Pengadaan pertahanan melonjak seiring meningkatnya ketegangan
Staf FORUM
Ancaman regional dan dampak perang Rusia-Ukraina telah menyebabkan beberapa negara Indo-Pasifik secara drastis meningkatkan kapabilitas pertahanan mereka. Australia, Jepang, dan Singapura termasuk di antara negara yang meningkatkan langkah keamanan untuk mendorong diplomasi, penangkalan proyek, dan persiapan menghadapi potensi konflik di lingkungan yang makin tegang.
Tindakan provokatif oleh Korea Utara, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), dan Rusia memotivasi peningkatan tersebut. Serangan Rusia terhadap Ukraina pada Februari 2022 menimbulkan kekhawatiran di seluruh Indo-Pasifik, yang memberi alasan tambahan kepada berbagai negara untuk meningkatkan penekanan pertahanan, tulis Dr. Tim Huxley, penasihat senior International Institute for Strategic Studies (IISS), pada pertengahan September 2023. Huxley mengidentifikasi Taiwan, Laut Cina Selatan dan Cina Timur, serta Semenanjung Korea sebagai kemungkinan pusat ketegangan.
Jika Rusia dapat melancarkan serangan tanpa alasan terhadap Ukraina, kata para pengamat, apa yang akan menghentikan Partai Komunis Tiongkok (PKT) untuk menyerang Taiwan, pulau dengan pemerintahan mandiri yang diklaim PKT sebagai wilayahnya? Sementara itu, uji coba rudal dan ancaman senjata nuklir Korea Utara yang belum pernah terjadi sebelumnya membuat kawasan ini berada di ujung tanduk.
Noriyuki Shikata, sekretaris kabinet Jepang untuk urusan publik, berbicara tentang “tantangan keamanan yang makin parah dan kompleks di kawasan itu,” dalam sebuah wawancara dengan surat kabar The Washington Post pada Februari 2023. “Mengingat lanskap keamanan di Asia, kami berkewajiban untuk merespons dengan meningkatkan pertahanan kami,” ungkapnya. “Jadi, kami perlu meningkatkan kapabilitas penangkalan.”
Jepang memperkuat postur keamanannya dengan memperbarui tiga dokumen utama pada Desember 2022. Strategi Keamanan Nasional yang direvisi mengidentifikasi RRT sebagai tantangan strategis terbesar Jepang dan menyatakan Korea Utara merupakan “ancaman yang bahkan lebih serius dan mendesak terhadap keamanan nasional Jepang daripada sebelumnya.” Perdana Menteri Fumio Kishida menyerukan peningkatan belanja pertahanan Jepang menjadi 4.929,2 triliun rupiah (315 miliar dolar A.S.) selama lima tahun, sebuah peningkatan yang akan memindahkan negara itu dari peringkat kesembilan ke peringkat ketiga di seluruh dunia dalam pengeluaran keamanan, tulis John West, direktur eksekutif wadah pemikir Asian Century Institute, dalam laporan Brink News pada Maret 2023. Jepang berjanji untuk mengembangkan kapabilitas serangan balik dengan rudal jarak jauh, sebuah langkah yang dinyatakan para pemimpinnya sejalan dengan sikap negara itu yang berorientasi pada pertahanan sejak Perang Dunia II.
Jepang juga menegaskan kembali kecamannya terhadap invasi Rusia ke Ukraina. “Ukraina hari ini mungkin menjadi Asia Timur esok,” Kishida memperingatkan dalam IISS Shangri-La Dialogue di Singapura pada Juni 2022.
Menyebutkan serangan siber Moskow terhadap Ukraina, Singapura telah menambah sebuah cabang Angkatan Bersenjata yang ditujukan bagi keamanan digital. Dinas Digital dan Intelijen — yang bergabung dengan Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara — akan memanfaatkan komputasi awan, ilmu data, dan kecerdasan buatan, demikian menurut laporan majalah Defense News pada November 2022.
Ini adalah tambahan yang signifikan bagi struktur keamanan di Singapura, yang mulai membentuk pasukan pertahanan ketika memperoleh kemerdekaan pada tahun 1965. Cabang baru ini adalah tanggapan Angkatan Bersenjata Singapura terhadap ancaman ranah siber di lingkungan keamanan yang makin kompleks, demikian menurut laporan majalah The National Interest pada Oktober 2023.
Sementara itu, Australia sedang menerapkan rekomendasi tinjauan pemerintah yang dirilis pada awal tahun 2023 yang menyimpulkan bahwa Angkatan Bersenjata negara itu “tidak lagi sesuai dengan tujuannya.” Tinjauan Strategis Pertahanan mencatat lingkungan keamanan yang berkembang dan “sangat berbeda.” Tinjauan ini menyerukan untuk meningkatkan kapabilitas rudal jarak jauh Australia dan memindahkan pangkalan Angkatan Darat ke lokasi-lokasi utara di mana mereka akan berada pada posisi yang lebih baik untuk menghadapi potensi ancaman.
Tinjauan tersebut menyebutkan peningkatan militer PKT — “yang terbesar dan paling ambisius dari negara mana pun” sejak akhir Perang Dunia II — sebagai dorongan atas perubahan tersebut. Ekspansi itu “terjadi tanpa transparansi atau jaminan bagi kawasan Indo-Pasifik akan maksud strategis Tiongkok,” demikian menurut catatan tinjauan tersebut.
Seraya menopang pertahanan sendiri, Sekutu dan Mitra regional memperdalam kerja sama untuk memastikan Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka. Itu termasuk menolak Rusia sebagai pemasok senjata dan lebih memilih negara-negara mitra. Karena berbagai alasan — risiko terhadap reputasi pembeli, kinerja buruk senjata tersebut di medan perang di Ukraina, dan sanksi yang mencegah akses Rusia ke teknologi terbaru — Rusia tidak lagi menjadi pemasok terkemuka di kawasan itu, demikian laporan surat kabar The Economist pada Maret 2023. Korea Selatan telah mengemban peran itu di Asia Tenggara.
Negara-negara Eropa juga berfokus pada kapabilitas pertahanan. Sebagian besar didorong oleh perang Rusia-Ukraina, Prancis, Jerman, Polandia, Britania Raya, dan negara-negara lainnya menambah militer mereka, demikian menurut laporan wadah pemikir Center for European Policy Analysis pada September 2023. Polandia, misalnya, membelanjakan 2,4% dari produk domestik brutonya untuk pertahanan pada tahun 2022. Pada tahun 2023, Polandia mengantisipasi pengeluaran sebesar 4% dari PDB-nya.