Para ahli mengatakan Percepat untuk mempertahankan keunggulan penangkalan

Staf FORUM
Pesan kepada 1.900 perwakilan dari 15 negara di seluruh Indo-Pasifik disampaikan berulang kali selama Konferensi Sains & Teknologi Operasional Pasifik (Pacific Operational Science & Technology – POST) terbesar yang pernah ada pada awal Maret 2024: Ada kebutuhan akan kecepatan.
“Tiga kata: Percepat. Percepat. Percepat. Saya rasa kita semua sepakat bahwa kita perlu bergerak lebih cepat,” ungkap Mayor Jenderal Joshua M. Rudd, kepala staf Komando Pasukan Amerika Serikat di Indo-Pasifik (USINDOPACOM).
Joshua M. Rudd membacakan contoh judul berita utama kepada hadirin, termasuk kesaksian para pemimpin Komando Strategis A.S. dan Komando Ruang Angkasa A.S. Mereka memperingatkan Komite Angkatan Bersenjata Senat A.S. bahwa Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Rusia “bergerak sangat cepat” dalam membangun persenjataan antiruang angkasa.
“Itulah yang mendorong kami. Itulah yang membuat kami bersemangat setiap harinya. Peringatan itu memotivasi kami untuk melakukan semua yang kami bisa untuk memastikan tidak terjadinya konflik. Itulah prioritas kami. Itulah upaya kami — menghindari konflik,” ungkap Joshua M. Rudd, sembari menyerukan kepada Sekutu dan Mitra, industri swasta, pemerintah, dan akademisi untuk mengembangkan kemampuan perang inovatif guna menangkal agresi.
Laksamana Muda Hyo-Sang Ryu, direktur jenderal biro perencanaan pasukan mutakhir untuk administrasi pertahanan nasional Korea Selatan, memimpin delegasi beranggotakan 14 orang dari negaranya ke konferensi itu. Pesan dari Joshua M. Rudd dan anggota delegasi lainnya sudah tidak asing lagi.
“Pimpinan senior kami, termasuk menteri pertahanan, mereka menekankan kecepatan dan akselerasi,” ungkap Hyo-Sang Ryu kepada FORUM.

FOTO DIAMBIL DARI: National Defense Industrial Association
Konferensi selama empat hari di Hawaii, dengan tema “Penentuan Sikap untuk Masa Depan — Bermitra/Diposisikan/Disiapkan,” mencakup diskusi panel, lokakarya, sesi berjejaring, dan demonstrasi teknologi bagi perwakilan dari entitas bisnis, militer, dan pemerintah. Acara tahunan itu diselenggarakan oleh USINDOPACOM dan National Defense Industrial Association.
Beberapa pembicara mengutip Strategi Pertahanan Nasional A.S. tahun 2022, yang mengidentifikasi RRT sebagai “pesaing strategis paling penting dalam beberapa dekade mendatang … berdasarkan tindakan RRT yang semakin koersif untuk membentuk kembali kawasan Indo-Pasifik dan sistem internasional agar sesuai dengan preferensi otoriternya.”
Dr. George Kailiwai III, direktur persyaratan dan sumber daya USINDOPACOM, mengatakan banyaknya jumlah peserta dalam konferensi ini menunjukkan kondisi iklim internasional.
“Inilah inti Strategi Pertahanan Nasional: bahwa Tiongkok merupakan ancaman utama kita, dan Komando Pasukan A.S. di Indo-Pasifik tentunya bertanggung jawab untuk menangkal agresi di kawasan ini, serta bertempur dan menang, jika diperlukan,” ungkapnya kepada FORUM. “Kita menghadapi musuh yang dapat menghasilkan sesuatu dengan sangat cepat, sehingga kita perlu memastikan bahwa kita terus mengungguli musuh mana pun di kawasan ini.”
Para peserta mengatakan tantangannya adalah menjembatani kesenjangan di antara inovasi dan penerapan praktis.
Nicole Kilgore, wakil pejabat eksekutif program gabungan untuk Pertahanan Kimia, Biologi, Radiologi, dan Nuklir A.S., mengatakan upaya itu mungkin memerlukan “pengiriman bertahap.”
“Dengan pengiriman bertahap, bukan berarti kita harus memiliki solusi 100% dan menunggu hingga disempurnakan,” ungkapnya. “Tetapi mengirimkan kemampuan bertahap memungkinkan saya melakukan pelapisan dan menyisipkan inovasi. Ini bukanlah jawaban akhir, tetapi mampu menyampaikan kemampuan itu ke tangan prajurit tempur sesegera mungkin.”
Pembicara utama mencakup Heidi Shyu, Wakil Menteri Pertahanan A.S. untuk urusan penelitian dan teknik, dan Dr. Tanya Monro, kepala ilmuwan pertahanan Australia. Doug Beck, direktur Unit Inovasi Pertahanan Departemen Pertahanan A.S. dan penasihat senior Menteri Pertahanan Lloyd Austin, juga memberikan pidato.
Heidi Shyu mengatakan Departemen Pertahanan “tidak boleh membiarkan penelitian yang berguna terbengkalai di laboratorium, proses birokrasi mencegah keterlibatan dengan perusahaan swasta yang inovatif, atau membiarkan paradigma lama menghalangi kolaborasi dengan beberapa mitra paling tepercaya kami.”
Fokus, urgensi, dan kolaborasi diperlukan untuk memberikan kemampuan canggih kepada prajurit tempur, sembari berinvestasi secara bijaksana dalam menyesuaikan berbagai ide yang dapat memberikan keunggulan teknologi selama beberapa dekade mendatang, demikian ungkapnya.
“Penangkalan terpadu kami didukung secara signifikan oleh keunggulan asimetris yang dihadirkan oleh jaringan Sekutu dan Mitra terdekat kami,” ungkap Heidi Shyu.
Hyo-Sang Ryu mengatakan bahwa dia menghargai wawasan semacam itu dan bahwa dia “dapat mempelajari lebih banyak lagi perkembangan sains dan teknologi secara berkesinambungan, dan wawasan itu juga membantu kami mengidentifikasi arah yang harus diambil Korea Selatan untuk masa depan.”