Jepang memperluas peran industri pertahanan dalam pemeliharaan pesawat jet tempur A.S.

Thisanka Siripala
Kontraktor pertahanan Jepang akan menyervis lebih banyak pesawat jet tempur dan aset militer Amerika Serikat lainnya yang ditempatkan di Jepang, seiring Tokyo meningkatkan postur pertahanannya berdasarkan aliansi keamanan jangka panjangnya di antara kedua negara itu.
Para pejabat pertahanan Jepang dan A.S. bertemu pada awal Juni 2024 untuk mulai menerapkan rencana memperkuat kerja sama alutsista, demikian ungkap Menteri Pertahanan Jepang Minoru Kihara kepada jurnalis. Dia mengatakan inisiatif Kerja Sama, Akuisisi, dan Keberlanjutan Industri Pertahanan (Defense Industrial Cooperation, Acquisition and Sustainment – DICAS) bilateral merupakan “proyek yang saling menguntungkan.”
Selain pemeliharaan pesawat tempur F-15 dan F-16 buatan A.S., rencana itu juga menyerukan untuk mengintegrasikan perbaikan kapal angkatan laut A.S. oleh perusahaan-perusahaan Jepang guna mempercepat kembalinya kapal-kapal itu ke laut.
Mitsubishi Heavy Industries (MHI) yang berkantor pusat di Jepang dan IHI Corp. dikontrak untuk melakukan pemeliharaan rutin terhadap pesawat terbang Pasukan Bela Diri Jepang, dan menyervis sekitar 100 pesawat tempur F-18 dan F-35 A.S. yang lebih canggih yang ditempatkan di pangkalan udara Kadena dan Misawa.
Tokyo berencana untuk mulai menyervis F-15 dan F-16 paling cepat pada tahun 2025, demikian yang dilaporkan surat kabar Nikkei Asia. MHI dan IHI dijadwalkan untuk menjadi penyedia layanan servis itu.
Perluasan kolaborasi dengan A.S dapat membantu Jepang mencapai sasaran peningkatan anggaran belanja pertahanannya, yang diperkirakan akan meningkat dari 1,6% produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2024 menjadi 2% PDB paling lambat pada tahun 2027.
“Industri pertahanan Jepang harus mampu dan bersedia melibatkan komunitas pertahanan internasional. Inilah satu-satunya jalan bagi industri ini untuk menjadi sumber daya nasional yang dapat diandalkan bagi Jepang,” ungkap Gregg Rubinstein, pakar Jepang di Center for Strategic and International Studies, wadah pemikir yang berkantor pusat di A.S., kepada FORUM.
Peningkatan kapasitas produksi pertahanan akan memerlukan penyesuaian terhadap struktur, praktik, dan basis pengetahuan sektor ini, demikian ungkapnya.
Tokyo telah memilih sekitar 300 perusahaan rintisan untuk memasuki sektor pertahanan guna meningkatkan persaingan dan memacu inovasi, sementara itu produsen alutsista terkemuka seperti MHI dan IHI berencana untuk meningkatkan penjualan dan personel.
DICAS, yang dibentuk pada KTT Jepang-A.S. di Washington, D.C. pada April 2024, bertujuan untuk meningkatkan interoperabilitas alutsista dan mengintegrasikan teknologi tercanggih. “Kerangka kerja DICAS bertujuan untuk mendorong kerja sama industri pertahanan A.S.-Jepang dan mempercepat peluang pengembangan bersama, produksi bersama, dan keberlanjutan bersama,” ungkap juru bicara Departemen Pertahanan A.S. Sabrina Singh pada awal Juni.
Duta Besar A.S. untuk Jepang Rahm Emanuel baru-baru ini menyoroti potensi Tokyo untuk meningkatkan kapasitas produksi militer sekutu dan memperkuat penangkalan regional.
Gregg Rubinstein mengatakan DICAS merupakan bagian dari serangkaian peningkatan Aliansi Jepang-A.S. untuk mengatasi lingkungan keamanan yang berubah dengan cepat di kawasan itu. Paling lambat pada Maret 2025, misalnya, Jepang akan mendirikan pusat operasi komando baru untuk Pasukan Bela Dirinya guna meningkatkan kerja sama dengan pasukan A.S.
Kerangka kerja DICAS merupakan langkah awal Jepang untuk memperdalam kolaborasi di bidang keahlian, manufaktur, rantai pasokan, serta penelitian dan pengembangan alutsista.
“DICAS, bersama dengan kantor pusat di A.S. dan Jepang yang pengoperasiannya sedang diproses, merupakan dua contoh paling jelas dari langkah-langkah menuju operasionalisasi aliansi dalam satu saluran konsultasi,” ungkap Gregg Rubinstein.
Thisanka Siripala merupakan kontributor FORUM yang memberikan laporan dari Tokyo.