Komitmen Komitmen Transregional terhadap Indo-Pasifik
Pemangku kepentingan semakin mempertajam fokus pada kawasan ini, menerapkan strategi untuk mendukung stabilitas
Staf Forum
Dengan semakin dalamnya persaingan kekuasaan, pergeseran populasi, dan ekonomi yang berkembang di Indo-Pasifik, para pemangku kepentingan global sedang menyempurnakan, dan dalam banyak hal memperluas, investasi strategis dan kehadiran mereka di kawasan ini. Banyak yang sekarang menganggap Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka sangat penting bagi keberhasilan geopolitik dan ekonomi mereka sendiri.
“Sebagian besar negara di seluruh kawasan ini telah bekerja sama seputar keinginan akan Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka yang mengakui nilai-nilai bersama kita tentang perdamaian, keamanan, stabilitas, kemakmuran, tata kelola pemerintahan yang baik, yang dimungkinkan oleh kepatuhan terhadap tatanan internasional berbasis aturan,” demikian kata Komandan Komando Pasukan A.S. di Indo-Pasifik saat itu Laksamana John Aquilino dalam pidatonya pada Oktober 2021 di Forum Masa Depan Pasifik di atas kapal induk generasi berikutnya milik Britania Raya, HMS Prince of Wales. “Ini mendefinisikan lanskap keamanan di abad ke-21.”
Kawasan ini adalah rumah bagi lebih dari setengah populasi dunia, hampir dua pertiga ekonomi global, dan tujuh militer terbesar di dunia.
“Pada abad ke-20, Indo-Pasifik telah muncul sebagai salah satu medan penting dari kontestasi dan kompetisi antarnegara, tetapi juga kerja sama,” demikian menurut laporan Februari 2022 yang diterbitkan oleh Observer Research Foundation yang berbasis di India. “Kekuatan global semakin menyadari signifikansi politik dan ekonomi kawasan Indo-Pasifik dalam memenuhi kebutuhan saat ini dan masa depan negara-negara di kawasan ini dan sekitarnya.”
Berikut ini adalah contoh pandangan pemangku kepentingan tentang kawasan ini dan hasil yang ingin dicapai oleh negara tersebut dengan strategi Indo-Pasifik mereka.
KANADA
Kanada memprediksi bahwa Indo-Pasifik akan memainkan peran penting dalam membentuk masa depannya selama 50 tahun ke depan. Kawasan ini mewakili peluang signifikan untuk mengembangkan perekonomian Kanada. Kawasan ini sudah menjadi rumah bagi enam dari 13 mitra dagang utama Ottawa, yakni India, Jepang, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Korea Selatan, Taiwan, dan Vietnam.
“Kanada adalah negara Pasifik,” demikian pernyataan pemerintah dalam menguraikan Strategi Indo-Pasifiknya. Negara ini memiliki garis pantai Pasifik sepanjang 25.000 kilometer yang mendukung “hubungan perdagangan yang kuat dengan perekonomian di seluruh kawasan ini, hubungan antarmasyarakat yang mendalam, dan sejarah pertukaran budaya yang kaya.”
Setengah dari imigran Kanada berasal dari Indo-Pasifik, dan hampir 20% orang Kanada memiliki hubungan keluarga dengan kawasan tersebut.
Seiring dengan bangkitnya Indo-Pasifik, “dampak mendalam yang akan diberikan kawasan ini pada kehidupan semua orang Kanada menuntut strategi komprehensif bagi seluruh masyarakat untuk memandu tindakan Kanada,” demikian menurut Strategi Indo-Pasifik negara itu. “Kanada harus menginvestasikan sumber daya dan membangun pengetahuan serta kapasitas untuk terlibat. Cara Kanada terlibat di kawasan ini akan menentukan laju untuk masa depan.”
Dalam merebut peluang untuk memberi manfaat bagi warganya, Ottawa mengatakan akan memberikan perhatian khusus kepada Australia, 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), negara-negara Pasifik Biru, India, Jepang, RRT, Korea Selatan, dan Selandia Baru.
“Strategi Indo-Pasifik Kanada memiliki implikasi bagi semua warga Kanada,” demikian menurut dokumen itu. Ini memanfaatkan upaya lembaga swadaya masyarakat, kelompok nirlaba, sektor swasta, universitas dan perguruan tinggi, masyarakat adat, dan pekerja Kanada. “Kanada akan mendukung komitmen dan upaya mereka,” demikian menurut strategi tersebut. “Ini bertujuan untuk memosisikan orang Kanada untuk meraih sukses melalui keterlibatan dengan belahan dunia yang dinamis dan berkembang pesat ini.”
Strategi ini menguraikan lima tujuan:
Memajukan perdamaian, ketahanan, dan keamanan dengan berinvestasi dalam peningkatan kehadiran militer serta intelijen dan keamanan siber.
Memperluas perdagangan, investasi, dan ketahanan rantai pasokan untuk membangun ekonomi domestik yang lebih kuat sekaligus memperkuat hubungan ekonomi di seluruh Indo-Pasifik.
Berinvestasi pada sumber daya manusia dengan memperluas pertukaran pendidikan dan kapasitas pemrosesan visa negara itu untuk memberdayakan organisasi dan pakar Kanada guna meningkatkan keterlibatan regional.
Membangun masa depan yang berkelanjutan melalui berbagi keahlian dalam teknologi bersih, pengelolaan lautan, transisi energi dan pembiayaan iklim, serta bekerja sama untuk mengurangi emisi dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Memperluas kemitraan yang memperkuat pengaruh Kanada di antara Sekutu dan Mitra, menawarkan lebih banyak kerja sama diplomatik, ekonomi, militer, dan teknis.
“Kanada memiliki hubungan yang kuat dengan mitra dan teman di Indo-Pasifik,” demikian ungkap strategi tersebut. “Kita harus membangun fondasi ini dengan memperdalam persahabatan yang ada dan mencari mitra baru. Kita harus menunjukkan kepada dunia yang terbaik dari apa yang ditawarkan Kanada, mendiversifikasi jaringan diplomatik kita, dan menjadi pasukan yang kuat demi perubahan positif.”
PRANCIS
Prancis meluncurkan Strategi Indo-Pasifik pada tahun 2018 untuk mengartikulasikan perannya sebagai negara Indo-Pasifik dengan tujuh departemen, kawasan, dan komunitas di luar negeri di Samudra Hindia dan Pasifik Selatan.
Lebih dari 1,6 juta orang Prancis tinggal di wilayah Indo-Pasifik negara itu. Tiga perempat dari zona ekonomi eksklusifnya berada di Indo-Pasifik, dan lebih dari 7.000 personel Angkatan Bersenjata Prancis ditempatkan di kawasan tersebut.
“Sebagai negara Indo-Pasifik yang mapan, Prancis juga ingin menjadi kekuatan penstabil, memajukan nilai kebebasan dan supremasi hukum,” demikian kata Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam laporan Februari 2022 yang memperbarui Strategi Indo-Pasifik. “Kami bertujuan untuk memberikan solusi bagi tantangan keamanan, ekonomi, kesehatan, iklim, dan lingkungan yang dihadapi negara-negara di zona tersebut.”
Strategi ini bertujuan untuk mempertahankan kawasan yang bebas dari paksaan dan berdasarkan aturan hukum internasional dan multilateralisme, demikian menurut pemerintah Prancis. Prioritas Prancis meliputi masalah keamanan dan militer, kebebasan navigasi, konektivitas, masalah ekonomi dan komersial, serta masalah lingkungan.
Prancis telah menjalin kemitraan jangka panjang dengan India dan Jepang mengenai keselamatan maritim, keamanan, pengelolaan sumber daya laut, dan lingkungan. Di Asia Tenggara, Prancis telah membina hubungan dengan Indonesia, Singapura, dan Vietnam dan telah mengambil langkah signifikan dalam bekerja dengan Malaysia, Selandia Baru, dan Korea Selatan.
Seperti pemangku kepentingan lainnya, Prancis mencatat bahwa strateginya tidak ditujukan untuk negara mana pun. Namun, “secara alami memperhitungkan masalah yang ditimbulkan oleh keangkuhan Tiongkok yang semakin meningkat, termasuk dalam dimensi militer,” demikian kata pemerintah Prancis.
Prancis dan Uni Eropa memiliki pendekatan bersama terhadap RRT, berdasarkan tiga poin.
“Tiongkok adalah mitra utama bagi Prancis yang dengannya kita perlu bekerja sama dalam isu global seperti perubahan iklim dan kesehatan,” demikian menurut pemerintah Prancis. “Tiongkok juga merupakan pesaing ekonomi dan komersial, dan kami berupaya menyeimbangkan kembali hubungan kami, menggarisbawahi komitmen kami terhadap supremasi hukum. Terakhir, Tiongkok juga merupakan ‘saingan sistemik,’ karena memiliki visi tatanan internasional dan model yang sangat berbeda, terutama dalam hal hak asasi manusia.”
Pendekatan Prancis adalah menawarkan kepada para aktor Indo-Pasifik jalan menuju persaingan strategis yang sesuai dengan hukum internasional dan menjamin kebebasan navigasi, termasuk di bidang militer, dan tidak memicu ketegangan.
“Kemitraan kami dengan negara-negara di kawasan ini telah mencapai tingkat kerja sama yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun masih banyak yang harus dilakukan,” demikian kata Macron. “Anda dapat mengandalkan komitmen penuh Prancis. Kami akan terus memainkan peran penuh dalam berkontribusi terhadap stabilitas ruang strategis baru ini, yang merupakan inti dari tantangan global utama.”
JERMAN
Sebagai negara perdagangan global, Jerman memiliki kepentingan dalam Indo-Pasifik yang stabil, makmur, serta Bebas dan Terbuka.
“Prinsip inti kebijakan Indo-Pasifik Jerman adalah penguatan tindakan Eropa, multilateralisme, tatanan internasional berbasis aturan dan hak asasi manusia, serta Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa,” demikian menurut laporan Kantor Luar Negeri Jerman pada September 2023. “Pedoman kebijakan ini merupakan ajakan kepada semua negara di kawasan ini untuk memperluas dan memperdalam kerja sama mereka dengan Jerman. Dalam semangat inklusivitas inilah Jerman melihat peran bagi dirinya di Indo-Pasifik; pada saat yang sama, Jerman ingin memastikan bahwa tidak ada negara yang ditinggalkan.”
Dalam laporan September 2023, pemerintah Jerman menguraikan kemajuannya di kawasan tersebut selama setahun sebelumnya, mencatat bahwa pejabat dan menteri kabinet Jerman mengunjungi 11 mitra, beberapa lebih dari sekali, termasuk Kamboja, India, Indonesia, Jepang, Malaysia, Mongolia, RRT, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, dan Vietnam.
Jerman juga meningkatkan hubungannya dengan negara-negara Pasifik Biru, membuka kedutaan besar di Suva, Fiji, pada Agustus 2023.
Jerman menguraikan kemajuan lain di kawasan ini, termasuk:
Memperkuat multilateralisme melalui intensifikasi dialog keamanan dengan mitra termasuk India, Indonesia, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Thailand, dan Vietnam. Jerman dan ASEAN juga menyepakati langkah-langkah untuk mengurangi perubahan iklim hingga 2027 dan bergabung dengan Mitra dalam inisiatif Pasifik Biru untuk mengoordinasikan keterlibatan. Anggota lain dari inisiatif ini termasuk Australia, Kanada, Jepang, Selandia Baru, Korea Selatan, Britania Raya, dan A.S.
Memperkuat perdamaian, keamanan, dan stabilitas melalui latihan militer multinasional dan memperluas kebijakan pertahanan dan kerja sama keamanan siber.
Mengadvokasi hak asasi manusia dan supremasi hukum dengan mendukung proyek yang menyediakan akses ke keahlian legislatif dan hukum di bidang peradilan, ketenagakerjaan dan pemberantasan korupsi.
Menyatukan orang-orang melalui budaya, pendidikan, dan sains. Pada tahun 2023, misalnya, anak-anak muda dari Bangladesh, Bhutan, India, Indonesia, Malaysia, Nepal, dan Sri Lanka menerima beasiswa melalui program pertukaran budaya. Ilmuwan Jerman juga telah berpartisipasi dalam ekspedisi penelitian dengan Australia, Indonesia, dan Papua Nugini.
“Kemakmuran dan pengaruh geopolitik kami dalam beberapa dekade mendatang akan bergantung pada bagaimana kami bekerja sama dengan negara-negara di kawasan Indo-Pasifik,” demikian pernyataan Jerman dalam pengumuman strategi Indo-Pasifik 2020. “Kawasan itu, lebih dari yang lain, adalah tempat di mana bentuk tatanan berbasis aturan internasional esok akan diputuskan. Kami ingin membantu membentuk tatanan tersebut — sehingga didasarkan pada aturan dan kerja sama internasional, bukan pada hukum siapa yang kuat.”
NATO
NATO memperkuat hubungan dengan mitra Indo-Pasifik, yaitu Australia, Jepang, Selandia Baru, dan Korea Selatan.
“Di lingkungan keamanan yang kompleks saat ini, hubungan dengan mitra yang berpikiran sama di seluruh dunia semakin penting untuk mengatasi masalah keamanan lintas sektoral dan tantangan global,” demikian kata NATO dalam rilis berita Agustus 2023. “Indo-Pasifik penting bagi aliansi ini, mengingat perkembangan di kawasan itu dapat secara langsung memengaruhi keamanan Euro-Atlantik. Selain itu, NATO dan mitranya di kawasan ini memiliki tujuan yang sama yaitu bekerja sama untuk memperkuat tatanan internasional berbasis aturan.”
NATO juga telah meningkatkan kerja sama dengan mitra Indo-Pasifik, termasuk mengadakan pertemuan perdananya dengan para pemimpin regional utama pada tahun 2022.
“Tantangan saat ini terlalu besar untuk dihadapi sendirian oleh negara atau organisasi mana pun,” demikian kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada Juni 2022. “Namun dengan berdiri bersama dengan para mitra, kita lebih kuat dan lebih aman. Kita bisa lebih melindungi rakyat kita, nilai kita, cara hidup kita.”
Pada Januari 2023, NATO meluncurkan inisiatif untuk menganalisis perkembangan keamanan di Indo-Pasifik dan dampaknya terhadap Euro-Atlantik. Diskusi “Masa Depan di Indo-Pasifik” mempertemukan para ahli dari Australia, Belgia, Prancis, dan Jepang untuk pertukaran tentang masalah keamanan yang memengaruhi kedua kawasan.
“Persatuan kita adalah kekuatan kita, dan kemitraan memainkan peran penting dalam lanskap keamanan internasional yang baru,” demikian kata Carmen Romero, wakil asisten sekretaris jenderal NATO untuk diplomasi publik. Dia menekankan perlunya membangun hubungan yang lebih kuat dengan negara-negara Indo-Pasifik sesuai dengan Konsep Strategis NATO, yang menggarisbawahi pentingnya kawasan itu bagi aliansi keamanan 31 negara tersebut. Konsep Strategis juga mencatat bagaimana perkembangan di Indo-Pasifik dapat secara langsung memengaruhi keamanan Euro-Atlantik.
“Apa yang terjadi di Eropa penting bagi Indo-Pasifik. Dan apa yang terjadi di sini di Asia penting bagi NATO,” demikian kata Stoltenberg selama kunjungan Januari 2023 ke Korea Selatan untuk membahas kerja sama kontraterorisme, pelucutan senjata, pertahanan siber, dan menegakkan tatanan internasional berbasis aturan. “Keamanan kita terhubung. Jadi, kita harus tetap bersatu dan teguh, menuntut penghormatan penuh terhadap Piagam P.B.B., dan memastikan penindasan dan tirani tidak menang atas kebebasan dan demokrasi.”
UNI EMIRAT ARAB
Uni Emirat Arab (UEA) menjalin sebuah inisiatif dengan Prancis dan India pada awal 2023 untuk berkolaborasi di bidang pertahanan, teknologi, dan energi.
“UEA telah terbukti mampu memperluas hubungan diplomatik dan ekonomi dengan hampir semua aktor Indo-Pasifik selama beberapa tahun terakhir,” demikian menurut laporan Februari 2023 oleh Med-Or Foundation, sebuah proyek dari perusahaan kedirgantaraan, keamanan, dan pertahanan yang berbasis di Italia, Leonardo.
“Ketiga belah pihak sepakat bahwa inisiatif trilateral akan menjadi forum untuk memajukan desain dan pelaksanaan proyek kerja sama di bidang energi, dengan fokus pada energi surya dan nuklir, serta dalam perang melawan perubahan iklim dan perlindungan keanekaragaman hayati, khususnya di kawasan Samudra Hindia,” demikian menurut Kementerian Luar Negeri UEA. “Untuk tujuan ini, ketiga negara akan mengeksplorasi kemungkinan bekerja sama dengan Asosiasi Negara-Negara Pesisir Samudra Hindia untuk mengupayakan proyek konkret dan dapat ditindaklanjuti di bidang energi bersih, lingkungan, dan keanekaragaman hayati.”
Negara-negara tersebut juga bermaksud untuk memperkuat koordinasi tentang ancaman yang muncul dari penyakit menular dan langkah-langkah untuk memerangi pandemi.
“Sebagai negara yang berada di garis depan inovasi teknologi, pengembangan kerja sama trilateral antara lembaga akademik dan penelitian yang relevan dan upaya untuk memajukan proyek-proyek inovasi bersama, transfer teknologi, dan kewirausahaan akan didorong,” demikian menurut Kementerian Luar Negeri UEA. “Yang terakhir, sebagai pengakuan atas peran penting ikatan sosial dan manusia dalam kemitraan konstruktif mereka, Prancis, India, dan UEA akan memastikan bahwa inisiatif trilateral ini akan dimanfaatkan sebagai platform untuk memajukan kerja sama budaya melalui serangkaian proyek bersama, termasuk promosi dan perlindungan warisan budaya.”
BRITANIA RAYA
Britania Raya menyebut Indo-Pasifik “sangat penting” bagi kemakmuran dan keamanannya sendiri. Dikenal sebagai “kecondongan” terhadap kawasan ini, strategi Indo-Pasifik Britania Raya berfokus pada ekonomi, keamanan, dan nilai-nilai.
“Kecondongan Indo-Pasifik akan tetap ada,” kata Menteri Luar Negeri Britania Raya saat itu James Cleverly pada September 2022, demikian menurut penyiar berita CNBC. Dia mencatat nilai-nilai bersama antara Britania Raya dan Indo-Pasifik, termasuk “komitmen kami terhadap kedaulatan dan integritas teritorial serta kebebasan dari paksaan ekonomi, dan keyakinan bersama terhadap nilai demokrasi dan pasar terbuka.”
Britania Raya memiliki kemitraan perdagangan senilai lebih dari 3.953,5 triliun rupiah (250 miliar dolar A.S.) di Indo-Pasifik, tempat 1,7 juta warga Britania Raya tinggal, kata Cleverly. “Dalam beberapa dekade mendatang, ini akan menjadi wadah bagi banyak tantangan global mendesak yang kita hadapi — mulai dari iklim dan keanekaragaman hayati hingga keamanan maritim dan persaingan geopolitik yang terkait dengan aturan dan norma kita,” ungkapnya. “Saya ingin memperjelas bahwa kami berkomitmen untuk membuat kecondongan Indo-Pasifik lebih dari sekadar slogan, menjadikannya lebih dari sekadar retorika.”
Misalnya, Britania Raya memperoleh status mitra dialog dengan ASEAN dan mengakui sentralitas kelompok tersebut di kawasan ini dan kontribusi pentingnya bagi perdamaian, kemakmuran, dan keamanan, demikian kata Cleverly. “Dan kami memikul tanggung jawab untuk mendukung upaya tersebut dengan serius,” demikian ungkapnya. “Ini termasuk bekerja dengan mitra untuk memastikan bahwa inisiatif kami melengkapi, bukan bertentangan dengan, peran sentral ASEAN.”
Cleverly, yang ditunjuk pada November 2023 sebagai menteri dalam negeri, menguraikan bidang-bidang kemajuan bagi Britania Raya, termasuk bekerja dengan negara-negara Indo-Pasifik untuk mendorong pertumbuhan dan kemakmuran melalui perdagangan. Britania Raya telah menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan mitra regional yang mencakup Australia, Indonesia, Jepang, Selandia Baru, Singapura, Korea Selatan, dan Vietnam. Negara ini juga menegosiasikan perjanjian ekonomi digital dengan Singapura untuk memajukan perdagangan digital. “Dan kami ingin berbuat lebih,” demikian kata Cleverly. “Fokus kami adalah memperkuat kolaborasi dalam sains, teknologi, penelitian dan pengembangan — seperti yang telah kami lakukan di Singapura.”
Britania Raya juga bermaksud untuk membina hubungan di kawasan ini untuk mempercepat transisi dunia menuju emisi karbon nol bersih.
“Dunia telah menjadi lebih sulit, tetapi itu bukan alasan untuk mundur,” demikian menurut laporan pemerintah Britania Raya “Tilting horizons: the Integrated Review and the Indo-Pacific,” yang diterbitkan pada Agustus 2023. “Bahaya yang kita hadapi bukanlah keniscayaan yang suram, tetapi tantangan yang harus diatasi bersama dengan sekutu kita dan mitra lainnya. Prioritas utama kita haruslah mencegah konflik. Itu membutuhkan penciptaan ruang untuk dialog — dengan ketidaksepakatan vokal. Ini berarti kerja sama di mana tidak ada risiko terhadap keamanan kita. Ini berarti mengakui bahwa persaingan strategis adalah bagian alami dari ekosistem global kita. Namun itu juga mengharuskan Britania Raya untuk dapat menetapkan garis merah, dari posisi yang kuat, dan itu hanya mungkin dilakukan jika pemerintah Britania Raya secara bermakna merangkul kebijakan ketahanan dan penangkalan.”
Cleverly mengatakan Britania Raya bekerja dengan teman dan mitra untuk mengatasi tantangan, tetapi juga untuk memanfaatkan peluang. “Saya di sini untuk memperjelas bahwa kecondongan Indo-Pasifik akan tetap ada,” demikian kata Cleverly. “Ini permanen. Kami telah beralih dari strategi ke penyampaian. Dari teori ekonomi ke penandatanganan kesepakatan perdagangan. Dari diskusi keamanan ke pengerahan kelompok kapal induk pemukul [pengangkut pesawat terbang] kami. Dari berbicara tentang nilai-nilai kami ke berdiri bersama dalam menghadapi invasi [Presiden Rusia Vladimir] Putin [di Ukraina].”
AMERIKA SERIKAT
Sejak meluncurkan strategi Indo-Pasifik terbarunya pada Februari 2022, A.S., sebuah negara Indo-Pasifik yang memiliki ikatan historis dengan kawasan ini, telah mengambil langkah untuk memajukan visi bersama demi Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka yang terhubung, makmur, aman, dan tangguh.
“Saat ini, negara-negara Indo-Pasifik membantu menentukan sifat tatanan internasional, dan Sekutu dan Mitra A.S. di seluruh dunia memiliki andil dalam hasilnya,” demikian pernyataan strategi tersebut. “Pendekatan kami, oleh karena itu, mengambil dari dan sejalan dengan pendekatan yang diambil oleh teman-teman terdekat kami. Seperti Jepang, kami percaya bahwa visi Indo-Pasifik yang sukses harus mengedepankan kebebasan dan keterbukaan serta menawarkan ‘otonomi dan pilihan.’”
A.S. terus bekerja sama dengan Sekutu dan Mitra untuk membangun koneksi yang memperkuat arsitektur regional, dan telah memperkuat keamanan regional dengan meningkatkan jaringan aliansi keamanannya dan meningkatkan latihan militer bersama.
“Kami akan berfokus pada setiap sudut kawasan ini, dari Asia Timur Laut dan Asia Tenggara hingga Asia Selatan dan Oseania, termasuk Kepulauan Pasifik,” demikian pernyataan strategi tersebut. “Kami melakukannya pada saat banyak Sekutu dan Mitra kami, termasuk di Eropa, semakin mengalihkan perhatian mereka ke kawasan tersebut. Dalam lanskap strategis yang berubah dengan cepat, kami menyadari bahwa kepentingan Amerika hanya dapat dimajukan jika kami dengan kuat menjangkarkan Amerika Serikat di Indo-Pasifik dan memperkuat kawasan itu sendiri, bersama dengan Sekutu dan Mitra terdekat kami.”