Asia Timur LautKemitraanKepentingan Bersama Global

Korea Selatan dan A.S. mempercepat kerja sama ruang angkasa di tengah ancaman rudal

Damin Jung

Korea Selatan dan Amerika Serikat memperluas inisiatif mereka untuk membentuk kerja sama militer dalam ranah ruang angkasa. Langkah kedua sekutu lama ini dilakukan di tengah meningkatnya ancaman di kawasan itu, termasuk keberhasilan peluncuran satelit mata-mata pertama Korea Utara dan meningkatnya pertukaran ilegal persenjataan dan sumber dayanya dengan Rusia, demikian ungkap para pejabat.

Roket Falcon 9 SpaceX yang membawa satelit pengintai militer pertama Korea Selatan yang dikembangkan di dalam negeri diluncurkan dari Pangkalan Angkatan Ruang Angkasa Vandenberg, California, pada Desember 2023. Streaming langsung menunjukkan kompartemen kargo roket terpisah dan roket pendorong tahap intinya kembali ke Bumi.
VIDEO DIAMBIL DARI: SPACEX/REUTERS

Meningkatkan integrasi aset ruang angkasa ke dalam strategi pertahanan komprehensif aliansi Korea Selatan-A.S. menjadi fokus diskusi di antara Laksamana Kim Myung-soo, ketua Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, dan Marsekal Stephen Whiting, komandan Komando Ruang Angkasa A.S., di Seoul, Korea Selatan, pada akhir April 2024. Kementerian Pertahanan Nasional Korea Selatan menyatakan bahwa kedua negara itu sepakat untuk mengembangkan strategi dan kerangka kerja operasi ruang angkasa bersama, membentuk badan konsultasi militer yang berfokus pada urusan ruang angkasa, dan meluncurkan latihan tabletop (TTX) dalam ranah ruang angkasa untuk memperkuat kemampuan.

“Karena militer Amerika Serikat dan Korea Selatan telah meluncurkan TTX dalam ranah ruang angkasa di tingkat menteri, mereka sekarang berencana untuk menetapkannya dengan pasukan afiliasi dan mengadakan diskusi tingkat kerja secara reguler,” ungkap Jung Yung-jin, profesor di Universitas Pertahanan Nasional Korea, mengacu pada latihan kementerian pertahanan kedua negara pada September 2023.

“Operasi militer ruang angkasa memiliki karakteristik yang berbeda dari operasi militer darat, udara, atau maritim, yang dilakukan pada tingkat wilayah setempat, karena melibatkan orbit yang mencakup seluruh wilayah Bumi,” ungkap Jung Yung-jin kepada FORUM. “Ketika satelit terus terbang dalam orbitnya di berbagai kawasan yang berbeda, kedua negara sekutu itu perlu membangun sistem teknologi bersama dengan mengadakan diskusi tingkat kerja melalui badan konsultatif baru.”

Kim Myung-soo juga bertemu dengan Marsekal Angkatan Ruang Angkasa A.S. Bradley Chance Saltzman, kepala operasi ruang angkasa A.S., di Seoul pada awal Mei. Kedua pemimpin itu menyepakati berbagai upaya yang di antaranya memperluas latihan gabungan sembari meningkatkan kerja sama dalam pelatihan para ahli ruang angkasa.

Sejak didirikan pada tahun 2019, Angkatan Ruang Angkasa A.S. telah berfokus pada ancaman rudal, termasuk dari Korea Utara dan Republik Rakyat Tiongkok. Angkatan Ruang Angkasa A.S. mengaktifkan cabang luar negeri pertamanya di Korea Selatan pada Desember 2022.

Jung Yung-jin mengatakan percepatan kerja sama angkatan ruang angkasa kedua negara sekutu ini mengikuti kemajuan signifikan yang dicapai Korea Selatan dalam teknologi ruang angkasa. Seoul meluncurkan satelit pengawasan militer pertamanya pada Desember 2023, dengan Angkatan Bersenjata Korea Selatan berupaya memperkuat operasi serangan dan pengawasan di kawasan itu, sehingga memungkinkan tindakan preemtif terhadap ancaman rudal Korea Utara.

“Ketika menyelenggarakan TTX secara reguler, kemampuan aset militer di antara kedua negara perlu diseimbangkan sampai batas tertentu,” ungkap Jung Yung-jin. “Kedua negara sekutu itu dapat terus melanjutkan upaya itu karena aset militer Korea Selatan kini dilengkapi dengan tingkat teknologi tertentu yang memungkinkan kerja sama dengan Amerika Serikat.”

Damin Jung merupakan kontributor FORUM yang memberikan laporan dari Seoul, Korea Selatan.

Beri Komentar Di Sini

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button