Jepang dan A.S. berupaya memperkuat dan memperluas aliansi
Felix Kim
Aliansi Jepang-Amerika Serikat, yang merupakan landasan keamanan yang sudah lama terbentuk di Indo-Pasifik, telah mencapai tingkat kolaborasi baru, dengan para pemimpin kedua negara baru-baru ini menggarisbawahi perluasan visi kerja sama yang tidak hanya menekankan stabilitas regional tetapi juga stabilitas global.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Presiden A.S. Joe Biden memuji evolusi aliansi itu menjadi “kemitraan global yang sesuai untuk tantangan saat ini dan masa depan,” komitmen yang ditandai dengan inisiatif strategis baru dan penguatan kerja sama pertahanan.
“Selama tiga tahun terakhir ini, Aliansi A.S.-Jepang telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ungkap Presiden Joe Biden dalam pernyataan bersama setelah KTT pemimpin kedua negara pada April 2024 di Gedung Putih di Washington, D.C.
Pemimpin kedua negara berjanji untuk terus membangun kerangka kerja sama yang mencakup pertahanan, inovasi teknologi, dan diplomasi global. “Tujuan kami sebagai mitra adalah untuk menegakkan dan memperkuat tatanan internasional yang bebas dan terbuka berdasarkan supremasi hukum yang telah memungkinkan banyak negara untuk berkembang dan sejahtera,” ungkap Fumio Kishida.
Aspek kunci dari penguatan aliansi ini adalah peningkatan perjanjian pertahanan timbal balik, seperti upaya Jepang untuk memperkuat kemampuan pertahanannya dan penegasan A.S. atas “komitmen teguhnya” untuk membela Jepang, termasuk Kepulauan Senkaku yang dikelola Jepang. Republik Rakyat Tiongkok mengklaim kepulauan di Laut Cina Timur itu sebagai wilayahnya dan Tokyo mengutuk pendudukan maritim yang dilakukan oleh pasukan penjaga pantai Beijing dan kapal Tiongkok lainnya di perairan di sekitar kepulauan itu.
“Inti kemitraan global kita adalah kerja sama pertahanan dan keamanan bilateral berdasarkan Perjanjian Kerja Sama dan Keamanan Timbal Balik, yang kini lebih kuat daripada sebelumnya,” ungkap kedua pemimpin itu.
Untuk mengatasi ancaman keamanan yang muncul dan berkembang, kedua negara itu akan meningkatkan kerangka kerja komando dan kontrol mereka untuk memastikan integrasi operasi berjalan dengan lancar. Langkah-langkah itu akan meningkatkan interoperabilitas dan perencanaan di antara pasukan Jepang dan A.S. selama masa damai dan keadaan darurat, sehingga memperkuat penangkalan dan mendorong Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka.
Kedua pemimpin itu juga mencatat berbagai proyek kolaborasi ambisius seperti pengembangan bersama rudal pencegat fase luncur untuk melawan persenjataan hipersonik, serta perjanjian pada April 2024 yang menyerukan kepada Jepang untuk merancang, mengembangkan, dan mengoperasikan kendaraan penjelajah untuk misi berawak dan tidak berawak ke bulan, sementara itu NASA akan meluncurkan dan mengirimkan kendaraan penjelajah itu ke permukaan bulan.
“Aspek paling mendalam dari KTT ini bukanlah ‘hasil akhir’ terperinci, melainkan pesan yang mendasarinya: bahwa aliansi A.S.-Jepang kini bersifat global,” tulis Dr. Jeffrey Hornung, analis pertahanan di Rand Corp., dalam analisis untuk publikasi Nikkei Asia Jepang. “Pergeseran ini dimulai dengan Perang Teluk pada tahun 1991 ketika A.S. mengharapkan Jepang untuk melakukan sesuatu yang sepadan dengan kekuatan politiknya. Provokasi yang dilakukan Korea Utara dan Tiongkok pada tahun-tahun berikutnya berdampak lebih jauh pada aliansi itu, begitu pula perang global melawan teror.”
Sejak itu, demikian ungkap Jeffrey Hornung, negara-negara sekutu semakin terlibat dalam minilateral dan kelompok keamanan informal lainnya dengan berbagai negara seperti Australia dan India, sehingga memperluas jangkauan strategis mereka di Indo-Pasifik dan sekitarnya. Hubungan yang semakin luas itu mencakup peningkatan hubungan pertahanan di antara Jepang dan NATO, yang menyoroti semakin berkembangnya prospek global aliansi keamanan yang beranggotakan 32 negara itu.
“Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menerapkan semua gagasan besar yang diumumkan,” tulis Jeffrey Hornung. “Meskipun demikian, hasil KTT itu sudah jelas. Aliansi A.S.-Jepang kuat, selaras, dan benar-benar bersifat global.”
Felix Kim merupakan kontributor FORUM yang memberikan laporan dari Seoul, Korea Selatan.