Bentrokan perbatasan dengan India menimbulkan pertanyaan akan niat RRT di LAC
Staf FORUM
Usai terjadinya konfrontasi mematikan di sepanjang perbatasan Himalaya yang disengketakan pada tahun 2020, India dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sepakat untuk “memelihara perdamaian dan ketenangan di wilayah perbatasan dan menghindari tindakan apa pun yang dapat meningkatkan masalah.” Perjanjian tersebut menegaskan kembali kesepakatan yang telah berlangsung selama puluhan tahun ketika kedua negara itu berjanji bahwa mereka tidak akan berupaya memperoleh superioritas militer sepihak di sepanjang perbatasan de facto, yang dikenal sebagai Garis Kontrol Aktual (Line of Actual Control – LAC). Dalam perjanjian yang diadopsi pada tahun 1996 itu, kedua negara telah berkomitmen untuk tidak hanya menghormati LAC tetapi juga untuk “mengurangi atau membatasi pasukan militer masing-masing negara … di sepanjang [LAC] di wilayah perbatasan India-Tiongkok ke tingkat minimum.”
Pertikaian sengit pada bulan Desember 2022 di negara bagian Arunachal Pradesh di India timur laut merupakan insiden terbaru yang meragukan kesediaan RRT untuk menegakkan komitmennya.
Bentrokan pada tanggal 9 Desember itu terjadi setelah pasukan Tiongkok “merambah memasuki wilayah India” di sektor Tawang dan “mencoba mengubah status quo secara sepihak,” ungkap Menteri Pertahanan India Rajnath Singh kepada Parlemen, demikian menurut The Associated Press. Prajurit di kedua belah pihak terluka sebagai akibat dari pertempuran itu, konfrontasi perbatasan signifikan pertama sejak Juni 2020, ketika pertempuran jarak dekat tanpa senjata api di Lembah Galwan di Ladakh menewaskan 20 Prajurit India dan sejumlah prajurit Tiongkok yang belum bisa dipastikan jumlahnya, demikian menurut berbagai laporan media.
Meskipun India dan RRT belum mengadopsi perbatasan formal di kawasan pegunungan itu, gencatan senjata menegangkan pada tahun 1962 menetapkan dibentuknya LAC yang panjangnya sekitar 3.400 kilometer, dari Ladakh di bagian barat hingga Arunachal Pradesh di bagian timur. Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Tiongkok merebut Arunachal Pradesh selama perang perbatasan pada tahun 1962 tetapi kemudian mengembalikannya ke India sebagai bagian dari kesepakatan damai. Akan tetapi, Beijing terus mengklaim wilayah itu.
Dalam analisis citra satelit pada tahun 2022, Pusat Kebijakan Siber Internasional Institut Kebijakan Strategis Australia (Australian Strategic Policy Institute’s International Cyber Policy Centre – ASPI-ICPC) mengatakan PLA mampu mengerahkan pasukan dengan cepat melintasi LAC di Arunachal Pradesh melalui jalan baru yang dibangun pada tahun sebelumnya. India mengendalikan punggung bukit yang penting dan strategis di kawasan itu. Dari lokasi itu India dapat memantau “pendudukan yang lambat laun” dilakukan oleh RRT terhadap negara tetangganya, Bhutan, serta sela-sela pegunungan yang menyediakan satu-satunya akses ke dan dari Tawang, demikian yang dicatat oleh para analis ASPI-ICPC. (Foto: Prajurit Angkatan Darat India berdiri di samping meriam Bofors yang ditempatkan di Penga Teng Tso di depan Tawang, di dekat Garis Kontrol Aktual di negara bagian Arunachal Pradesh, India, pada 20 Oktober 2021.)
PLA telah mencoba mengompensasi kelemahannya dengan “infrastruktur militer dan transportasi baru” yang bertujuan untuk menghimpun pasukan dengan cepat di LAC. Penyusupan yang dilakukan pada Desember 2022 itu melibatkan 200 hingga 300 prajurit PLA, demikian menurut berbagai laporan media India. Insiden itu ditambah dengan peningkatan pengerahan drone dan helikopter PLA yang menunjukkan bahwa PLA tidak berniat untuk mengurangi ketegangan, demikian yang dilaporkan surat kabar The Times of India.
“Perbatasan India-Tiongkok menjadi semakin padat ketika infrastruktur dibangun dan sejumlah besar pos terdepan India dan Tiongkok bersaing untuk mendapatkan keunggulan strategis, operasional, dan taktis,” demikian yang dilaporkan ASPI-ICPC. “Hal ini meningkatkan risiko eskalasi dan potensi konflik militer yang berasal dari perjumpaan insidental atau disengaja di antara prajurit India dan Tiongkok.”
Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar — yang membantu menjembatani perjanjian pada tahun 2020 untuk mengurangi ketegangan di sepanjang LAC barat — menyalahkan RRT atas terjadinya bentrokan terbaru di antara kedua negara bersenjata nuklir tersebut. “Kami memiliki perjanjian dengan Tiongkok untuk tidak menghimpun pasukan di daerah perbatasan kami dan mereka tidak mematuhi perjanjian itu,” ungkapnya pada awal Januari 2023, demikian menurut kantor berita ANI.
Subrahmanyam Jaishankar merujuk pada citra satelit yang dikatakannya dengan jelas menunjukkan bahwa PLA merupakan pihak yang mengerahkan prajurit terlebih dulu di sepanjang LAC di Arunachal Pradesh.
FOTO DIAMBIL DARI: GETTY IMAGES