Asia SelatanAsia TenggaraAsia Timur LautKemitraanTajuk Utama

Kabar Terbaru Strategi Indo-Pasifik

A.S. Perdalam Komitmen kepada Sekutu dan Mitra untuk Mengamankan Perdamaian dan Kemakmuran

Staf FORUM

A merika Serikat telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam menerapkan strategi dinamisnya untuk memodernisasi aliansi yang telah lama ada, memperkuat kemitraan yang ada dan yang sedang berkembang, serta membentuk jaringan inovatif untuk mengatasi tantangan keamanan yang mendesak. Ancaman yang berkembang dan semakin kompleks di kawasan ini berkisar dari meningkatnya agresi oleh Republik Rakyat Tiongkok (RRT), proliferasi nuklir hingga potensi dampak iklim, terutama untuk Negara-Negara Pasifik Biru.

Untuk mengatasi berbagai tantangan keamanan ini, “kita perlu memahami bahwa bagi Amerika Serikat, serta para Sekutu dan Mitra, kita tidak akan melakukannya sendirian dan ini membutuhkan semua bentuk kekuatan dari pemerintah kita,” demikian kata Komandan Komando Pasukan A.S. di Indo-Pasifik (USINDOPACOM) saat itu Laksamana John Aquilino dalam pidatonya di konferensi Pacific Forum pada Januari 2024 tentang operasionalisasi integrasi di kawasan ini, yang menarik lebih dari 200 pemimpin, pejabat militer, dan pakar ke Honolulu, Hawaii. “Tidak mungkin hanya militer saja,” kata Aquilino, meskipun militer “memungkinkan bentuk-bentuk kekuatan nasional lainnya untuk beroperasi dari posisi yang kuat dan, oleh karena itu, militer merupakan aspek yang sangat penting dalam memberikan penangkalan terhadap musuh-musuh tersebut. … Kita perlu berpikir, bertindak, dan beroperasi secara berbeda di lingkungan keamanan ini, di zaman sekarang ini, melawan kelompok musuh ini.” 

Dalam upaya yang dimulai lebih dari satu dekade yang lalu, A.S. telah memperbarui dan memperkuat aliansi dan komitmen perjanjian utama dengan Australia, Jepang, Filipina, Korea Selatan, dan Thailand, hubungan yang dimulai 70 tahun yang lalu atau lebih, sebagian besarnya setelah Perang Dunia II, untuk mengamankan perdamaian regional. Berdasarkan perjanjian kukuh ini, A.S. telah berikrar untuk membela negara-negara tersebut jika mereka diserang. Dalam beberapa tahun terakhir, A.S. telah menjalin hubungan multilateral yang lebih kuat melalui Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN); kemitraan Quad dengan Australia, India, dan Jepang; serta mekanisme keamanan regional. A.S. juga telah memperkuat hubungan dengan mitra Indo-Pasifik lama termasuk India, Malaysia, Mongolia, Selandia Baru, Singapura, Taiwan, Vietnam, dan banyak negara Pasifik Biru serta dengan mitra yang lebih baru. 

A.S. terus mendukung hal ini dan komitmen pertahanan lainnya untuk mencapai penangkalan yang kuat, terukur, dan terintegrasi. Secara khusus, A.S. sedang meningkatkan postur dan struktur kekuatannya di Indo-Pasifik, memperluas latihan global berskala besar, dan meningkatkan kemampuan militer dengan Sekutu dan Mitra.

Komandan Komando Pasukan A.S. di Indo-Pasifik saat itu Laksamana John Aquilino membahas kerja sama keamanan di markas Pasukan Pertahanan Nasional Maladewa di Male pada Januari 2024. KOPRAL KEPALA SHANNON SMITH/ANGKATAN LAUT A.S.

Memperkuat Perjanjian Pertahanan Timbal Balik

Yang menonjol di antara perjanjian pertahanan timbal balik A.S. yang dibangun di seluruh Indo-Pasifik setelah perang dan konflik besar adalah aliansi dengan Jepang dan Korea Selatan. Perjanjian Kerja Sama dan Keamanan Timbal Balik antara A.S. dan Jepang, yang ditandatangani pada tahun 1951, mulai berlaku pada tahun 1952. Perwakilan keamanan menandatangani Perjanjian Pertahanan Timbal Balik A.S.-Korea Selatan pada tahun 1953, dua bulan setelah Perjanjian Gencatan Senjata Korea mengakhiri permusuhan Perang Korea. 

Komitmen A.S. terhadap Jepang dan Korea Selatan baru tumbuh sejak Perang Dunia II. Sejak tahun 1960, misalnya, Jepang dan A.S. telah memperkuat perjanjian mereka dengan serangkaian kesepakatan, beberapa di antaranya bersifat rahasia, yang mencakup aspek seperti status pasukan, kerja sama dalam pengembangan teknologi, dan penambahan ranah siber dan ruang angkasa baru-baru ini. Sejak tahun 2021, ketika Aquilino menjadi Komandan USINDOPACOM, meningkatkan penangkalan dan koordinasi yang diperluas dengan Jepang dan Korea Selatan serta bersama-sama mengupayakan denuklirisasi sepenuhnya Semenanjung Korea telah menjadi prioritas.

Jepang

A.S. terus menunjukkan komitmennya terhadap aliansi Jepang-A.S. dengan menempatkan sekitar 50.000 personel militer di Jepang dan ribuan pegawai sipil dan anggota keluarga Departemen Pertahanan A.S. Selain itu, A.S. mengerahkan banyak aset militernya yang paling canggih dan kapabel ke Jepang termasuk kelompok kapal induk pemukul, radar pertahanan rudal, dan pesawat tempur serang gabungan. A.S. juga mengekspor peralatan pertahanan ke Jepang.

Selama beberapa dekade, Jepang dan A.S. telah meningkatkan frekuensi, kerumitan, dan intensitas latihan bersama. Misalnya, pada tahun 2007 Jepang mulai berpartisipasi dalam latihan angkatan laut Malabar dengan India dan Amerika Serikat. Jepang dan A.S. juga telah meningkatkan inisiatif kerja sama pertahanan mereka seperti berbagi informasi dan meningkatkan interoperabilitas. Pada tahun 2011, kedua pasukan pertahanan bekerja sama untuk menanggapi gempa bumi dan tsunami dahsyat di pulau Honshu Jepang. Pada tahun 2018, Pasukan Amfibi Mobile Jepang dan Marinir A.S. melakukan latihan di prefektur Kagoshima Jepang untuk menyempurnakan operasi bersama di wilayah terpencil. 

Pada Januari 2023, Jepang dan A.S. bergerak untuk memperkuat aliansi dan memastikan Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka, sebagian besar sebagai hasil dari Pembicaraan Konsultatif Keamanan di Washington, D.C., antara menteri pertahanan dan menteri luar negeri kedua negara.

Mereka sepakat untuk mengoptimalkan postur pasukan A.S. di Jepang “dengan menempatkan kemampuan yang lebih fleksibel, mobile, dan tangguh,” demikian kata Menteri Pertahanan A.S. Lloyd Austin, menurut sebuah rilis berita. “Tindakan ini akan meningkatkan penangkalan di kawasan ini dan memungkinkan kami untuk membela Jepang dan rakyatnya secara lebih efektif.” 

Sebagai permulaan, A.S. mendesain ulang unit hingga 2.000 Marinir yang ditarik dari jumlah pasukan yang ada dan dilengkapi dengan kemampuan intelijen, pengawasan dan pengintaian, serta antikapal dan transportasi yang canggih termasuk Sistem Interdiksi Kapal Ekspedisi Marinir/Angkatan Laut yang baru, demikian kata para pejabat.

Untuk mengikuti perkembangan ancaman yang muncul, para pemimpin Jepang dan A.S. sepakat untuk menafsirkan perjanjian tersebut untuk mencakup serangan dari atau di ruang angkasa. Kedua sekutu menambahkan ruang siber ke perjanjian pada tahun 2019.

“Kami juga membahas pembaruan aliansi, peran, dan misi sehingga Jepang dapat lebih aktif berkontribusi pada keamanan regional bersama Amerika Serikat dan mitra lain yang berpikiran sama,” kata Austin. “Kami sangat mendukung keputusan Jepang untuk memperoleh kemampuan serangan balasan, dan kami menegaskan bahwa koordinasi yang erat dalam menggunakan kemampuan ini akan memperkuat Aliansi A.S.-Jepang.”

Marinir Korea Selatan melakukan latihan serangan amfibi selama Cobra Gold 2023 di Thailand. REUTERS

Korea Selatan

Dalam beberapa tahun terakhir, para pejabat tinggi pertahanan Korea Selatan dan A.S. telah berulang kali menegaskan kekuatan aliansi kedua negara dan menjanjikan peningkatan kerja sama militer. Di bawah Pasukan A.S. di Korea, A.S. menempatkan lebih dari 28.000 anggota militer di Korea Selatan sebagai testimoni atas komitmen abadinya terhadap misi bersama.

“Selama hampir tujuh dekade, aliansi ini telah menjadi tumpuan perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea dan di seluruh Indo-Pasifik yang lebih luas,” kata Austin pada November 2022 selama Pertemuan Konsultatif Keamanan tahunan ke-54 di Pentagon. “Dan saat ini, [Korea Selatan] adalah sekutu yang sangat cakap dan penyedia keamanan di kawasan ini serta pembela tatanan internasional berbasis aturan yang menjaga kita semua tetap aman.” 

Pejabat pertahanan Korea Selatan dan A.S. terus menekankan kekuatan aliansi, yang didasarkan pada pengorbanan bersama, dan menyoroti kepentingan bersama mereka dalam menangkal Korea Utara dari kegiatan yang merusak. Austin menegaskan kembali dalam konsultasi 2022 bahwa penangkalan mencakup rangkaian lengkap kemampuan pertahanan nuklir, konvensional, dan rudal A.S. “Di semenanjung ini, kami kembali ke latihan berskala besar untuk memperkuat kesiapan gabungan dan kemampuan kami untuk bertarung malam ini, jika perlu,” ungkapnya. “Kami berkomitmen untuk meningkatkan upaya tersebut guna memperkuat penangkalan terpadu dan memastikan bahwa aliansi ini terus meningkatkan keamanan dan stabilitas di Semenanjung Korea dan di seluruh Indo-Pasifik.”

Oleh karena itu, pada Juli 2023, pertemuan pertama Kelompok Konsultatif Nuklir bilateral — yang diprakarsai tahun sebelumnya oleh Presiden A.S. Joe Biden dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol — digelar di Seoul untuk membahas berbagi informasi, komando dan kontrol nuklir, serta perencanaan dan pelaksanaan bersama untuk menangkal pengembangan senjata nuklir Korea Utara, demikian menurut laporan Reuters.

“Berdasarkan kemampuan kombat siap tempur dan postur kesiapan yang solid, militer kita akan segera membalas setiap provokasi Korea Utara,” kata Yoon dalam upacara September 2023 di Seoul yang menandai peringatan 75 tahun Angkatan Bersenjata negara itu dan peringatan 70 tahun aliansi keamanannya dengan A.S. “Jika Korea Utara menggunakan senjata nuklir, rezimnya akan diakhiri dengan tanggapan luar biasa dari aliansi Korea Selatan-A.S.”

Filipina

Komitmen keamanan A.S. yang abadi terhadap Filipina juga menyaksikan semangat baru. Pada April 2023, kedua sekutu melakukan iterasi terbesar dari latihan Balikatan multilateral bersama mereka dengan lebih dari 17.600 personel dari kedua negara dan Australia berpartisipasi di berbagai lokasi di seluruh Filipina. Latihan itu, yang pertama kali diadakan pada tahun 1991, membangun kekuatan dan kesiapan aliansi. 

Pada Mei 2023, pejabat Filipina dan A.S. memperkenalkan Pedoman Pertahanan Bilateral untuk memodernisasi kerja sama kedua negara. Pedoman tersebut menegaskan bahwa serangan bersenjata di Samudra Pasifik terhadap kapal publik, pesawat terbang, atau angkatan bersenjata kedua negara akan menimbulkan komitmen berdasarkan Perjanjian Pertahanan Timbal Balik A.S.-Filipina 1951. Pedoman ini menetapkan jalur untuk membangun interoperabilitas di ranah konvensional dan nonkonvensional, sebagai pengakuan bahwa ancaman mungkin timbul tidak hanya di ranah darat, laut, dan udara, tetapi juga di ruang siber dan ruang angkasa. Ancaman tersebut juga dapat berupa perang asimetris, hibrida, dan tidak teratur atau taktik zona abu-abu.

Pedoman ini menegaskan kembali relevansi perjanjian yang abadi; memajukan pemahaman bersama tentang peran, misi, dan kemampuan dalam kerangka kerja aliansi; mendorong kesatuan upaya di semua bidang kerja sama keamanan dan pertahanan bilateral; serta memandu bidang-bidang prioritas kerja sama pertahanan, demikian menurut Departemen Pertahanan A.S.

Pedoman ini juga mengidentifikasi berbagai cara untuk memajukan upaya ini termasuk mengoordinasikan modernisasi pertahanan Filipina; memprioritaskan pengadaan platform pertahanan yang dapat saling dioperasikan; dan memperluas investasi dalam pengembangan kapasitas pertahanan nonmaterial. Misalnya, untuk memperdalam interoperabilitas, kedua negara berencana memperluas kerja sama di bidang keamanan maritim dan kesadaran ranah maritim berdasarkan Perjanjian Kerja Sama Pertahanan yang Ditingkatkan (EDCA).

Tentara Filipina dan A.S. berpartisipasi dalam Balikatan 2023 di Fort Magsaysay, Filipina. KOPRAL BRENNICK STEVENS/ANGKATAN DARAT A.S.

Thailand

Sementara itu, A.S. tetap berkomitmen untuk mewujudkan potensi penuh dari aliansinya dengan Thailand. Kedua negara terus bekerja untuk mencapai tujuan pertahanan bersama. Lahir dari Pakta Manila 1954 di bawah Organisasi Perjanjian Asia Tenggara, hubungan Thailand-A.S. berakar pada lebih dari 190 tahun hubungan diplomatik dan nilai-nilai bersama termasuk membangun demokrasi yang tangguh, inklusif, dan memajukan hak asasi manusia. Sejak 1950, Thailand telah menerima peralatan, pasokan, pelatihan, dan bantuan militer A.S. dalam membangun dan meningkatkan fasilitas. Pada tahun 2003, A.S. menetapkan Thailand sebagai sekutu utama non-NATO. Saat ini A.S. adalah pemasok pertahanan utama bagi Thailand dan merupakan mitra dagang terkemuka Thailand, demikian menurut Departemen Luar Negeri A.S. 

Cobra Gold, yang diselenggarakan bersama oleh Thailand dan A.S., adalah latihan militer multinasional tahunan terbesar dan terlama di kawasan ini, dengan latihan 2024 sebagai latihan tahun ke-44. Setiap tahun kedua negara melakukan lebih dari 400 latihan dan keterlibatan militer bersama, demikian menurut Departemen Luar Negeri A.S. Kedua negara juga bersama-sama mengoperasikan Akademi Penegakan Hukum Internasional di Bangkok, yang telah melatih lebih dari 22.000 personel peradilan pidana dari seluruh Asia Tenggara.

Komunike A.S.-Thailand 2022 tentang aliansi dan kemitraan strategis kedua negara mengidentifikasi berbagai prioritas termasuk perubahan iklim, keamanan siber, penegakan hukum, dan teknologi. Dengan Perdana Menteri Srettha Thavisin secara resmi menjabat di Thailand pada Agustus 2023, A.S. berharap untuk terus membangun bidang kerja sama ini.

Komitmen A.S. terhadap Filipina dan Thailand juga dapat dimanfaatkan untuk membantu memberdayakan dan menyatukan ASEAN, demikian kata para ahli. Di bawah aliansinya dengan Thailand, A.S. mendukung pengembangan kawasan Sungai Mekong melalui kemitraan untuk memperkuat kondisi ekonomi lintas batas dan membantu mengelola sumber daya, memerangi kejahatan transnasional, dan memajukan tata kelola pemerintahan yang baik. Upaya tersebut membantu melindungi tidak hanya kedaulatan Thailand, tetapi juga negara-negara Asia Tenggara lainnya yang memiliki kepentingan di kawasan vital ini.

Marinir Thailand dan A.S. berlatih tentang penggunaan sistem pertahanan udara portabel selama Cobra Gold 2023 di provinsi Chanthaburi Thailand. KOPTU MICHAEL TAGGART/PASUKAN MARINIR A.S.

Australia

A.S. tetap teguh dalam komitmen perjanjiannya dengan Australia. Pasukan kedua negara pertama kali bertempur berdampingan selama Pertempuran Hamel Perang Dunia I di Prancis pada tahun 1918 dan telah bertempur bersama dalam setiap konflik besar sejak itu. Australia, Selandia Baru, dan A.S. menandatangani perjanjian ANZUS pada tahun 1951, dan Australia memberlakukan ANZUS untuk mendukung A.S. setelah serangan teroris 11 September 2001.

Australia dan A.S. telah melakukan latihan Talisman Sabre dua tahunan sejak 2005 untuk membantu memastikan kepentingan keamanan bersama mereka, yang mencakup melindungi kebebasan navigasi dan mempertahankan Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka. Sejak tahun 2011, A.S. telah merotasi sekitar 2.000 Marinir setiap tahun ke Darwin di Australia utara dan baru-baru ini termasuk Penerbang. Kedua negara juga telah menandatangani perjanjian kerja sama pertahanan lainnya, dan berpartisipasi dengan Jepang dalam dialog trilateral, dan dengan Jepang dan India dalam kemitraan Quad.

A.S. juga telah memperluas hubungannya dengan Australia melalui perjanjian keamanan trilateral yang ditingkatkan, yang diluncurkan pada September 2021 dan dikenal sebagai AUKUS. Di bawah kemitraan ini, Britania Raya dan A.S. mendukung akuisisi kapal selam bertenaga nuklir dan bersenjata konvensional oleh Australia sekaligus memastikan bahwa ketiga mitra mempertahankan standar nonproliferasi nuklir tertinggi. Para mitra juga akan meningkatkan kemampuan dan interoperabilitas bersama, dan menekankan kemampuan siber, kecerdasan buatan, teknologi kuantum, dan kemampuan bawah laut.

Meningkatkan Kemitraan

Selain memperkuat aliansi, A.S. harus terus memperluas kerja sama pertahanan dalam kemampuan militer penting lainnya dan berbagi informasi dengan dan di antara Sekutu dan Mitra di Indo-Pasifik, demikian kata Dr. Mara Karlin, pelaksana tugas wakil menteri pertahanan untuk kebijakan, selama rapat dengar pendapat Komite Hubungan Luar Negeri Senat A.S. pada September 2023. “Jaringan aliansi dan kemitraan A.S. adalah keunggulan strategis yang tidak dapat ditandingi pesaing,” demikian kata Karlin.

India

Hubungan India-A.S. adalah kunci untuk mengamankan Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka, demikian menurut Siddharth Iyer, direktur kebijakan Asia Selatan Kantor Menteri Pertahanan A.S., itulah sebabnya kedua negara memperkuat hubungan dan jalinan pertahanan mereka. 

Iyer mengatakan kemitraan pertahanan telah menyaksikan “jumlah momentum yang luar biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya” sebab “kehangatan dan keakraban” antara kedua negara telah tumbuh, demikian menurut rilis berita September 2023. Austin telah tiga kali melakukan perjalanan ke India sejak menjadi Menteri Pertahanan A.S. pada tahun 2021. 

“Keyakinan kami adalah bahwa memperbaiki hubungan A.S. dan India tidak hanya diperlukan, tetapi juga sangat penting untuk mencapai strategi kami di Indo-Pasifik,” kata Iyer. “Ada komitmen yang luas dan mendalam untuk mewujudkannya.”

Misalnya, Ekosistem Percepatan Pertahanan India-A.S. memajukan kemitraan antara perusahaan, perusahaan rintisan, dan lembaga penelitian India dan A.S. untuk meningkatkan teknologi komersial secara cepat dengan penggunaan militer.

Pesawat Australia dan A.S. terbang dalam formasi di atas Samudra Hindia selama latihan Talisman Sabre 2023. REUTERS

Negara-Negara Pasifik Biru

A.S. juga menghidupkan kembali kemitraannya dengan Negara-Negara Pasifik Biru. Perjanjian Asosiasi Bebas dengan Negara-Negara Berasosiasi Bebas, perjanjian yang diresmikan pada tahun 1980-an antara A.S. dan tiga negara Pasifik yang berdaulat, menjadi landasan kerja sama, demikian menurut Departemen Luar Negeri A.S. A.S. pada tahun 2023 memperbarui perjanjiannya dengan Kepulauan Marshall, Mikronesia, dan Palau yang memberikan akses militer eksklusif ke bagian-bagian strategis Pasifik, demikian menurut laporan Reuters. A.S. juga menandatangani Perjanjian Kerja Sama Pertahanan dengan Papua Nugini pada Juli 2023.

Presiden Biden mengadakan KTT di Gedung Putih pada tahun 2022 dan 2023 dengan anggota Forum Kepulauan Pasifik (PIF) untuk menunjukkan komitmen abadi A.S. terhadap kawasan ini dan niatnya untuk melindungi kedaulatan Negara-Negara Pasifik Biru, terutama dalam menghadapi perubahan iklim dan naiknya permukaan laut yang mengancam akan menenggelamkan negara-negara kepulauan dataran rendah. “Presiden Biden menegaskan kembali pada KTT September 2023 bahwa “Amerika Serikat berkomitmen untuk memastikan kawasan Indo-Pasifik yang bebas, terbuka, makmur, dan aman.” 

Perwakilan dari semua 18 anggota PIF menghadiri KTT, termasuk Australia, Kepulauan Cook, Fiji, Polinesia Prancis, Kiribati, Kepulauan Marshall, Mikronesia, Nauru, Kaledonia Baru, Selandia Baru, Niue, Palau, Papua Nugini, Samoa, Kepulauan Solomon, Tonga, Tuvalu, dan Vanuatu. “Kami mendengar seruan Anda untuk mendapatkan kepastian bahwa Anda tidak akan pernah kehilangan status kenegaraan atau keanggotaan Anda di Perserikatan Bangsa-Bangsa (P.B.B.) sebagai akibat dari krisis iklim,” ungkap Presiden Joe Biden kepada para pemimpin negara itu. “Hari ini, Amerika Serikat memperjelas bahwa kami juga mengambil posisi seperti itu.” 

Pemerintah A.S. juga memperluas pengakuan diplomatik kepada Kepulauan Cook dan Niue, melanjutkan pembukaan kedutaan besar baru-baru ini di Kepulauan Solomon dan Tonga serta berencana untuk membuka kedutaan besar di Vanuatu pada tahun 2024, demikian menurut surat kabar The New York Times. 

A.S. berjanji dalam KTT 2022 untuk membantu Kepulauan Pasifik melawan pemaksaan ekonomi RRT dan menyumbang 12,8 triliun rupiah (810 juta dolar A.S.) untuk program-program baru selama dekade berikutnya, demikian menurut Reuters. A.S. menjanjikan tambahan 3,1 triliun rupiah (200 juta dolar A.S.) dalam KTT kedua sebagai bagian dari Prakarsa Infrastruktur Kepulauan Pasifik.

A.S. juga mengumumkan inisiatif untuk mendukung batas dan perbatasan maritim dengan meningkatkan kemampuan hukum, memperluas berbagi data cuaca dan iklim, membantu membiayai upaya adaptasi iklim, memperkuat kesiapsiagaan bencana regional, meningkatkan konektivitas digital, memperluas dukungan pasukan penjaga pantai, mendanai kabel bawah laut, dan membantu memerangi penangkapan ikan ilegal, di antara bantuan lainnya.

“Kami mempunyai kepentingan moral, strategis, dan bersejarah yang mendalam di sini,” ungkap seorang pejabat senior A.S. kepada surat kabar The Guardian. “Dan menurut saya kami menegaskan kembali janji itu.”

Komitmen Masa Depan

Komitmen A.S. terhadap Sekutu dan Mitranya terus diperdalam di bawah Strategi Indo-Pasifik dan rencana kampanyenya untuk mencegah konflik melalui penangkalan terpadu. “Amerika Serikat perlu memenuhi tanggung jawab perjanjian pertahanan timbal balik kami, baik itu postur kami di Jepang, Korea, lokasi EDCA kami di Filipina, di dalam Australia dengan mitra kami, semua tempat tersebut,” kata Aquilino dalam konferensi Forum Pasifik. “Ini adalah tentang kami yang bersatu ketika diajak untuk dapat saling beroperasi dan untuk beroperasi bersama.”

Sebagai bagian dari rencananya, A.S. juga berupaya menjalin hubungan antara Indo-Pasifik dan Euro-Atlantik. A.S. mendukung berbagai negara termasuk Australia, Jepang, Selandia Baru, dan Korea Selatan dalam memperluas hubungan dengan NATO, misalnya.

A.S. telah berjanji untuk meningkatkan jumlah dan kompleksitas latihan militer dengan sekutu perjanjian, dan untuk memperluas kerja sama militer dengan mitra lain dan negara Indo-Pasifik yang berpikiran sama, sebagian besar di bawah naungan ASEAN, untuk mencapai visi bersama yakni Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka dan memastikan kemakmuran dan perdamaian di kawasan ini.  

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button