Asia TenggaraKemitraan

Super Garuda Shield memamerkan kemampuan semua ranah multilateral

Staf FORUM

Latihan militer andalan Indonesia, Super Garuda Shield, dimulai pada akhir Agustus 2024 di berbagai lokasi di seluruh republik ini untuk meningkatkan operasi multilateral dan meningkatkan hubungan di antara angkatan bersenjata dan warga negara melalui pengarahan komando dan kontrol, pelatihan lapangan, dan proyek peningkatan masyarakat.

Para perencana bertemu berulang kali sebelum latihan selama dua minggu itu untuk menyempurnakan sesi taktik, teknik, dan prosedur, berbagi informasi, dan interoperabilitas. Pertukaran akademis dan latihan tahunan ini juga diiringi dengan kegiatan informal untuk mendorong interaksi di antara personel militer dari berbagai negara dan dengan masyarakat setempat.

Pasukan Australia, Indonesia, Jepang, dan Amerika Serikat melakukan latihan penembakan persenjataan gabungan dengan amunisi aktif (combined arms live-fire exercise – CALFEX) selama Super Garuda Shield 2023 di Jawa Timur, Indonesia. CALFEX melibatkan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi A.S., helikopter Apache, dan tank M1A1 Abrams Australia.
VIDEO DIAMBIL DARI: KOPRAL KAI RODRIGUEZ/ANGKATAN DARAT A.S.

Latihan pada tahun 2024 itu menekankan operasi semua ranah dengan latihan yang menilai dan meningkatkan kemampuan gabungan di darat, laut, udara, dan ruang siber, termasuk:

  • Simulasi skenario pertempuran untuk meningkatkan pengambilan keputusan di bawah tekanan.
  • Manuver dan pelatihan taktis untuk meningkatkan kinerja tingkat regu melalui koordinasi dengan tujuan unit yang lebih besar.
  • Menilai kemampuan keamanan siber dengan teknik yang direkomendasikan untuk mengidentifikasi, mempertahankan diri dari, dan memburu ancaman siber bagi operasi militer.
  • Pelatihan lapangan di medan yang menantang untuk meningkatkan kesiapan operasional. Berbagai latihan meliputi manuver hutan untuk menguji kemampuan bertahan hidup, navigasi, dan gerakan taktis; operasi pendaratan amfibi dari laut ke pantai yang dikoordinasikan antara angkatan laut dan pasukan darat; pelatihan terjun payung siang dan malam hari; simulasi serangan untuk merebut lokasi penting yang dikuasai musuh; dan latihan penembakan dengan amunisi aktif untuk meningkatkan operasi daya tembak gabungan.

Proyek muhibah meliputi merenovasi sekolah dasar di Jawa Timur dengan membuat toilet baru, memperbaiki atap, dan penerangan. Pasukan mitra akan mendistribusikan makanan dan obat-obatan serta menyediakan layanan medis dan gigi serta informasi perawatan kesehatan kepada warga sipil. Peserta latihan juga akan meninjau protokol untuk menanggapi bencana alam dan keadaan darurat medis.

Super Garuda Shield melibatkan lebih dari 20 negara dari Indo-Pasifik dan tempat lain, termasuk sekitar 1.000 prajurit Indonesia dan 1.800 personel A.S., serta prajurit dari Australia, Kanada, Prancis, Jepang, Selandia Baru, Singapura, Korea Selatan, dan Britania Raya. Sebelas negara mengirimkan pengamat.

Garuda Shield dimulai pada tahun 2007 sebagai latihan bilateral di antara militer Indonesia dan A.S. Latihan itu berkembang menjadi acara multinasional pada tahun 2022 dan menjadi salah satu latihan terbesar di kawasan ini. Nama Super Garuda Shield mencerminkan banyaknya acara dan karakter multinasionalnya.

Sejak iterasi pada tahun 2023, Indonesia dan A.S. telah meningkatkan hubungan mereka menjadi kemitraan strategis komprehensif. Pakta itu membahas pembangunan ekonomi, transisi energi bersih, pendalaman hubungan antarmasyarakat, dan komitmen untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas, serta meningkatkan kemitraan keamanan dengan pengaturan kerja sama pertahanan.

Super Garuda Shield mendukung tujuan Indonesia untuk melindungi kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah, dan memelihara keamanan. Pendekatan multinasional sangat penting, demikian ungkap juru bicara Tentara Nasional Indonesia Mayjen Nugraha Gumilar kepada situs web Indonesia Business Post pada Juli 2024. “Kita tidak bisa membangun kepercayaan di antara negara-negara Asia Tenggara dalam memelihara keamanan regional sendirian,” ungkapnya. “Negara-negara di kawasan ini perlu memiliki pemahaman bersama.”

Koresponden FORUM Gusty Da Costa memberikan kontribusi pada laporan ini.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button