Kemitraan pertahanan Singapura-Thailand sangat penting bagi keamanan Indo-Pasifik
Tom Abke
Dibentuk selama beberapa dekade dan berkembang seiring dengan lingkungan keamanan di Indo-Pasifik, kemitraan pertahanan antara Singapura dan Thailand merupakan salah satu kemitraan pertahanan yang paling kuat dan paling luas jangkauannya di kawasan ini, termasuk upaya bersama untuk mengamankan jalur pelayaran penting di Selat Malaka dan Selat Singapura, serta latihan militer rutin.
“Hanya dengan beberapa mitra asing utama saja SAF [Angkatan Bersenjata Singapura] telah menyelenggarakan rencana pelatihan bersama yang melibatkan komponen perang,” ungkap Dr. Collin Koh, seorang peneliti senior di S. Rajaratnam School of International Studies di Singapura, kepada FORUM. “Thailand adalah salah satu teladan yang baik, seperti yang ditunjukkan dalam latihan perang konvensional termasuk penembakan langsung rudal. Dengan demikian, hubungan ini memberikan elemen penangkalan lebih lanjut terhadap postur pertahanan Singapura.”
Selama Perang Dingin, kemitraan bilateral ini berfungsi sebagai “benteng” melawan penyebaran komunisme di kawasan tersebut, kata Koh. Dalam beberapa tahun terakhir, kemitraan ini telah berupaya untuk menangkal dan mempertahankan diri dari ancaman yang terus-menerus seperti pembajakan dan perampokan di selat tersebut dan untuk memperkuat interoperabilitas pertahanan sebagai persiapan menghadapi potensi konflik di Laut Cina Selatan dan di tempat lain di kawasan ini.
Kunjungan pada pertengahan Januari 2024 oleh Laksamana Adoong Pan-iam, panglima tertinggi Angkatan Laut Thailand, ke Singapura menyoroti hubungan yang semakin erat antara angkatan laut kedua negara. Keterlibatan semacam itu, bersamaan dengan “kunjungan tingkat tinggi, pertukaran profesional, kursus, dan latihan bilateral seperti Latihan Singsiam … telah meningkatkan profesionalisme dan saling pengertian di antara personel kedua angkatan laut,” demikian yang dinyatakan oleh Kementerian Pertahanan Singapura (MINDEF).
Singsiam adalah latihan angkatan laut bilateral yang diadakan setiap dua tahun sekali sejak tahun 1981. Iterasi terakhirnya pada Maret 2022 melibatkan kapal fregat dari masing-masing angkatan laut, bersama dengan kapal dan helikopter lainnya, melakukan latihan keamanan maritim dan penembakan rudal dengan amunisi aktif di Selat Malaka dan Laut Andaman.
Angkatan Darat Singapura dan Angkatan Darat Thailand pada Desember 2023 melaksanakan iterasi ke-23 dari Latihan Kocha Singa tahunan, yang menampilkan latihan menembak dengan amunisi aktif di Kompleks Multi-Mission Range Singapura dan latihan lapangan tingkat batalion gabungan di Fasilitas Pelatihan Perkotaan Murai, juga di Singapura.
Sementara itu, latihan tahunan Cope Tiger menampilkan angkatan udara kedua negara bersama Angkatan Udara Amerika Serikat. Iterasi ke-27, yang diadakan pada bulan Maret 2023, melibatkan lebih dari 2.000 personel dan sekitar 70 aset termasuk jet tempur, helikopter tempur, kendaraan udara tanpa awak, dan sistem pertahanan udara berbasis darat. Latihan ini mempersiapkan pasukan untuk merencanakan dan melaksanakan operasi tempur udara berskala besar untuk misi pertahanan dan serangan udara, demikian yang diungkapkan para pejabat.
Angkatan bersenjata Singapura dan Thailand juga berpartisipasi dengan personel Indonesia dan Malaysia dalam Patroli Selat Malaka. Inisiatif untuk mengamankan Selat Malaka dan Selat Singapura mencakup patroli udara dan maritim, serta berbagi informasi intelijen, demikian menurut MINDEF.
“Sangat penting untuk mempertahankan kemitraan tradisional ini,” ungkap Koh tentang keterlibatan pertahanan Singapura-Thailand, yang dia gambarkan sebagai “jangkar diplomasi pertahanan regional … terutama karena kemitraan ini mendorong prakarsa yang lebih substansial dalam hal ruang lingkup dan kedalaman – khususnya, interoperabilitas militer-ke-militer, yang merupakan sesuatu yang tidak mudah diperoleh dalam prakarsa multilateral berskala lebih luas.”
Tom Abke merupakan koresponden FORUM yang memberikan laporan dari Singapura.