Kepentingan Bersama Global

Peretas Tiongkok menyerang pemerintah Kenya saat tekanan utang semakin besar

Reuters

Peretas Tiongkok menargetkan pemerintah Kenya dalam serangkaian intrusi digital yang meluas selama bertahun-tahun terhadap berbagai kementerian dan lembaga negara utama, demikian menurut berbagai sumber, laporan penelitian keamanan siber, dan analisis data teknis.

Dua sumber menilai peretasan itu ditujukan, setidaknya sebagian, untuk mendapatkan informasi tentang utang yang harus dilunasi oleh negara Afrika Timur itu kepada Beijing: Kenya merupakan mata rantai strategis dalam skema Satu Sabuk, Satu Jalan (One Belt, One Road – OBOR) — kebijakan khas Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping untuk jaringan infrastruktur global.

“Pembobolan lebih lanjut dapat terjadi karena diperlukannya keharusan untuk memahami strategi pelunasan utang yang akan datang,” tulis seorang kontraktor pertahanan dalam laporan penelitian pada Juli 2021.

Kementerian luar negeri Republik Rakyat Tiongkok (RRT) mengatakan bahwa pihaknya tidak mengetahui adanya peretasan semacam itu.

Pengaruh Beijing di Afrika telah berkembang pesat selama dua dekade terakhir ini. Namun, seperti beberapa negara Afrika lainnya, kondisi keuangan Kenya tertekan oleh meningkatnya biaya pelunasan utang luar negeri, yang sebagian besar berasal dari RRT.

Rangkaian kegiatan peretasan itu menunjukkan kesediaan Beijing untuk memanfaatkan kemampuan spionasenya guna memantau dan melindungi kepentingan ekonomi dan strategis di luar negeri, demikian ungkap berbagai sumber.

Peretasan tersebut merupakan rangkaian kegiatan selama tiga tahun yang menargetkan delapan kementerian dan departemen pemerintah Kenya, termasuk kantor kepresidenan, demikian menurut seorang analis intelijen. Analis itu memberikan dokumen penelitian yang mencakup lini masa dan target serangan, serta memberikan data yang berkaitan dengan pembobolan server yang digunakan secara eksklusif oleh instansi mata-mata utama Kenya.

Seorang pakar keamanan siber Kenya menggambarkan peretasan serupa terhadap kementerian luar negeri dan keuangan negara itu. Ketiga sumber itu meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sifat sensitif dari pekerjaan mereka.

“Tuduhan upaya peretasan yang dilakukan oleh entitas pemerintah Tiongkok bukanlah hal yang jarang terjadi,” ungkap kantor kepresidenan Kenya, sembari menambahkan bahwa pemerintahnya telah menjadi sasaran “upaya infiltrasi yang sering kali dilakukan” dari Tiongkok dan peretas lainnya.

“Sejauh yang kami ketahui, tidak ada upaya yang berhasil,” ungkapnya.

Di antara tahun 2000 dan 2020, RRT berkomitmen memberikan pinjaman senilai hampir 2,4 kuadriliun rupiah (160 miliar dolar A.S.) kepada negara-negara Afrika, demikian menurut database yang dihosting oleh Boston University, sebagian besar untuk proyek infrastruktur berskala besar.

Kenya menggunakan pinjaman Tiongkok senilai lebih dari 134,9 triliun rupiah (9 miliar dolar A.S.) untuk mewujudkan rencananya dalam membangun atau memutakhirkan jalur kereta api, pelabuhan, dan jalan raya.

Beijing menjadi kreditor bilateral terbesar negara itu dan memperoleh pijakan di pasar konsumen terpenting Afrika Timur dan pusat logistik penting di pantai Samudra Hindia Afrika.

Akan tetapi, pada akhir tahun 2019, pinjaman Tiongkok mengering, dan tekanan keuangan Kenya mulai terlihat.

Pakar keamanan siber Kenya mengatakan dia diminta oleh pihak berwenang pada saat itu untuk mengkaji pembobolan terhadap jaringan pemerintah. Peretasan, yang dikaitkan dengan RRT itu, dimulai dengan serangan “spearphishing” saat pegawai pemerintah Kenya secara tidak disadari mengunduh dokumen yang terinfeksi, sehingga memungkinkan peretas menyusup ke dalam jaringan dan mengakses lembaga lain.

“Banyak dokumen dari Kementerian Luar Negeri dicuri dan juga dari departemen keuangan. Serangan itu tampaknya terfokus pada situasi utang,” ungkap pakar keamanan siber itu.

Analis intelijen mengatakan peretas Tiongkok melakukan rangkaian kegiatan yang sangat luas terhadap Kenya dari akhir tahun 2019 hingga setidaknya tahun 2022.

Menurut dokumen yang diberikan oleh analis itu, mata-mata siber Tiongkok menargetkan kantor presiden Kenya, kementerian pertahanan, informasi, kesehatan, pertanahan, dan dalam negerinya, pusat kontraterorismenya, serta lembaga lainnya dengan peretasan yang dilakukan secara terus-menerus dan berkepanjangan.

Pada tahun 2021, kejatuhan ekonomi global akibat pandemi COVID-19 telah membantu mendorong salah satu peminjam utama Tiongkok, Zambia, untuk mengalami gagal bayar utang luar negerinya. Sementara itu, Kenya mendapatkan moratorium pelunasan utang dari Beijing.

Pada Juli 2021, menurut laporan penelitian keamanan siber yang diberikan oleh analis intelijen itu, peretas secara diam-diam mengakses server email yang digunakan oleh National Intelligence Service (NIS) Kenya.

Log Internet menunjukkan bahwa server yang dikendalikan oleh peretas Tiongkok juga mengakses layanan surat web bersama pemerintah Kenya dari Desember 2022 hingga Februari 2023.

Para pejabat Tiongkok menolak mengomentari pembobolan data yang terjadi baru-baru ini.

FOTO DIAMBIL DARI: ISTOCK

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button