Asia Timur LautTajuk Utama

Pengganda kekuatan untuk Stabilitas

Kemitraan Operasi Khusus Perkuat Indo-Pasifik

Staf FORUM

Sejak tahun 1950-an, Semenanjung Korea telah bergejolak sebagai pusat ketegangan potensial di Asia Timur Laut. Ketegangan kini mengancam akan menggelora di tengah pengembangan senjata nuklir dan balistik Korea Utara yang dilarang dan perang ilegal Rusia melawan Ukraina. 

Pasukan militer konvensional membentuk sebagian besar postur penangkalan terpadu multinasional di Korea Selatan, yang memungkinkan stabilitas, keamanan, dan perekonomian yang kuat. Namun, jika penangkalan gagal, tim Pasukan Operasi Khusus (Special Operations Forces – SOF) yang lebih kecil dan tidak begitu terbuka mempertahankan keadaan kesiapan yang tinggi untuk mengatasi dan memitigasi potensi keunggulan asimetris musuh.

Bila perlu, pasukan dapat melakukan misi ofensif atau pengintaian khusus; memberikan bantuan pertahanan dan keamanan internal bagi negara mitra; kontra-terorisme, pemberontakan dan proliferasi senjata pemusnah massal; terlibat dalam operasi informasi militer dan perang yang tidak konvensional; dan melakukan penyelamatan sandera dan pemulihan serta bantuan kemanusiaan.

Selama lebih dari 70 tahun, personel SOF multinasional telah membantu mencegah peningkatan konflik di Semenanjung Korea berkat prioritas pertahanan timbal balik antara Korea Selatan dan Amerika Serikat, dan banyak kepentingan bersama Sekutu dan Mitra di Indo-Pasifik yang bebas, terbuka, dan stabil.

Pasukan Operasi Khusus Korea Selatan dan A.S. melakukan pelatihan pengintaian di Korea Selatan pada Januari 2024. KOPRAL YEONUNG KIM/ANGKATAN DARAT KOREA SELATAN

Kekuatan Kemitraan 

Perang Korea, yang dimulai ketika komunis Korea Utara menyerbu tetangga selatannya pada tahun 1950, memperlihatkan konsep SOF yang revolusioner dan berkembang. Pada tahun-tahun awal perang, penasihat Britania Raya dan A.S. berlatih bersama unit khusus Korea Selatan (ROK) yang baru dibentuk di Jepang dan Semenanjung Korea, bersiap untuk mengumpulkan intelijen, memungkinkan operasi taktis, dan melakukan serangan di belakang garis Korea Utara. Sepanjang perjalanan, tim tersebut diaktifkan dan dipersiapkan oleh unit khusus yang saling melengkapi dari pasukan gabungan. SOF Angkatan Darat A.S. pertama kali melihat pertempuran pada tahun 1953 dengan pengerahan Tentara untuk operasi dengan pasukan partisan di belakang garis musuh. Dengan demikian, kemitraan SOF Korea Selatan-A.S. memulai sejarahnya yang langgeng dan ternama. 

Setelah gencatan senjata yang ditandatangani pada Juli 1953 mengakhiri permusuhan, fokus bergeser ke pengembangan dan pelestarian kekuatan penangkal kredibel yang termasuk Korea Selatan, A.S., dan negara-negara regional lainnya. Kolaborasi ini berlanjut sepanjang beberapa dekade Perang Dingin dan diperkuat saat ini melalui latihan multinasional dan rotasi gabungan. Upaya operasi khusus memungkinkan para pemimpin senior dengan opsi di semua tahap persaingan atau konflik, mendapatkan keuntungan bagi kekuatan konvensional untuk mengeksploitasi, dan mengulur waktu bagi pembuat keputusan untuk memanfaatkan hasil politik atau diplomatik yang paling menguntungkan. Upaya tersebut juga diaktifkan dengan pelatihan yang kredibel dan operasi gabungan.

Pembentukan Komando Operasi Khusus Pasukan A.S. di Korea pada tahun 1988 lebih lanjut melembagakan kemitraan ini. Kerja sama selanjutnya antara SOF kedua negara semakin mendalam, dengan fokus utamanya pada kemampuan untuk melakukan operasi gabungan melalui pelatihan, perencanaan, dan latihan komando dan kontrol.

SOF telah terlibat dalam persaingan strategis sejak tahun 1942, demikian kata Jenderal Angkatan Darat A.S. Bryan Fenton, komandan Komando Operasi Khusus A.S., kepada Subkomite Operasi Khusus dan Intelijen Angkatan Bersenjata DPR pada Maret 2024. “Delapan dekade ini membuat operasi khusus Anda disesuaikan untuk era ini. … Penangkalan terpadu dan persaingan strategis ada dalam DNA kami,” demikian ujarnya.

Pada tahun 1951, sebuah papan tanda mengingatkan pelaku perjalanan yang mendekati garis paralel ke-38 yang memisahkan Korea Selatan dari Korea Utara. Perserikatan Bangsa-Bangsa/Korps Perhubungan Amerika Serikat

Penangkalan Terintegrasi 

Terakhir kali Angkatan Darat Korea Utara meyakini bahwa mereka memiliki keunggulan dalam kekuatan tempur, pasukannya membanjiri selatan dan memicu perang yang menelan korban jutaan jiwa. Contoh ini tidaklah unik. Bahkan di lingkungan strategis saat ini, Rusia menggunakan kekerasan secara brutal sebagai alat perundingan. Namun, kemampuan rakyat Ukraina untuk melawan militer yang pernah dianggap sebagai yang terkuat di dunia menawarkan alasan untuk berinvestasi dalam kekuatan penangkal yang kredibel di Korea Selatan.

Aliansi Korea Selatan-A.S. selama beberapa dekade menjadi landasan bagi stabilitas Indo-Pasifik yang lebih luas. Berbagai latihan seperti Pelatihan Pertukaran Gabungan Bersama dan Latihan Kesiapan Pengerahan Ekspedisi memperkuat kapasitas bilateral bagi SOF untuk memenuhi prioritas pertahanan timbal balik. Latihan multinasional rutin lainnya, seperti Ulchi Freedom Shield dan Freedom Shield, sangat penting untuk mempertahankan kesiapan dan menegakkan penangkalan di Asia Timur Laut.

Konflik di kawasan tersebut tidak akan segera terjadi atau tidak dapat dihindari, demikian kata Ely Ratner, asisten menteri pertahanan A.S. untuk urusan keamanan Indo-Pasifik, kepada anggota parlemen A.S. pada Maret 2024. “Ini karena, baik itu di Semenanjung Korea, di sepanjang Selat Taiwan, atau di tempat lain di kawasan tersebut, Departemen [Pertahanan A.S.] melakukan lebih dari sebelumnya untuk memperkuat penangkalan kredibel tempur dan untuk menang dalam konflik bila perlu,” demikian ujarnya. “Kami juga telah menegaskan kembali keterbukaan kami terhadap dialog untuk mengurangi risiko dan menghindari eskalasi yang tidak diinginkan. Secara keseluruhan, upaya ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keamanan regional.”

Di luar Aliansi Korea Selatan-A.S., Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Command – UNC) menyatukan personel dari 22 Sekutu dan Mitra di seluruh dunia untuk menegakkan gencatan senjata. Kolaborasi jangka panjang ini telah menciptakan landasan untuk memperluas kemitraan dengan Sekutu regional seperti Jepang, sehingga menciptakan jaringan kerja sama yang kuat. Lingkungan keamanan saat ini menyajikan kasus menarik untuk kolaborasi yang lebih erat. “Ancaman [Korea Utara] secara terus-menerus menghantui jauh melampaui Semenanjung Korea, Asia Timur Laut, dan memasuki berbagai ranah termasuk siber dan ruang angkasa,” demikian kata Jenderal Angkatan Darat A.S. Paul LaCamera, komandan Komando Pasukan Gabungan Korea Selatan-A.S., UNC, dan Pasukan A.S. di Korea, dalam kesaksian tertulis kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat pada Maret 2024.

Kolaborasi Korea Utara baru-baru ini dengan Rusia, termasuk menentang sanksi P.B.B. dengan memasok artileri dan rudal balistik untuk perang Moskow melawan Ukraina, merongrong keamanan regional, demikian catat LaCamera. “A.S. dan Korea Selatan akan terus berjuang bersama untuk menjaga perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea dan stabilitas di seluruh Asia Timur Laut,” demikian ujarnya. “Komitmen ini sangat penting bagi stabilitas di kawasan tersebut dan merupakan contoh bagi negara-negara yang berpikiran sama.”

Lanskap ancaman bersama ini telah menjadi katalis untuk kerja sama yang lebih erat. Korea Selatan semakin reseptif untuk memperluas kemitraan regional, mengakui bahwa keamanan kolektif adalah pendekatan terbaik. Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol telah menekankan penguatan UNC dan Aliansi Korea Selatan-A.S. untuk mempertahankan perdamaian di Semenanjung Korea. Sementara itu, KTT Camp David yang dipimpin A.S. pada Agustus 2023 memfasilitasi kerja sama trilateral dan perjanjian berbagi informasi antara Jepang, Korea Selatan, dan A.S. sebagai tanggapan terhadap ancaman rudal balistik Korea Utara.

Pasukan Operasi Khusus Korea Selatan dan A.S. berlatih di dekat Incheon, Korea Selatan, pada Desember 2023.
KOPRAL YEONUNG KIM/ANGKATAN DARAT KOREA SELATAN

Kemampuan Khusus 

SOF berkontribusi terhadap keamanan Semenanjung Korea dengan perpaduan unik kemampuan dan rangkaian misi khusus. Salah satu fungsi penting adalah Bantuan Pasukan Keamanan, dengan personel SOF yang berpengalaman memberikan pelatihan dan nasihat kepada pasukan negara mitra di bidang penting seperti kontra-terorisme, perang nonkonvensional, dan pengumpulan intelijen. Pengembangan kapasitas ini memberdayakan negara mitra untuk secara efektif mengatasi ancaman internal dan eksternal.

SOF juga membawa keunggulan khas bagi skenario masa perang. Kemampuan densitas rendah mereka sangat terspesialisasi dan tidak langsung tersedia dalam pasukan konvensional. Contohnya termasuk melakukan misi aksi langsung berisiko tinggi terhadap target bernilai tinggi, pengintaian jauh di belakang garis musuh, dan operasi perang nonkonvensional.

Kunci untuk membuka potensi penuh SOF adalah memperluas pelatihan gabungan dengan menyertakan mitra regional, yang memungkinkan tanggapan terhadap ancaman yang lebih terkoordinasi. Personel pasukan khusus Korea Selatan dan A.S. secara teratur berlatih bersama. Komando Operasi Khusus A.S. di Korea (SOCKOR) juga melakukan pertukaran dengan personel SOF dari negara anggota P.B.B. “Berlangsung lebih dari 70 tahun, Aliansi Korea Selatan-A.S adalah salah satu yang terkuat di dunia,” demikian kata Brigadir Jenderal Derek Lipson, komandan SOCKOR, di sela-sela acara pelatihan multinasional 2023 di Camp Humphreys, Korea Selatan. “Kami di SOCKOR memajukan hubungan khusus itu setiap hari melalui pelatihan dan keterlibatan dengan mempertimbangkan kemampuan operasi khusus yang unik.”

SOF dari setiap negara yang berpartisipasi menawarkan keahlian unik yang memajukan kekuatan gabungan serbaguna yang lebih efektif. Bayangkan skenario di mana keahlian SOF A.S. dalam dukungan udara jarak dekat dipadukan dengan kemahiran Korea Selatan dalam perang perkotaan dan keterampilan mitra regional dalam operasi siber. Pendekatan kolaboratif seperti itu memanfaatkan kekuatan masing-masing negara sambil membangun kepercayaan, menumbuhkan interoperabilitas, dan menciptakan penangkal yang lebih kuat terhadap musuh potensial. 

Memperluas kemitraan ini dengan Sekutu regional memperkuat tanggapan kolektif terhadap tantangan seperti program senjata nuklir ilegal Korea Utara dan menciptakan arsitektur keamanan serbaguna yang kuat bagi Indo-Pasifik. Pada akhirnya, kemitraan SOF yang kuat di Semenanjung Korea berfungsi sebagai pengganda kekuatan untuk stabilitas regional, yang membuka jalan bagi masa depan yang aman.  

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button