Jepang, Korea Selatan, dan A.S. bersatu melawan ancaman rudal Korea Utara

Felix Kim
Peningkatan komunikasi pertahanan di antara Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat, termasuk pembagian data pertahanan rudal secara waktu-nyata, menjanjikan peningkatan penangkalan terhadap ancaman rudal Korea Utara. Jika digabungkan dengan latihan pertahanan trilateral, langkah ini juga akan mengirimkan pesan kuat kepada Pyongyang dan Beijing untuk menahan diri dari upaya menghancurkan status quo regional dengan menggunakan pasukan militer, demikian ungkap para ahli.
A.S. memiliki aliansi perjanjian jangka panjang dengan Jepang dan Korea Selatan. Dalam sebuah pernyataan yang diberikan usai pelaksanaan KTT mereka pada pertengahan Agustus 2023 di A.S., Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, dan Presiden A.S. Joe Biden setuju untuk mengoperasionalkan pembagian data peringatan rudal secara waktu-nyata di Korea Utara. Selain itu, mereka memutuskan untuk menyelenggarakan latihan militer multiranah trilateral untuk meningkatkan kemampuan dan koordinasi.
Pesan yang disampaikan kepada Pyongyang dan Beijing sudah jelas, demikian menurut Dr. Jeffrey Hornung, seorang analis pertahanan di Rand Corp.
“Skenario mimpi buruk mereka sedang terjadi saat ini karena Jepang, Korea Selatan, dan A.S. memiliki pandangan yang sama,” ungkap Jeffrey Hornung kepada FORUM. “Jika saya adalah perencana pertahanan Tiongkok, dan pastinya jika saya adalah perencana pertahanan Korea Utara, saya akan melihat rencana saya dengan sedikit berbeda sekarang, dengan menyadari bahwa, oke, kita tidak lagi menghadapi tiga kekuatan militer yang terpisah. Ada potensi bahwa akan ada lebih banyak koordinasi di sini.”
Pada tahun 2016, Tokyo dan Seoul menandatangani Perjanjian Keamanan Umum Informasi Militer tentang pertukaran informasi bilateral. Pada Juni 2022, kedua negara itu menyatakan harapannya untuk implementasi lebih lanjut perjanjian itu guna melawan ancaman rudal Korea Utara.
“Korea Selatan memiliki sejumlah besar sensor darat,” ungkap Jeffrey Hornung. “Jadi, mereka bisa dibilang akan menjadi pihak yang paling cepat untuk mengetahui bahwa ada sesuatu yang sedang diluncurkan.”
Melalui triangulasi data Korea Selatan dengan data yang dikumpulkan oleh satelit Jepang dan A.S., negara-negara itu akan meningkatkan kemampuan mereka untuk mendeteksi dan menganalisis lintasan rudal serta tingkat ancamannya dan, jika diperlukan, menembak jatuh rudal itu.
Koordinasi pertahanan dan pembagian data trilateral juga dapat mendukung pengintaian.
“Menurut hemat saya, di situlah pentingnya peran operasional sehingga mereka dapat saling membantu, baik itu peluncuran rudal, baik itu kapal tak dikenal, atau sekadar mencoba memahami teknologi Korea [Utara],” ungkap Jeffrey Hornung. “Misalnya, apakah peluncurannya hanya dari peluncur terestrial atau juga berasal dari kapal selam, dan seberapa jauhnya jarak kapal selam ini?”
Dia mengatakan latihan pertahanan trilateral tambahan akan memanfaatkan hasil uji coba peringatan pertahanan rudal balistik maritim yang dilakukan oleh negara-negara mitra pada pertengahan Agustus 2023. Mengadaptasi model latihan saat ini yang menyimulasikan serangan rudal untuk menunjukkan secara lebih lanjut kemampuan pembagian data dan meningkatkan interoperabilitas di antara militer ketiga negara “akan menjadi hal yang sangat penting.”
Felix Kim merupakan koresponden FORUM yang berbasis di Seoul, Korea Selatan.