Asia Timur LautIndo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka / FOIPKonflik / Ketegangan

Hong Kong memulai tahun 2024 dengan gerakan antidemokrasi

Staf FORUM

Ketika persidangan konglomerat media Jimmy Lai dimulai pada 18 Desember 2023 di Hong Kong, beberapa pihak menyebutnya sebagai ujian penting terhadap kebebasan berbicara berdasarkan undang-undang keamanan nasional yang kejam di bekas koloni Inggris itu.

Pihak lainnya, seperti putra Jimmy Lai, Sebastien, menyebutnya sebagai persidangan palsu.

Jimmy Lai, 76 tahun, penerbit surat kabar Apple Daily prodemokrasi yang sekarang sudah diberedel, didakwa “berkolusi dengan kekuatan asing” dan berkonspirasi untuk menerbitkan materi yang bersifat menghasut. Dia menghadapi ancaman hukuman penjara seumur hidup.

Persidangan yang telah lama tertunda itu, yang diperkirakan akan memakan waktu selama berbulan-bulan, merupakan contoh menonjol dari apa yang dikatakan para pengamat sebagai pelucutan formula “satu negara, dua sistem” yang disetujui oleh Republik Rakyat Tiongkok (RRT) ketika Britania Raya menyerahkan Hong Kong pada tahun 1997. Berdasarkan kesepakatan itu, pusat keuangan global ini dijanjikan mendapatkan otonomi politik tingkat tinggi selama 50 tahun, termasuk kebebasan yang tidak ditawarkan di Tiongkok daratan di bawah pemerintahan Partai Komunis Tiongkok.

Tetapi keinginan RRT semakin kuat untuk mengingkari janji itu — terutama setelah munculnya gerakan massa prodemokrasi pada tahun 2019. Undang-undang keamanan yang diberlakukan Beijing pada tahun 2020 mengkriminalisasi perbedaan pendapat dan kritik terhadap pemerintah, yang berujung pada penangkapan aktivis, politisi, dan jurnalis seperti Jimmy Lai, serta pencabutan hak pilih dan kebebasan berbicara.

Seiring berakhirnya tahun 2023, berbagai contoh dari apa yang disebut sebagai “daratanisasi Hong Kong” meliputi:

  • Pemerintah Hong Kong menambahkan lima aktivis prodemokrasi di luar negeri ke dalam apa yang dikecam oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken sebagai “daftar hadiah penangkapan” dan menawarkan imbalan senilai 1,97 miliar rupiah (128.000 dolar A.S.) kepada siapa pun yang dapat memberikan informasi keberadaan setiap aktivis itu, demikian yang dilaporkan surat kabar The Washington Post pada bulan Desember. Joey Siu, seorang aktivis dan warga negara A.S. di Washington, D.C., mengatakan bahwa pencantuman dirinya dalam daftar itu menunjukkan “jangkauan ekstrateritorial undang-undang keamanan nasional.”
  • Agnes Chow, aktivis prodemokrasi lainnya yang menjalani hukuman penjara sekitar tujuh bulan, melalui Instagram pada awal Desember menjelaskan bagaimana dia diizinkan meninggalkan Hong Kong untuk melanjutkan studinya di Kanada. Agnes Chow, 27 tahun, mengatakan dia diperintahkan untuk meninggalkan masa lalunya atau terus dikurung dalam kota itu. Agnes Chow menerima kesepakatan itu, yang mencakup perjalanan dengan pengawalan aparat kepolisian ke Tiongkok daratan tempat dia dipaksa untuk menunjukkan penghargaan terhadap Partai Komunis Tiongkok, demikian yang dilaporkan kantor berita Agence France-Presse. Agnes Chow mengatakan dia tidak akan kembali ke Hong Kong meskipun adanya persyaratan dalam jaminan pembebasan yang dilakukannya secara berkala. Kepala eksekutif kota itu, John Lee, mengatakan Agnes Chow akan diburu seumur hidup kecuali jika dia menyerahkan diri kepada pihak berwenang.
  • Berbagai kelompok jurnalisme menyuarakan keprihatinan bahwa Minnie Chan, reporter surat kabar South China Morning Post Hong Kong, telah ditahan setelah melakukan perjalanan ke Beijing untuk menghadiri forum keamanan pada bulan Oktober. Pada akhir bulan Desember, satu-satunya kontak Minnie Chan yang terlihat adalah postingan Facebook pada pertengahan bulan November, dan surat kabar itu mengatakan bahwa dia telah mengambil “cuti pribadi,” demikian menurut berbagai laporan media.
  • Jumlah pemilih dalam pemilu distrik yang “hanya diikuti oleh politisi patriot” pada bulan Desember yang tidak menyertakan oposisi demokratis mencapai titik terendah sepanjang masa, yakni sebesar 27,54%, demikian yang dilaporkan Radio Free Asia (RFA).

Seorang pria berusia 26 tahun yang mengenakan kaus bertuliskan slogan unjuk rasa terlarang ditangkap saat dia menaiki pesawat terbang, demikian yang dilaporkan RFA pada 30 November.

Beri Komentar Di Sini

Privasi Anda penting bagi kami. Jika Anda memilih untuk membagikan alamat email Anda, staf FORUM hanya akan menggunakannya untuk berkomunikasi dengan Anda. Kami tidak akan membagikan atau memublikasikan alamat email Anda. Hanya nama dan situs web Anda yang akan muncul pada komentar Anda. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button