negara regional dari tahun 2003 hingga 2022, demikian yang dilaporkan International Institute for Strategic Studies (IISS), kelompok cendekiawan yang berkantor pusat di London, pada Mei 2024. Republik Rakyat Tiongkok (RRT) berpartisipasi dalam sekitar 130 latihan semacam itu pada periode yang sama.

Dirilis pada tahun 2023, Strategi Keamanan Nasional pertama Selandia Baru menyerukan “jaringan kemitraan yang kuat” untuk menjunjung tinggi integritas masing-masing negara dan meningkatkan hubungan internasional. Mendukung koalisi semacam itu lebih penting dari yang pernah ada sebelumnya, demikian ungkap strategi itu.

Personel Pasukan Bela Diri Darat Jepang mendekati garis pantai Laut Koral selama latihan penyerangan amfibi Talisman Sabre di Australia pada Agustus 2023. KOPRAL VINCENT PHAM/PASUKAN MARINIR A.S.

“Negara-negara di kawasan Indo-Pasifik tengah membangun lebih banyak kemitraan untuk memaksimalkan peluang dan mengelola tantangan di dunia yang semakin penuh persaingan geopolitik dan kompleks secara geoekonomi,” tutur Dr. Prashanth Parameswaran, peneliti di kelompok cendekiawan Wilson Center, kepada FORUM.

Bilateral, Trilateral, Minilateral, Multilateral

Lima puluh tahun lalu, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Forum Kepulauan Pasifik (PIF) merupakan organisasi baru. Asosiasi Kerja Sama Regional Asia Selatan dibentuk pada pertengahan tahun 1980-an. Sekarang mereka menjadi pemimpin kerja sama regional, setelah mendapatkan anggota dan pengaruh internasional.

Indo-Pasifik memiliki banyak badan kerja sama. Ada koalisi bilateral seperti Australia dan Filipina; trilateral yang mencakup India, Jepang, dan Indonesia; minilateral seperti kemitraan Quad, yang terdiri dari Australia, India, Jepang, dan A.S.; dan kelompok multilateral yang lebih besar. ASEAN memiliki 10 negara anggota. PIF, yang menyuarakan kepentingan negara-negara Pasifik Biru yang tersebar di ribuan kilometer Samudra Pasifik, memiliki 18 anggota. Asosiasi Kerja Sama Regional Asia Selatan, persatuan negara-negara Asia Selatan yang berkantor pusat di Kathmandu, Nepal, memiliki delapan negara anggota.

Sekutu dan Mitra bersatu saat terjadi krisis, entah itu gempa bumi di Jepang, tanah longsor di Papua Nugini, atau krisis ekonomi di Sri Lanka.

Kelompok regional ini bervariasi ruang lingkupnya, dengan koalisi lebih kecil sering kali lebih tepat sasaran. Kemitraan bilateral, trilateral, dan minilateral mendorong kelompok multilateral tradisional untuk mempertimbangkan kembali misi mereka. Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menjulukinya sebagai “zaman perubahan berkelanjutan.” 

Kemitraan saat ini semakin berupaya untuk melembagakan kebijakan dan memperoleh hasil. “Penting untuk diingat bahwa setiap kali kita datang ke sini, kita tidak hanya datang untuk mengadakan pertemuan,” ungkap Menteri Pertahanan A.S. Lloyd Austin pada KTT pertahanan Shangri-La Dialogue di Singapura pada Juni 2024. “Kita benar-benar menyelesaikan sesuatu.”

Prajurit Australia dan Indonesia mendarat selama latihan pendaratan amfibi Talisman Sabre pada Juli 2023. DEPARTEMEN PERTAHANAN AUSTRALIA

Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong, dalam pidatonya di Kings College London pada Januari 2023, mencatat bahwa Australia menjadi mitra dialog pertama ASEAN pada tahun 1974, tujuh tahun setelah kelompok itu terbentuk. Banyak hal telah berubah. “Seiring dengan berubahnya dinamika keamanan dan ekonomi yang telah berlangsung selama beberapa dekade, lingkungan strategis pun ikut berubah,” ungkap Penny Wong. “Kita semua memiliki peran yang dimainkan dalam pembentukan ulang ini.”

Kepentingan bersama itu luas cakupannya, demikian ungkapnya: iklim, infrastruktur, ketahanan pangan, pembangunan ekonomi, peluang, dan ketahanan. Berbagai tantangan dapat diatasi secara kolektif sembari tetap menghormati kedaulatan masing-masing negara. “Kita semua berupaya menjalin kemitraan yang transparan, yang menciptakan nilai ekonomi dan sosial,” ungkapnya.

Ada banyak alasan mengapa kemitraan telah berkembang pesat dalam lima dekade terakhir ini,
demikian ungkap Dr. Al Oehlers, profesor di Daniel K. Inouye Asia-Pacific Center for Security Studies, kepada FORUM. Globalisasi, yang meluas pada tahun 1980-an, mendorong meningkatnya keterhubungan dan saling ketergantungan budaya dan ekonomi dunia. Sistem komunikasi dan transportasi yang lebih baik, disertai biaya konfrontasi yang menjadi penghalang, membantu mendorong adanya transisi. “Kita semua menghadapi masalah yang sama, dan akan lebih efektif jika kita mengatasinya bersama-sama,” ungkapnya.

Kemitraan

Di antara koalisi dan kemitraan Indo-Pasifik yang terkenal karena keawetannya, efektivitasnya, dan ciri khasnya: 

ASEAN: Para pendukung mengatakan pendekatan laissez-faire sangat cocok untuk pengelompokan negara-negara Asia Tenggara yang beragam ini, yang memiliki bentuk pemerintahan dan kesetiaan eksternal berskala luas, serta berfungsi sebagai pusat diplomasi. Koalisi ini, yang terdiri dari Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar (Burma), Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam, dibentuk pada tahun 1967 untuk mengatasi masalah ekonomi dan keamanan.

PIF: Para anggotanya — 16 negara kepulauan dan dua wilayah Prancis — menyuarakan aspirasi mereka melalui komunikasi internasional lewat wahana kolektif ini, yang didirikan pada tahun 1971. “Forum ini memberikan posisi yang kuat bagi negara-negara Pasifik yang lebih kecil untuk berinteraksi dengan mitra yang lebih besar,” ungkap Center for Strategic and International Studies yang berkantor pusat di Washington, D.C. Meningkatnya permukaan air laut dan badai yang semakin kuat merupakan kekhawatiran eksistensial utama PIF.

Quad: Kemitraan informal ini, yang pada awalnya dibentuk sebagai respons terhadap tsunami Samudra Hindia pada tahun 2004, berkumpul kembali pada tahun 2020-an untuk mengatasi masalah ekonomi, kemanusiaan, dan keamanan Indo-Pasifik. Pengabaian berulang kali RRT terhadap hukum internasional telah membantu menyatukan empat kekuatan ekonomi dan negara demokrasi kuat Quad. Baru-baru ini Quad berfokus pada teknologi penting dan sedang berkembang.

AUKUS: Diluncurkan pada tahun 2021, kemitraan keamanan Australia, Britania Raya, dan A.S. ini mempromosikan Indo-Pasifik Bebas dan Terbuka yang aman dan stabil. Kemitraan ini akan merancang, membangun, dan meluncurkan kapal selam bertenaga nuklir bersenjata konvensional untuk Angkatan Laut Australia. Sementara itu, kemitraan ini akan memajukan kapabilitas lainnya seperti teknologi kuantum; kecerdasan buatan dan otonomi; senjata hipersonik dan antihipersonik; peperangan elektronik; dan pertahanan siber.

Latihan Militer

Lonjakan dalam jumlah dan kompleksitas keterlibatan pelatihan angkatan bersenjata mencerminkan pertumbuhan kemitraan Indo-Pasifik. Sasarannya adalah untuk membentuk militer sekutu dan mitra menjadi pasukan yang interoperabel melalui pembelajaran di ruang kelas, pertukaran keahlian, pelatihan lapangan, simulasi komando dan kendali, serta latihan penembakan dengan amunisi aktif. Para peserta dan pengamat mencatat adanya peningkatan permintaan latihan multinasional.

Prajurit Indonesia membidik sasaran selama latihan Super Garuda Shield di Puslatpur, Indonesia, pada September 2023. KOPRAL SATU KEITH THORNBURGH/ANGKATAN DARAT A.S.

Berlatih menggerakkan prajurit dan peralatan di berbagai penjuru medan yang ditentukan memberikan nilai yang sangat besar, demikian ungkap Letnan Kolonel Angkatan Darat Australia Michael Henderson, komandan Resimen Lapis Baja ke-1 dan komandan kontingen Australia untuk latihan Super Garuda Shield di Indonesia pada tahun 2023. “Itulah salah satu tujuan utama kami sebagai Pasukan Pertahanan Australia, untuk menunjukkan kemampuan dan kemauan kami dalam memproyeksikan pasukan tempur yang kredibel di kawasan ini dan mampu melakukannya bersama dengan Mitra dan Sekutu,” ungkap Michael Henderson dalam pernyataan Departemen Pertahanan A.S.

Super Garuda Shield 2024 menampilkan 10 negara peserta dan 12 negara pengamat. Pasukan Indonesia dan A.S. bergabung dengan personel dari Australia, Kanada, Prancis, Jepang, Selandia Baru, Singapura, Korea Selatan, dan Britania Raya, dengan total peserta sekitar 5.500 anggota militer. Mayor Carl Schroeder, komandan Kompi B Angkatan Darat Britania Raya yang ditempatkan di Brunei, mengatakan kepada FORUM bahwa latihan multinasional ini meningkatkan pemahaman setiap unit terhadap militer lain. “Ini tentang membentuk hubungan itu sekarang,” ungkapnya, “sehingga di masa mendatang, kita tinggal mengangkat telepon, menghubungi orang-orang di berbagai negara, dan mengucapkan, ‘Apa yang bisa kami bantu?’”

Perluasan latihan militer mengungkap tantangan logistik yang membantu pasukan menyempurnakan persiapan mereka dalam menghadapi peperangan atau memberikan bantuan kemanusiaan. Hamparan samudra luas di antara negara-negara Indo-Pasifik menjadi contoh semakin rumitnya upaya untuk memindahkan personel dan peralatan. “Jika Anda bisa membayangkan saja sifat pergerakan dan manuver yang luas, dan logistik yang dibutuhkan untuk menghubungkan semua itu, sungguh luar biasa apa yang kami lakukan di sini,” ungkap Charles Flynn kepada majalah National Defense pada Mei 2024.

Latihan multinasional telah diperluas dengan mengikutsertakan teknologi canggih. Misalnya, personel militer dari lusinan negara berlatih dalam kapabilitas ranah ruang angkasa, serta kapabilitas di darat dan udara, pada latihan Cobra Gold 2024 di Thailand. Latihan Keen Edge 2024 di Jepang juga memperluas kolaborasi seluruh ranah dengan mempraktikkan sinkronisasi dengan Komando Ruang Angkasa A.S. dan Komando Siber A.S. Latihan semacam itu mempersiapkan pasukan untuk beroperasi di ranah yang sebagian besar belum tersentuh, demikian yang dilaporkan Angkatan Ruang Angkasa A.S.

Prajurit Angkatan Darat A.S. dan Korea Selatan mengamankan beberapa bagian jembatan sementara selama latihan Freedom Shield di Korea Selatan pada Maret 2024. SPESIALIS JOE CANTU/ANGKATAN DARAT A.S.

IISS melaporkan pada Mei 2024 bahwa berbagai prioritas telah berubah bagi A.S. dan Sekutu serta Mitranya sejak Perang Dingin berakhir pada tahun 1991, dan latihan militer pun berubah mengikutinya. Keterlibatan selama 30 tahun terakhir ini berkisar dari kontingensi menghadapi pengembangan kekuatan persenjataan Korea Utara dan potensi invasi ke Taiwan yang memiliki pemerintahan mandiri hingga melaksanakan misi kemanusiaan, memperkuat upaya kontraterorisme, dan menjaga kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan, demikian ungkap kelompok cendekiawan itu.

Agresi RRT

Meskipun Sekutu dan Mitra telah membangun kemitraan yang berorientasi pada hasil, keangkuhan Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah meningkatkan kecemasan di antara banyak negara tetangganya, demikian yang dilaporkan majalah Foreign Policy pada Desember 2023. Ambisi dan inisiatif eksternal Beijing, bersama dengan hubungannya dengan Rusia dan Korea Utara, telah merusak reputasinya.

PKT berupaya mewujudkan kedaulatan dan penegasan teritorial di kawasan ini, seperti klaim ilegalnya terhadap sebagian besar wilayah di Laut Cina Selatan meskipun adanya klaim teritorial tumpang tindih dari Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Korea Utara juga menekan sekutu-sekutu A.S. di Asia Timur Laut untuk lebih dekat dengan satu sama lain melalui ancaman rudal dan nuklirnya.

Sekutu dan Mitra mengandalkan kemitraan pertahanan jauh lebih besar daripada yang pernah terjadi sebelumnya untuk melawan ekspansi militer PKT dan provokasi Korea Utara yang melanggar resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Di seluruh kawasan ini, banyak pihak telah menolak atau disesatkan oleh inisiatif PKT:

Banyak paket pinjaman PKT, yang ditawarkan melalui skema infrastruktur Satu Sabuk, Satu Jalannya, telah membebani banyak negara, termasuk Sri Lanka, dengan jeratan utang yang tidak dapat diatasi.

Usulan keamanan 2022 PKT untuk negara-negara Pasifik Biru mengalami kegagalan ketika banyak negara dan wilayah menolak tawaran Beijing. Kepulauan Solomon menandatangani secara sepihak perjanjian keamanan rahasia dengan PKT yang “sangat mencoreng citra Tiongkok” karena negara itu mengabaikan keinginan PIF untuk mencapai konsensus regional, demikian yang dilaporkan Rand Corp.

Klaim ilegal PKT terhadap sebagian besar wilayah di Laut Cina Selatan telah memicu amarah negara-negara pesisir karena adanya klaim teritorial tumpang tindih. Para analis mengatakan gangguan terhadap kapal-kapal Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam yang dilakukan oleh pasukan penjaga pantai dan milisi maritim Tiongkok memperburuk rasa permusuhan itu.

Penyiksaan dan penindasan yang dilakukan PKT terhadap penduduk minoritas seperti warga Uyghur dan Tibet, serta tindakan kerasnya terhadap aktivis prodemokrasi di Hong Kong telah menuai kecaman luas.

Masa Depan

A.S., pendukung utama kemitraan, telah mencatat kemajuan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir ini, demikian yang dilaporkan Departemen Luar Negeri A.S. pada Februari 2024. “Mengembangkan kemitraan kami ke dalam pengelompokan dan dialog fleksibel yang sesuai dengan tujuan telah menjadi alat bantu penting bagi kami untuk mendorong hasil yang konkret,” demikian yang dinyatakan laporan itu. “Kami telah mengukuhkan hubungan bilateral, memperkuat arsitektur regional, dan menyatukan kekuatan kolektif kami dengan Mitra dan Sekutu.”

A.S. membuka kedutaan besar di Maladewa, Kepulauan Solomon, dan Tonga pada tahun 2023, serta Vanuatu pada Juli 2024, dan meningkatkan hubungan bilateral dengan Indonesia dan Vietnam menjadi kemitraan strategis komprehensif.

Meskipun sesekali menghadapi tantangan dan kemunduran, “sangatlah luar biasa untuk mengamati bahwa aliansi dan kemitraan A.S. di Indo-Pasifik merupakan aliansi dan kemitraan terdalam dan terkuat yang pernah ada di sepanjang sejarah mereka,” catat Foreign Policy pada Desember 2023.

Tindakan RRT merupakan salah satu alasan peningkatan kemitraan itu, demikian ungkap Prashanth Parameswaran dari Wilson Center, tetapi negara-negara Indo-Pasifik juga menanggapi tantangan terhadap aturan internasional, tekanan pada lembaga multilateral seperti ASEAN, dan intensifikasi tren seperti perubahan iklim, pergeseran rantai pasokan, dan digitalisasi.

“Proliferasi kemitraan Indo-Pasifik menandakan kita akan melihat lanskap kelembagaan yang lebih beragam, dengan perpaduan acak pengaturan bilateral, minilateral, dan multilateral ketika bentuknya terkadang mengikuti fungsinya dan fungsinya terkadang mengikuti bentuknya,” demikian ungkap Prashanth Parameswaran.  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button