Spionase PKT mengancam sistem infrastruktur kritis dan militer di seluruh dunia

Staf FORUM
Untuk memodernisasi militernya di bawah kepemimpinan Sekretaris Jenderal Xi Jinping, Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah berupaya mencuri informasi industri dan militer kritis serta teknologi canggih dari perusahaan, pemerintah, militer, dan universitas asing melalui serangkaian teknik, demikian menurut para ahli pertahanan.
“Perilaku yang kita bicarakan di sini jauh melampaui spionase tradisional,” ungkap Mike Burgess, direktur jenderal Organisasi Intelijen Keamanan Australia (Australian Security Intelligence Organisation – ASIO), pada Oktober 2023, demikian menurut Reuters.
“Pemerintah Tiongkok terlibat dalam pencurian keahlian dan kekayaan intelektual paling canggih, berkelanjutan, dan berskala paling luas dalam sejarah umat manusia,” ungkap Mike Burgess.
Pencurian kekayaan intelektual yang biasanya dilakukan oleh perusahaan Tiongkok yang memiliki hubungan dengan PKT telah didokumentasikan mulai dari Prancis, Jerman, dan Britania Raya hingga Kamboja, Hong Kong, Jepang, Mongolia, Pakistan, Rusia, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand, demikian yang dilaporkan surat kabar The Guardian pada Februari 2024.
“Hal semacam ini terjadi setiap harinya di Australia, begitu pula di negara-negara ini,” ungkap Mike Burgess, merujuk pada anggota aliansi intelijen Five Eyes — Australia, Kanada, Selandia Baru, Britania Raya, dan Amerika Serikat. Pada Mei 2023, kelompok ini memperingatkan mengenai operasi mata-mata Tiongkok berskala luas yang menargetkan infrastruktur kritis dan sektor lainnya. Pada September 2023, ASIO mengungkap rencana PKT untuk mencuri rahasia dari lembaga penelitian Australia, demikian yang dilaporkan Reuters.
PKT menargetkan baik sekutu maupun musuhnya dengan menggunakan teknik spionase konvensional — seperti mata-mata, jebakan cinta (honey trap), pemerasan, dan penyuapan — dan pendekatan kontemporer yang mengandalkan peretasan siber dan pengumpulan data rahasia. Selain menggunakan lembaga pemerintah dan organisasi serta perusahaan yang dikelola negara, PKT merekrut anggota diaspora Tiongkok, termasuk pengusaha, peneliti, dan pelajar, serta warga negara asing melalui Institut Konfusiusnya, yang dipromosikan oleh PKT sebagai pusat kebudayaan, untuk membantu mencapai upayanya.
Berbagai kegiatan semacam itu mengancam militer asing dan infrastruktur global utama. Selain itu, kampanye spionase siber PKT semakin meningkat cakupan dan tingkat keparahannya seiring dengan berkembangnya kecerdasan buatan generatif dan pembelajaran mesin, demikian ungkap Dr. Benjamin Jensen, peneliti senior di Program Keamanan Internasional di Center for Strategic and International Studies, dalam kesaksiannya pada September 2023 di hadapan Kongres A.S.
Sebagian besar spionase yang dilakukan PKT berada di bawah strategi fusi militer-sipil (military-civilian fusion – MCF) Xi Jinping, yang didorongnya agar mulai diterapkan pada tahun 2017, untuk mengaitkan upaya militer dengan aktivitas sipil yang tampaknya tidak berbahaya. Dalam praktiknya, PKT menentang standar dan norma etika internasional untuk mencapai modernisasi militernya.
Republik Rakyat Tiongkok (RRT) “telah memobilisasi sumber daya dalam jumlah besar untuk mendukung modernisasi pertahanannya, termasuk melalui Strategi Pengembangan MCF-nya, serta kegiatan spionase untuk memperoleh peralatan kelas militer yang bersifat sensitif dan memiliki penggunaan ganda,” demikian menurut Laporan Kekuatan Militer Tiongkok (China Military Power Report – CMPR) 2023 yang diterbitkan oleh Departemen Pertahanan A.S. “RRT telah melakukan reorganisasi secara substansial pada sektor industri pertahanannya untuk meningkatkan penelitian, pengembangan, akuisisi, pengujian, evaluasi, dan produksi sistem persenjataan.
“Upaya RRT untuk memperoleh peralatan kelas militer yang bersifat sensitif dan memiliki penggunaan ganda mencakup teknologi penerbangan, penguat daya dan sirkuit pengawasan tahan radiasi, sirkuit terpadu tahan radiasi, sirkuit terpadu gelombang mikro monolitik, akselerometer, giroskop, teknologi angkatan laut dan kelautan, dekoder sinyal, rahasia dagang busa sintaksis, komunikasi ruang angkasa, peralatan pengacau komunikasi militer, dan memori akses acak dinamis,” ungkap laporan itu.
PKT telah meniru atau merekayasa balik serangkaian teknologi dari militer lain. Rostec Corp., konglomerat pertahanan Rusia, pada tahun 2019 menuduh Beijing meniru berbagai jenis teknologi yang mencakup mesin pesawat terbang, pesawat tempur Sukhoi, pesawat jet penumpang, sistem pertahanan udara, rudal pertahanan udara portabel, dan sistem rudal permukaan-ke-udara jarak menengah. Presiden Rusia Vladimir Putin mendirikan Rostec pada tahun 2007.
Para analis mengatakan PKT terus menargetkan Rusia untuk memperoleh teknologi militer sensitif, demikian menurut laporan Check Point, perusahaan keamanan siber Israel-A.S. pada Mei 2022.
Dengan menggunakan phishing dan peretasan, PKT dalam beberapa tahun terakhir ini mencoba menginfiltrasi berbagai lembaga Rusia yang melakukan penelitian komunikasi satelit, radar, dan teknologi perang elektronik, demikian yang dilaporkan surat kabar The New York Times.