SOCKOR A.S. menjadi tuan rumah forum operasi khusus multinasional
Mayor Christopher J. Mesnard/Angkatan Udara A.S.
Sejumlah pemimpin operasi khusus multinasional berkumpul di Garnisun Humphreys Angkatan Darat Amerika Serikat, di dekat Pyeongtaek, Korea Selatan, pada akhir Februari 2024 untuk mengikuti forum Pasukan Operasi Khusus Komandan Komponen yang diselenggarakan oleh Komando Operasi Khusus A.S. di Korea (U.S. Special Operations Command Korea – U.S. SOCKOR).
Personel operasi khusus senior dari Jepang, Korea Selatan, A.S., negara-negara anggota Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Indo-Pasifik berpartisipasi dalam acara selama tiga hari itu. Berbagai diskusi berfokus pada upaya kolaboratif dalam melawan ancaman regional, peluang pelatihan gabungan, pembelajaran dari konflik terkini dan historis yang melibatkan pasukan operasi khusus, serta membagikan dan memproses data antarnegara.
Jenderal Bryan Fenton, komandan Komando Operasi Khusus A.S., dan Sersan Mayor Komando Shane Shorter, pemimpin bintara senior komando itu, membuka forum tersebut dengan membahas lingkungan strategis dari perspektif operasi khusus A.S. Mereka menekankan pentingnya hubungan dengan mitra dari pasukan operasi khusus (special operations force – SOF) internasional dalam mewujudkan empat prioritas yang saling menguntungkan: mencegah konflik; mempersiapkan diri dalam menghadapi krisis yang berada di luar kendali norma-norma internasional; memperoleh kemenangan dalam segala bentuk kompetisi; dan menjaga fokus strategis personel, misi, serta kemampuan operasi khusus.
“Seperti yang kita lihat, ada satu elemen atau tema yang berlaku dalam memungkinkan keunggulan kompetitif prinsip-prinsip operasi khusus, dan itu adalah tim, mitra, dan hubungan yang kita investasikan saat ini,” ungkap Bryan Fenton. “Tidak ada seorang pun yang pernah mengalami krisis atau perang sendirian. Kemampuan kita untuk mencapai keunggulan dalam mencegah niat musuh atau memperoleh kemenangan jika diperlukan bersumber pada gagasan tentang kedalaman pasukan yang dapat kita gunakan.”
Bryan Fenton dan Shane Shorter menggambarkan peran SOCKOR dan komando operasi khusus medan (theater special operations command – TSOC) lainnya yang diselaraskan secara regional dalam memberdayakan pembuat kebijakan agar memiliki berbagai pilihan untuk meraih kemenangan di semua tingkat atau fase persaingan.
“Kita melihat TSOC sebagai organisasi unggulan kita untuk melaksanakan rangkaian operasi militer yang didukung oleh kemampuan SOF,” ungkap Shane Shorter. “Kita harus memikirkan dengan cermat setiap potensi krisis, yang berarti pelatihan dan interoperabilitas antarnegara yang memiliki kepentingan bersama demi tercapainya stabilitas tatanan dunia kita.”
Selain itu, para diplomat terkemuka membahas berbagai topik termasuk hak asasi manusia di Korea Utara, perlunya menerapkan pendekatan diplomatik multinasional di kawasan itu, dan dampak SOF dalam memungkinkan adanya pilihan berbasis diplomasi dan kebijakan. Duta Besar A.S. Julie Turner, utusan khusus untuk masalah hak asasi manusia Korea Utara, Duta Besar A.S. untuk Korea Selatan Philip S. Goldberg, dan Colin Crooks, Duta Besar Britania Raya untuk Korea Selatan, termasuk di antara para peserta.
Brigadir Jenderal Derek N. Lipson, komandan SOCKOR, menyoroti akses dan penempatan unik komando itu serta lokasinya dalam kaitannya dengan kepentingan strategis di Indo-Pasifik.
“Kita hidup di lingkungan yang kompleks, tetapi kita bermaksud untuk menambahkan kejelasan dengan memungkinkan pengumpulan dan penggunaan data yang efektif di seluruh jaringan Sekutu dan Mitra kita yang memiliki kepentingan bersama di kawasan ini,” ungkap Derek N. Lipson. “Forum ini diselenggarakan bukan untuk mendukung kepentingan kami semata. Forum ini dilaksanakan untuk memajukan prioritas pertahanan bersama dan memastikan bahwa jika penangkalan gagal, kita siap untuk menang melalui koalisi personel operasi khusus yang siap dan mampu.”
Para pembicara mencatat adanya perubahan arah dari kontraterorisme dan kontrapemberontakan yang menjadi fokus utama komunitas SOF selama 20 tahun terakhir ini menjadi upaya untuk mengedepankan prioritas keamanan nasional saat ini. Derek N. Lipson mengatakan SOCKOR akan terus meningkatkan kemampuan perang nonkonvensional dan nonregulernya yang memenuhi kebutuhan penangkalan terpadu, respons krisis, kontraterorisme, dan kontrapemberontakan, sembari tetap peka terhadap pertimbangan sosiokultural yang beragam di kawasan itu.
Jenderal Paul LaCamera, komandan Pasukan A.S. di Korea, menegaskan perlunya memahami dan mengatasi ancaman yang ditimbulkan oleh Korea Utara dan intervensi pihak ketiga terkait.
“Kami mencurahkan fokus penuh dalam menjunjung tinggi komitmen kami terhadap Aliansi Korea Selatan-A.S.,” ungkapnya. “Sebagai komando gabungan yang tersusun atas tiga kesatuan, anggota kami harus melihat bagaimana kami bersaing sebagai cara untuk menangkal (dan) menghalangi agresi, sekaligus mempertahankan hak kita untuk membela diri dan memperoleh kemenangan dalam krisis jika diperlukan.”
Paul LaCamera juga mencatat perlunya untuk lebih memahami dan menyoroti jaringan spesifik yang digunakan Korea Utara untuk merongrong sanksi P.B.B. terkait pengadaan dan proliferasi senjata. Dia memuji peran nyata komunitas SOF dalam upaya ini sebagai hasil dari pelatihan khusus dan kesiapan misinya untuk melawan senjata pemusnah masal, dan kemampuannya untuk mengedepankan strategi di bawah level krisis.
Forum itu melanjutkan kehadiran personel operasi khusus A.S. selama puluhan tahun di Semenanjung Korea dan di seluruh kawasan itu — sebuah tema yang disoroti di sepanjang acara, yang memberikan peluang bagi keterlibatan multinasional dengan penekanan pada dimungkinkannya upaya penangkalan terpadu melalui hubungan operasi khusus.