Asia Timur LautKepentingan Bersama GlobalKonflik / Ketegangan

Peretas Korea Utara membobol pembuat rudal utama Rusia

Reuters

Sekelompok peretas Korea Utara secara diam-diam membobol jaringan komputer di pengembang rudal utama Rusia setidaknya selama lima bulan pada tahun 2022, demikian menurut bukti teknis yang ditinjau oleh kantor berita Reuters dan analisis peneliti keamanan.

Reuters menemukan tim spionase siber yang terkait dengan pemerintah Korea Utara, yang disebut oleh peneliti keamanan sebagai ScarCruft dan Lazarus, secara diam-diam memasang pintu belakang digital tersembunyi ke dalam sistem di NPO Mashinostroyeniya, biro desain roket yang berkantor pusat di Reutov, sebuah kota kecil di pinggiran Moskow.

Beberapa bulan setelah pembobolan digital tersebut, Pyongyang mengumumkan beberapa perkembangan dalam program rudal balistik terlarangnya, tetapi tidak jelas apakah perkembangan ini terkait dengan pembobolan data itu.

Para ahli mengatakan insiden itu menunjukkan bagaimana negara yang terisolasi itu bahkan akan menargetkan sekutunya, seperti Rusia, dalam upaya memperoleh teknologi penting.

Berita peretasan itu muncul tidak lama setelah perjalanan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu ke Pyongyang pada Juli 2023 untuk menghadiri peringatan 70 tahun Perang Korea.

Perusahaan yang ditargetkan itu, yang umumnya dikenal sebagai NPO Mash, telah bertindak sebagai pengembang perintis rudal hipersonik, teknologi satelit, dan persenjataan balistik generasi terbaru, demikian menurut para pakar rudal — tiga bidang yang sangat diminati Korea Utara sejak memulai misinya untuk menciptakan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang mampu menyerang Amerika Serikat daratan.

Menurut data teknis, intrusi itu dimulai sekitar akhir tahun 2021 dan berlanjut hingga Mei 2022.

Para peretas membobol masuk ke dalam lingkungan TI perusahaan itu, sehingga memberi mereka kemampuan untuk membaca lalu lintas email, berpindah di antara berbagai jaringan dan mengekstrak data, demikian menurut Tom Hegel, seorang peneliti keamanan di perusahaan keamanan siber A.S. SentinelOne, yang pada awalnya menemukan pembobolan tersebut.

Tim analis keamanan Tom Hegel mengetahui peretasan tersebut setelah menemukan bahwa staf TI NPO Mash secara tidak sengaja membocorkan komunikasi internal perusahaannya saat mencoba menyelidiki serangan Korea Utara.

Kekhilafan itu memberikan gambaran unik tentang perusahaan yang sangat penting bagi negara Rusia.

SentinelOne mengatakan mereka yakin Korea Utara berada di balik peretasan itu karena mata-mata siber menggunakan kembali malware yang dikenal sebelumnya dan infrastruktur jahat yang disiapkan untuk melakukan intrusi lainnya.

Pada tahun 2019, Presiden Rusia Vladimir Putin menggembar-gemborkan rudal hipersonik “Zircon” NPO Mash sebagai “produk baru yang menjanjikan” yang mampu melaju sekitar sembilan kali kecepatan suara.

Fakta bahwa peretas Korea Utara mungkin telah memperoleh informasi tentang Zircon tidak berarti bahwa pihaknya akan segera memiliki kemampuan yang sama, demikian ungkap Markus Schiller, pakar rudal yang berbasis di Eropa yang telah meneliti bantuan asing terhadap program rudal Korea Utara.

“Itu hanyalah kisah fiksi di film,” ungkapnya. “Mendapatkan desainnya semata tidak akan banyak membantu Anda dalam membuat semua hal ini. Masih banyak lagi yang harus dilakukan dan tidak cukup dengan beberapa gambar desain semata.”

Akan tetapi, mengingat posisi NPO Mash sebagai perancang dan produsen rudal utama Rusia, perusahaan itu akan menjadi target yang berharga, demikian yang ditambahkan Markus Schiller.

Bidang ketertarikan lainnya bisa jadi dalam proses produksi yang digunakan oleh NPO Mash di seputar bahan bakar, demikian ungkap para ahli. Bulan lalu Korea Utara melakukan uji coba peluncuran rudal Hwasong-18, ICBM pertama yang menggunakan propelan padat.

Metode pengisian bahan bakar itu memungkinkan pengerahan rudal lebih cepat selama terjadinya perang karena metode ini tidak memerlukan pengisian bahan bakar di landasan peluncuran, sehingga membuat rudal-rudal itu lebih sulit untuk dilacak dan dihancurkan sebelum diluncurkan.

NPO Mash memproduksi ICBM yang diisi bahan bakarnya di pabrik dan ditutup rapat, sebuah proses yang menghasilkan hasil strategis serupa.

“Korea Utara mengumumkan bahwa pihaknya melakukan hal yang sama pada akhir tahun 2021. Jika NPO Mash memiliki satu hal yang berguna bagi mereka, maka perusahaan itu akan berada dalam daftar teratas saya,” ungkap Jeffrey Lewis, seorang peneliti rudal di James Martin Center for Nonproliferation Studies.

FOTO DIAMBIL DARI: REUTERS

Beri Komentar Di Sini

Privasi Anda penting bagi kami. Jika Anda memilih untuk membagikan alamat email Anda, staf FORUM hanya akan menggunakannya untuk berkomunikasi dengan Anda. Kami tidak akan membagikan atau memublikasikan alamat email Anda. Hanya nama dan situs web Anda yang akan muncul pada komentar Anda. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button