Asia Timur LautCerita populerIsu UtamaProliferasi PersenjataanRegional

Pasukan Korea Selatan mendirikan markas besar untuk memutakhirkan tanggapan terhadap provokasi rudal Korea Utara

Felix Kim

Korea Selatan telah mendirikan markas besar tanggapan nuklir dan senjata pemusnah massal (weapons of mass destruction – WMD) untuk meningkatkan koordinasi tindakan balasan terhadap provokasi rudal Korea Utara yang terus berlanjut. Pos komando itu akan lebih memungkinkan Angkatan Bersenjata Korea Selatan untuk mengidentifikasi dan meredam ancaman dari Pyongyang.

Pada pertengahan Desember, telah terjadi provokasi rudal Korea Utara selama 35 hari pada tahun 2022, demikian menurut Council on Foreign Relations — jumlah terbanyak dalam satu tahun. Ini termasuk uji coba peluncuran rudal balistik jarak dekat dan jarak jauh, rudal jelajah jarak jauh, rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam, dan rudal balistik antarbenua. Pyongyang juga melakukan provokasi nonrudal selama 11 hari termasuk tujuh tembakan artileri, tiga provokasi oleh pesawat terbang militer, dan uji coba mesin roket serta alat peledak nuklir.

“Pertama-tama, kita harus mengakui dengan jelas bahwa rezim Korea Utara dan militer Korea Utara, yang telah mengancam negara dan rakyat kita melalui berbagai provokasi, adalah musuh kita,” ungkap Menteri Pertahanan Korea Selatan Lee Jong-sup kepada anggota parlemen pada Desember 2022. “Kita harus memupuk keyakinan akan kemenangan dan semangat militer yang kuat bahwa kita akan melindungi keluarga kita dengan tangan kita sendiri dan melawan musuh tanpa mengalami kegagalan.”

Markas besar itu — yang diharapkan mulai beroperasi pada Januari 2023 — akan menjadi pusat komando strategis baru untuk mengawasi sistem pertahanan tiga poros Korea Selatan. Sistem ini terdiri dari Kill Chain untuk melakukan serangan preemtif terhadap lokasi rudal Korea Utara jika serangan yang akan segera terjadi terdeteksi, Pertahanan Udara dan Rudal Korea (Korean Air and Missile Defense – KAMD), dan program Hukuman dan Pembalasan Masif Korea (Korea Massive Punishment and Retaliation – KMPR) untuk melumpuhkan kepemimpinan Korea Utara jika permusuhan dimulai, demikian ungkap Park Yong-han, peneliti madya di Center for Security and Strategy di Korea Institute for Defense Analyses, kepada FORUM.

Pembentukan komando baru itu memenuhi janji kampanye Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol.

Markas besar tanggapan itu, yang dibangun berlandaskan pusat tanggapan yang ada, diharapkan memiliki tenaga kerja yang ukurannya sama dengan empat markas besar Kepala Staf Gabungan, yang meliputi informasi, operasi, perencanaan strategis, dan dukungan militer. (Foto: Kendaraan Angkatan Darat Korea Selatan mempersiapkan diri untuk mengikuti latihan di dekat Zona Demiliterisasi di Yeoncheon, Korea Selatan, pada Desember 2022.)

“Ketika ancaman nuklir dan senjata pemusnah massal Korea Utara baru-baru ini meningkat, peran dan arti penting organisasi itu telah tumbuh, dan ukurannya telah berkembang menjadi markas besar,” ungkap Park Yong-han. “Inilah konteks di baliknya.

“Kita perlu menanggapinya dengan mengintegrasikan berbagai kemampuan dan aset Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara untuk membuat hasil yang lebih efektif. Itulah sebabnya organisasi itu semakin lama menjadi semakin besar,” ungkapnya.

Selain mengidentifikasi ancaman dari Korea Utara, markas besar itu akan menetapkan strategi untuk melumpuhkan ancaman semacam itu.

 

Felix Kim merupakan kontributor FORUM yang memberikan laporan dari Seoul, Korea Selatan.

 

FOTO DIAMBIL DARI: THE ASSOCIATED PRESS

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button