Asia Timur LautCerita populerIsu UtamaProliferasi PersenjataanRegional

Peluncuran rudal provokatif Korea Utara menarik tanggapan terpadu

Felix Kim

Peluncuran rudal Korea Utara yang bersifat provokatif dan memicu destabilisasi, yang mencapai rekor tertinggi pada tahun 2022, merupakan ancaman yang jelas bagi Korea Selatan dan Jepang, serta bagi pasukan militer Amerika Serikat yang ditempatkan di masing-masing negara itu dan ancaman potensial bagi daratan A.S. Seoul berkomitmen untuk bekerja sama dengan Tokyo dan Washington guna melawan ancaman tersebut, demikian ungkap pejabat pertahanan Korea Selatan.

Setelah melakukan uji coba peluncuran terhadap lebih dari 90 rudal balistik dan jelajah di sepanjang tahun 2022, Pyongyang semakin meningkatkan ketegangan pada akhir Desember ketika Kim Yo Jong, seorang pejabat tinggi nasional dan adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, menyatakan bahwa rezim tersebut dapat melakukan peluncuran rudal balistik antarbenua (intercontinental ballistic missile – ICBM) lintasan standar. Peluncuran semacam itu akan sangat memanaskan situasi, karena Korea Utara dapat mengirimkan rudal ke arah Samudra Pasifik dan mengancam daratan A.S.

“Jika Korea Utara menembakkan ICBM pada sudut normal seperti itu, itu berarti Korea Utara sedang mengancam A.S.,” ungkap Park Yong-han, peneliti madya di Center for Security and Strategy di Korea Institute for Defense Analyses (KIDA), kepada FORUM. “Tujuan Korea Utara mengancam Amerika Serikat sekarang adalah untuk mencegah dan menangkal intervensi A.S. di Semenanjung Korea.”

KIDA merupakan afiliasi Kementerian Pertahanan Korea Selatan yang didanai oleh pemerintah, yang merumuskan kebijakan pertahanan nasional.

Korea Selatan dan A.S. memperkuat kemampuan penangkalan mereka terhadap Korea Utara dengan memperkuat aliansi mereka, demikian ungkap Park Yong-han. “Bahkan jika Korea Utara memiliki kemampuan untuk menyerang A.S. dengan persenjataan nuklir, kepercayaan bahwa A.S. akan mendukung pertahanan Semenanjung Korea tidak akan runtuh.”

Di antara langkah-langkah kesiapan Seoul dalam menghadapi potensi serangan adalah memperkuat sistem Pertahanan Udara dan Rudal Korea (Korean Air and Missile Defense – KAMD) untuk mencegat rudal yang masuk, demikian ungkap Park Yong-han.

KAMD merupakan bagian dari sistem pertahanan tiga sumbu Korea Selatan, bersama dengan strategi Kill Chain untuk melakukan serangan preemtif terhadap lokasi rudal Korea Utara jika serangan yang akan segera terjadi terdeteksi, dan program Hukuman dan Pembalasan Masif Korea (Korea Massive Punishment and Retaliation – KMPR) untuk melumpuhkan kepemimpinan negara tertutup itu jika permusuhan dimulai. Singkatnya, rezim Kim Jong Un akan hancur jika pihaknya melancarkan serangan, demikian menurut Park Yong-han.

Selain itu, kehadiran militer A.S. mencakup sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) yang dikerahkan di Seongju untuk mencegah rudal Korea Utara mencapai wilayah Korea Selatan. Koordinasi di antara pasukan Korea Selatan dan A.S. “sangat penting untuk mengatasi potensi ancaman peluncuran ICBM Korea Utara,” ungkap Park Yong-han.

Jepang juga merupakan mitra integral dalam menggagalkan dan menanggapi ancaman nuklir dan rudal Korea Utara, demikian tulis Kim Sang-jin, direktur jenderal Biro Kebijakan Internasional Kementerian Pertahanan Korea Selatan, dalam esai baru-baru ini untuk KIDA.

“Jepang dianggap sebagai mitra yang bersahabat dalam menangkal dan melawan ancaman nuklir/rudal Korea Utara, terutama karena keunggulan lokasi geografis uniknya dapat memberi kita informasi intelijen yang berguna terkait persenjataan nuklir/rudal Korea Utara,” tulisnya. “Selain itu, latihan trilateral Korea Selatan-A.S.-Jepang membantu memperkuat kemampuan militer Korea Selatan.”

Partisipasi Angkatan Laut Korea Selatan dalam International Fleet Review yang diselenggarakan oleh Jepang pada November 2022 dan dalam latihan antikapal selam gabungan dengan Jepang dan A.S. pada September 2022 memperkuat kerja sama keamanan maritim, demikian ungkapnya. (Foto: Prajurit Korea Selatan mengoperasikan sistem rudal permukaan-ke-udara jarak pendek selama latihan militer di Yangju, Korea Selatan, pada akhir Desember 2022.)

Kementerian Pertahanan Korea Selatan “akan tetap berkomitmen untuk mempertahankan postur pertahanan gabungan teguh Korea Selatan-A.S. dalam menghadapi ancaman nuklir/rudal canggih Korea Utara,” pungkasnya. “Pada saat yang sama, kami akan melakukan upaya sebaik mungkin untuk mempromosikan kerja sama keamanan Korea Selatan-A.S.-Jepang/Korea Selatan-Jepang dan dukungan internasional, sehingga mendapatkan manfaat penuh dari partisipasi angkatan laut ini.”

 

Felix Kim merupakan kontributor FORUM yang memberikan laporan dari Seoul, Korea Selatan.

 

FOTO DIAMBIL DARI: KEMENTERIAN PERTAHANAN KOREA SELATAN/THE ASSOCIATED PRESS

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button