Korea Selatan menegaskan ‘perdamaian melalui kekuatan’ saat Korea Utara mengancam akan mengerahkan lebih banyak rudal
Felix Kim
Dalam menghadapi meningkatnya ancaman dari Korea Utara — termasuk semakin meningkatnya kemampuan nuklir dan rudal rezim itu dan semakin dalamnya hubungannya dengan Rusia — para pemimpin pertahanan Korea Selatan menegaskan kembali komitmen negara itu untuk membangun “militer yang elite, maju, dan kuat” berdasarkan doktrin “perdamaian melalui kekuatan.”
Strategi itu berfokus pada penguatan aliansi jangka panjang Korea Selatan dengan Amerika Serikat, peningkatan kerja sama keamanan trilateral dengan Jepang dan A.S., serta perluasan kemitraan dengan entitas internasional seperti Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Command – UNC) dan NATO.
Menteri Pertahanan Korea Selatan Shin Won-sik menekankan keseriusan rencana Korea Utara untuk mengerahkan 250 peluncur rudal balistik taktis baru di sepanjang Zona Demiliterisasi yang memisahkan kedua negara, yang berpotensi menargetkan Seoul dan wilayah terdekat dengan hulu ledak nuklir.
“Meskipun mendapatkan penentangan dari masyarakat internasional, Korea Utara terus mengembangkan kemampuan nuklir dan rudalnya,” ungkap Shin Won-sik kepada Komite Pertahanan Majelis Nasional pada Agustus 2024. Dia juga menyoroti ancaman yang ditimbulkan oleh perjanjian kemitraan strategis komprehensif yang baru-baru ini ditandatangani Korea Utara dengan Rusia, yang dia gambarkan sebagai faktor destabilisasi signifikan tidak hanya di Semenanjung Korea tetapi juga di seluruh Indo-Pasifik dan di sekitarnya.
Rencana pengerahan rudal Pyongyang, yang melanggar resolusi Dewan Keamanan P.B.B., dapat membuat Korea Selatan menghadapi risiko serangan yang lebih besar. “Rudal-rudal ini dapat memaksa militer Korea Selatan untuk menghabiskan persediaan pencegat rudalnya dengan cepat,” ungkap Dr. Kim Jae Yeop, peneliti senior di Sungkyun Institute for Global Strategy, kepada FORUM.
Strategi Seoul menekankan penguatan aliansi dengan A.S., khususnya terkait penangkalan nuklir. Sekutu membentuk Kelompok Konsultatif Nuklir (Nuclear Consultative Group – NCG) untuk mengoordinasikan inisiatif perluasan penangkalan nuklir. Pedoman Penangkalan Nuklir dan Operasi Nuklir di Semenanjung Korea, yang dirilis pada Juli 2024, menguraikan doktrin gabungan untuk menggunakan penangkalan nuklir guna melawan ancaman Korea Utara.
“NCG telah memutakhirkan Aliansi Republik Korea-A.S. dari aliansi yang berpusat pada pasukan konvensional menjadi aliansi tangguh berbasis nuklir,” ungkap Shin Won-sik, yang menggunakan nama resmi Korea Selatan. Upaya itu telah meningkatkan kemampuan aliansi untuk menanggapi ancaman Korea Utara yang semakin canggih, sehingga memastikan bahwa warga Korea Selatan dapat hidup dalam kedamaian dan keamanan berdasarkan postur penangkalan yang kuat, demikian ungkapnya.
Kim Jae Yeop mengatakan sekutu sedang menjalankan strategi untuk mengintegrasikan kemampuan militer konvensional Korea Selatan dengan aset strategis A.S., seperti pesawat pengebom jarak jauh, guna menghadirkan penangkalan terpadu terhadap provokasi. “Strategi ini untuk memastikan bahwa postur penangkalan di Semenanjung Korea … akan direncanakan dan dilaksanakan bersama oleh Seoul dan Washington,” ungkapnya.
Shin Won-sik, yang dinominasikan pada pertengahan Agustus 2024 untuk menjadi penasihat keamanan nasional Korea Selatan, telah mengadvokasi perluasan kerja sama keamanan trilateral dengan Jepang dan A.S. Inisiatif tersebut mencakup pembagian informasi intelijen dan latihan militer seperti Freedom Edge, yang mencakup operasi udara, siber, dan maritim. Kemitraan ini memiliki nilai strategis dalam melawan ancaman dari Korea Utara, Republik Rakyat Tiongkok, dan Rusia, demikian ungkap Kim Jae Yeop.
Shin Won-sik juga menyerukan peningkatan kerja sama keamanan global, khususnya dengan UNC, yang menegakkan gencatan senjata tahun 1953 yang mengakhiri pertempuran di Perang Korea, dan dengan aliansi keamanan NATO yang beranggotakan 32 negara anggota. Masuknya Jerman baru-baru ini sebagai anggota ke-18 UNC menyoroti semakin besarnya dukungan internasional terhadap upaya pertahanan Korea Selatan.
“Keterlibatan lebih kuat dari mitra internasional seperti NATO diharapkan dapat memperkuat legitimasi dan inisiatif Korea [Selatan] untuk perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea,” sembari mengimbangi munculnya kemitraan Korea Utara-Rusia, demikian ungkap Kim Jae Yeop.
Felix Kim merupakan kontributor FORUM yang memberikan laporan dari Seoul, Korea Selatan.