PKT dengan cepat menyingkirkan pemimpin militer dan partai yang tidak mematuhi garis kebijakan partai

Staf FORUM
Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah menjadi semakin cepat dalam setahun terakhir ini dalam memecat para pemimpin yang pandangannya tampak tidak sejalan dengan retorika PKT atau Sekretaris Jenderal Xi Jinping ketika dia telah berupaya memperkuat cengkeraman kekuasaannya dalam partai dan militer sejak mendapatkan persetujuan untuk memangku masa jabatan ketiganya yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Oktober 2022.
Pada awal Agustus 2023, Xi Jinping mengganti dua pemimpin utama yang telah dipilihnya sendiri untuk memimpin pasukan nuklir elite PKT, demikian menurut berbagai laporan berita. Xi Jinping menunjuk dua nama pengganti yaitu Wang Houbin, mantan wakil kepala angkatan laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), dan Xu Xisheng, anggota komite pusat PKT yang sebelumnya berdinas di Komando Medan Selatan Angkatan Udara PLA, untuk memimpin unit tersebut, yang mengawasi rudal balistik konvensional dan nuklir berbasis darat, termasuk sembilan pangkalan, demikian yang dilaporkan surat kabar The Japan Times. Keduanya tidak berasal dari komando ruang angkasa.
Dua pemimpin unit Pasukan Roket PLA yang baru saja diganti, Jenderal Li Yuchao dan wakilnya, Jenderal Liu Guangbin, “menghilang” selama beberapa bulan sebelum pemecatan mereka, demikian menurut kantor berita BBC. Mereka besar kemungkinan akan dituntut atas kasus korupsi bersama dengan mantan wakil Li Yuchao, Zhang Zhenzhong, demikian yang dilaporkan surat kabar The South China Morning Post.
Para pengamat PKT menyebut pemecatan mereka sebagai pergolakan PLA yang paling signifikan dalam hampir satu dekade. Xi Jinping juga menjabat sebagai ketua Komisi Militer Pusat PKT.
Beberapa analis berpendapat bahwa langkah tersebut menandakan pergeseran dalam kebijakan nuklir yang dapat menjungkirbalikkan stabilitas regional, terutama mengingat persediaan persenjataan nuklir PKT yang berkembang dengan pesat dan diawasi oleh Pasukan Roket PLA.
“Tindakan sapu bersih terbaru itu signifikan… [ketika] Tiongkok sedang melakukan salah satu perubahan paling mendalam pada strategi nuklirnya dalam beberapa dekade,” ungkap Lyle Morris, peneliti kebijakan luar negeri dan keamanan nasional di Asia Society Policy Institute, kepada BBC.
Selain itu, pemecatan yang dilakukan baru-baru ini juga dapat menandakan bahwa akan ada lebih banyak perubahan dalam tatanan pimpinan teratas.
“Xi Jinping telah mengonsolidasikan kontrol atas PLA dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya, tetapi itu tidak berarti bahwa semuanya sudah selesai. Xi Jinping masih mengkhawatirkan terjadinya korupsi di kalangan pejabat dan mengisyaratkan bahwa kesetiaan mutlak kepada [partai] belum tercapai,” ungkap Lyle Morris kepada BBC.
Pada akhir Juli 2023, dalam perombakan tidak biasa lainnya, Xi Jinping mencopot Menteri Luar Negeri Tiongkok Qin Gang setelah dia tidak terlihat di depan umum selama sebulan, demikian yang dilaporkan The Associated Press (AP). Xi Jinping untuk sementara waktu menggantikan Qin Gang, yang baru saja menjabat sejak Desember 2022, dengan pendahulunya, Wang Yi, demikian yang dilaporkan CNN. Wang Yi memegang jabatan tersebut dari tahun 2013 hingga 2022.
PKT menghapus penyebutan Qin Gang dari situs web kementerian luar negerinya dalam satu hari setelah pencopotannya, demikian yang dilaporkan AP.
Di bawah kekuasaan Xi Jinping, ada pola pejabat senior Tiongkok menghilang dari pandangan publik sebelum pemecatan dan penahanan mereka setelahnya sebagai bagian dari apa yang disebut kampanye antikorupsi oleh sekretaris jenderal PKT. Apakah Qin Gang akan dituntut atas tuduhan melakukan kesalahan masih belum jelas, demikian yang dilaporkan AP.
Tak lama setelah menjabat, Xi Jinping memulai tindakan sapu bersih terhadap kepemimpinan militer PKT untuk menopang basis kekuatannya. Pada tahun 2014, misalnya, dia mencopot wakil ketua Komisi Militer Pusat saat itu, Xu Caihou dan Guo Boxiong. Xi Jinping juga memastikan bahwa mereka dituntut atas kasus korupsi. Pengadilan militer memvonis Guo Boxiong dengan hukuman penjara seumur hidup, dan Xu Caihou meninggal dunia sebelum dia sempat diadili, demikian yang dilaporkan BBC. Pada tahun 2015, mantan Letnan Jenderal Gu Junshan dijatuhi hukuman mati yang ditangguhkan setelah dinyatakan bersalah atas berbagai kasus kejahatan yang di antaranya adalah penyuapan, penyalahgunaan kekuasaan, dan penyalahgunaan dana publik sebagai bagian dari tindakan bersih-bersih Xi Jinping, demikian menurut BBC.
Xi Jinping terus menargetkan militer dengan kampanye antikorupsinya untuk mengonsolidasikan kekuatannya, terutama di dalam pasukan roket. Tindakan sapu bersih itu “… sebagian untuk memperkuat kontrolnya guna memastikan semua orang di bawahnya sangat setia kepadanya,” ungkap Tony Hu, direktur negara senior pertama Departemen Pertahanan A.S. untuk Taiwan, kepada The Daily Beast, situs web berita yang berkantor pusat di A.S.
Ironisnya, Xi Jinping telah secara pribadi memilih pemimpin unit Pasukan Roket dan menteri luar negerinya Qin Gang. Beberapa analis menegaskan bahwa pemecatan mereka dapat mengungkapkan bahwa Xi Jinping meragukan proses pengambilan keputusannya.
“Ini menunjukkan bahwa Xi Jinping meragukan kesetiaan pimpinan yang dipilihnya sendiri secara langsung,” ungkap Tony Hu kepada The Daily Beast.
Setelah pencopotan Qin Gang, Xi Jinping “mungkin memeriksa ulang latar belakang semua orang,” ungkap Tony Hu. “Dalam benak Xi Jinping timbul kekhawatiran serius tentang siapa lagi yang mungkin menjadi agen asing atau dipengaruhi oleh negara asing, pemerintah asing, di dalam lingkaran dalamnya.”
Freddy Lim, seorang legislator di Taiwan, memberi tahu The Daily Beast pada Juli 2023 bahwa menghilangnya Qin Gang dari pandangan publik “menunjukkan bahwa Xi Jinping merasa posisinya tidak aman. Jika dia mengungkapkan beberapa kenyataan, beberapa alasan mengapa dia tidak boleh lagi berada di posisi itu maka hal itu mungkin akan merusak wewenang Xi Jinping.”