Uji coba robotika meningkatkan kemampuan pertahanan Australia di bawah kemitraan AUKUS
Tom Abke
Pasukan Pertahanan Australia (Australian Defence Force – ADF) terus meningkatkan kemampuannya dalam teknologi otonom dengan pengerahan sistem darat tak berawak (ground uncrewed system – GUS), robot pengawasan yang dikembangkan di dalam negeri.
Prajurit dari Resimen Pilbara, bagian dari Kelompok Pengawasan Pasukan Regional (Regional Force Surveillance Group – RFSG), tengah menguji coba GUS untuk keamanan perbatasan di berbagai daerah yang luas dan terpencil. Prakarsa ini sejalan dengan tujuan pertahanan Australia yang lebih luas di bawah Pilar II kemitraan AUKUS bersama dengan Britania Raya dan Amerika Serikat, yang menekankan pengembangan sistem tanpa awak, kecerdasan buatan, dan teknologi lainnya.
GUS dilengkapi dengan sensor dan kamera untuk pemantauan berkelanjutan selama lebih dari 30 hari, demikian menurut Departemen Pertahanan Australia, yang dikenal sebagai Defence. Baterai robot diisi ulang oleh generator bahan bakar cair yang terpasang di dalamnya untuk memperpanjang daya tahannya.
“Menempatkan peralatan ini di tangan pengguna akhir seperti RFSG memungkinkan kami belajar dari pengalaman langsung saat menghadapi semua tantangan tugas dan lingkungan,” ungkap Brigjen Angkatan Darat Australia James Davis, direktur jenderal Future Land Warfare, dalam rilis berita.
GUS mendeteksi dan melacak secara otonom berbagai objek, mengirimkan data waktu nyata kepada operator jarak jauh. Kemampuan ini memperluas jangkauan pengawasan dan meminimalkan pengerahan personel di lingkungan yang sulit atau berbahaya. Angkatan Darat Australia bermitra dengan perusahaan lokal Outlook Industries untuk mengembangkan GUS dan memberikan dorongan ekonomi bagi Gippsland di Australia tenggara, tempat robot itu diproduksi dengan menggunakan bahan-bahan lokal. “Bekerja sama dengan industri berdaulat akan memunculkan ide-ide baru dan memperkuat basis industri Australia,” ungkap James Davis.
Selama latihan multinasional Talisman Sabre pada pertengahan tahun 2023, Prajurit Angkatan Darat Australia dari Resimen Zeni ke-13 menguji coba GUS di Pangkalan Angkatan Udara Australia Curtin di Australia Barat. Di sana, mereka mengevaluasi kinerja sistem dalam berbagai skenario operasional, demikian menurut majalah online Defence Connect.
Penempatan GUS bersama dengan sistem persenjataan dan kendaraan konvensional selama latihan dua tahunan itu menunjukkan kepada mitra internasional bagaimana platform tak berawak dapat diintegrasikan ke dalam strategi pertahanan yang lebih luas. Teknologi semacam itu juga dapat mendukung misi nontempur seperti bantuan bencana.
Australia mengalokasikan lebih dari 1,35 triliun rupiah (130 juta dolar Australia) dalam anggaran pertahanannya untuk tahun 2024 guna mempercepat pengembangan dan pengerahan sistem robotik dan otonom. Investasi ini akan memungkinkan Departemen Pertahanan untuk mempercepat pengujian dan penerapan teknologi asimetris, meningkatkan kesiapan operasional mereka lebih cepat dari jadwal yang ditentukan.
Canberra menganggap sistem semacam ini sebagai “teknologi baru yang penting dan dapat memungkinkan ADF memperoleh keunggulan dalam konflik di masa mendatang,” tulis Mayor Angkatan Darat Australia Nicholas Barber pada pertengahan tahun 2024 di The Cove, publikasi Angkatan Darat Australia.
Di samping GUS, Australia tengah mengembangkan platform tak berawak seperti Ghost Shark, yang akan menyediakan kemampuan bawah laut otonom jarak jauh termasuk pengawasan dan pengintaian, serta pesawat tempur Ghost Bat, yang akan mendukung aset udara berawak.
Para pejabat mengatakan sistem ini merupakan bentuk komitmen Australia untuk mengintegrasikan teknologi otonom di ranah darat, laut, dan udara, serta meningkatkan kemampuannya untuk melindungi kepentingan nasionalnya di Indo-Pasifik.
“Ghost Shark merupakan contoh bagaimana Departemen Pertahanan dan industri Australia dapat bergerak cepat untuk mengembangkan kemampuan berdaulat baru guna menanggapi tantangan di hadapan kita,” ungkap Menteri Industri Pertahanan Pat Conroy dalam rilis berita pada April 2024.
Tom Abke merupakan koresponden FORUM yang memberikan laporan dari Singapura.