Filipina memperkuat kehadiran militer setelah terjadinya ‘aktivitas Tiongkok’ di dekat wilayah kepulauannya

Reuters
Departemen Pertahanan Nasional Filipina pada pertengahan Desember 2022 memerintahkan penguatan kehadiran militer di Laut Cina Selatan setelah memantau adanya “aktivitas Tiongkok” di perairan yang disengketakan di dekat pulau strategis Filipina.
Departemen Pertahanan Nasional tidak mengidentifikasi aktivitas Tiongkok itu, tetapi pengumumannya diberikan menyusul laporan pembangunan yang dilakukan oleh Tiongkok pada empat fitur tak berpenghuni di Kepulauan Spratly yang disengketakan.
Setiap penyusupan atau reklamasi pada fitur maritim dalam zona ekonomi eksklusif yang membentang sejauh 320 kilometer dari garis pantai Filipina “merupakan ancaman terhadap keamanan pulau Pagasa, yang merupakan bagian dari wilayah kedaulatan Filipina,” ungkap Departemen Pertahanan Nasional dalam sebuah pernyataan yang menggunakan nama Filipina untuk Pulau Thitu.
“Kami sangat mendesak Tiongkok untuk menegakkan tatanan internasional berbasis aturan yang berlaku dan menahan diri agar tidak melakukan tindakan yang akan memperburuk ketegangan,” tambahnya.
Kedutaan Besar Tiongkok di Manila mengatakan kedua negara akan “menangani masalah maritim dengan tepat melalui konsultasi yang bersahabat.” (Foto: Kapal pasukan penjaga pantai Tiongkok dan Filipina melintas di Laut Cina Selatan pada Maret 2022.)
Republik Rakyat Tiongkok (RRT) mengeklaim sebagian besar wilayah di Laut Cina Selatan, yang oleh rakyat Filipina disebut sebagai Laut Filipina Barat, meskipun mahkamah internasional menolak sebagian besar klaim sewenang-wenang itu pada tahun 2016. Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga memiliki klaim tumpang tindih di laut itu, yang merupakan jalur perdagangan global dan kaya akan sumber daya alam.
Thitu merupakan pulau penting yang paling strategis dari sembilan fitur yang ditempati Filipina di Kepulauan Spratly. Thitu berada di dekat Subi Reef, salah satu dari tujuh fitur buatan yang dibangun oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) di atas terumbu karang yang berada di bawah permukaan air laut, Beberapa fitur buatan itu dilengkapi dengan rudal permukaan-ke-udara, hanggar pesawat terbang, dan landasan pacu.
Komando Barat Angkatan Bersenjata Filipina mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa patroli laut dan udara reguler menemukan “kehadiran terus-menerus” milisi maritim Tiongkok di dekat Thitu dan di sekitar Lankiam Cay, Whitsun Reef, dan Sandy Cay.
Pada pertengahan Desember, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat juga mengeluarkan pernyataan yang mendukung Filipina dan meminta RRT untuk menegakkan “tatanan internasional berbasis aturan dan kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan.” Pernyataan itu mengatakan kawanan kapal RRT di dekat Iroquois Reef dan Sabina Shoal di Kepulauan Spratly mengganggu para nelayan Filipina dan menunjukkan “pengabaian berkelanjutan” terhadap negara-negara penggugat lainnya di Laut Cina Selatan dan negara-negara yang beroperasi secara sah di kawasan itu, demikian menurut Benar News.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. berulang kali mengutip putusan mahkamah internasional pada tahun 2016 yang membatalkan klaim RRT itu. Pada November 2022, Manila mengajukan protes diplomatik yang menuduh pasukan penjaga pantai Tiongkok merampas puing-puing roket ruang angkasa Tiongkok yang diselamatkan oleh kapal Pasukan Penjaga Pantai Filipina di dekat Thitu.
FOTO DIAMBIL DARI: PASUKAN PENJAGA PANTAI FILIPINA/THE ASSOCIATED PRESS