Asia TenggaraCerita populerIsu UtamaKepentingan Bersama GlobalRegional

A.S. melanjutkan upaya pembersihan ranjau darat, meningkatkan taraf kehidupan, dan keamanan di seluruh Indo-Pasifik

Staf FORUM

Personel Angkatan Bersenjata Thailand dan Pasukan Marinir Amerika Serikat memulai pelatihan tentang penjinakan bahan peledak (explosive ordnance disposal – EOD) pada pertengahan November 2022 di Pusat Aksi Ranjau Thailand (Thailand Mine Action Center – TMAC) di Ratchaburi.

Seiring dengan penguatan ikatan di antara prajurit Thailand dan A.S., upaya gabungan untuk melatih 18 peserta TMAC merupakan bagian dari program Aksi Ranjau Kemanusiaan (Humanitarian Mine Action – HMA) Departemen Pertahanan A.S., yang membantu pasukan mitra dalam pembersihan ranjau darat dan sisa-sisa bahan peledak perang yang berbahaya lainnya dengan aman untuk melenyapkan dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang berkepanjangan. (Foto: Instruktur dan peserta Angkatan Bersenjata Thailand dan A.S. mengamati stopwatch selama kursus penjinakan bahan peledak di Ratchaburi, Thailand, pada November 2022.)

Diluncurkan pada tahun 2013, program HMA A.S.-Thailand memainkan peran kunci dalam memajukan kepentingan keamanan bersama di Indo-Pasifik. Misi TMAC adalah untuk membuat Thailand bebas dari ranjau darat.

“Saya berharap semua orang akan menerima pengetahuan dari instruktur Thailand dan A.S. serta menggunakan semua pengetahuan ini untuk membuat mereka menjadi lebih mahir dalam pekerjaan mereka,” ungkap Jenderal Supathat Narindarabhakdi, direktur jenderal TMAC. Pelatihan itu mencakup kursus tentang teknik EOD, serta pengalaman praktis.

A.S. telah menginvestasikan lebih dari 65,5 triliun rupiah (4,2 miliar dolar A.S.) di seluruh dunia sejak tahun 1993, lebih banyak dari negara lainnya, untuk penghancuran persenjataan konvensional (conventional weapons destruction – CWD), termasuk pembersihan ranjau darat yang aman, dengan lebih dari 11,5 triliun rupiah (738 juta dolar A.S.) dialokasikan untuk Indo-Pasifik, demikian menurut Laporan Departemen Luar Negeri A.S. tahun 2022, “To Walk the Earth in Safety (Berjalan di Bumi dengan Aman).”

CWD juga mencakup pemusnahan senjata api kecil dan senjata ringan, seperti sistem pertahanan udara portabel dan munisi.

Konflik selama puluhan tahun, terutama di Asia Tenggara, telah mencemari hamparan luas tanah subur dengan ranjau dan artileri militer lainnya yang belum meledak, termasuk dari kampanye pengeboman A.S., yang menghambat pertumbuhan ekonomi, demikian yang dilaporkan Departemen Luar Negeri A.S.

Di Indo-Pasifik saja pada tahun 2021, upaya CWD mengidentifikasi lebih dari 193 juta meter persegi lahan yang akan dibersihkan dan melepaskan lebih dari 101 juta meter persegi lahan untuk penggunaan produktif. Tahun itu, kegiatan yang didanai oleh A.S. juga menghancurkan lebih dari 96.000 artileri militer, 6.793 butir amunisi senjata api kecil, 2.526 ranjau darat, 51 ranjau antitank, dan 46 metrik ton munisi yang tersisa, demikian menurut laporan itu.

Departemen Pertahanan A.S., yang menyumbang sekitar 14% dari pengeluaran CWD, mensponsori berbagai program inovatif seperti Pusat Pelatihan Pembersihan Ranjau Kemanusiaan di Fort Lee, Virginia, yang mempersiapkan pasukan militer, pemangku kepentingan pemerintah, dan mitra internasional dalam misi HMA, penjinakan bahan peledak, dan manajemen timbunan sisa-sisa bahan peledak perang.

Program Penelitian dan Pengembangan Pembersihan Ranjau Kemanusiaan Angkatan Darat A.S. mengembangkan dan memvalidasi teknologi deteksi dan pembersihan ranjau darat serta artileri militer yang belum meledak untuk meningkatkan pembersihan ranjau secara global, demikian ungkap laporan itu.

Program penelitian itu berkoordinasi dengan komando prajurit tempur geografis A.S., termasuk Komando Indo-Pasifik A.S., dan telah menguji teknologi pembersihan ranjau di berbagai negara yang di antaranya adalah Kamboja, Palau, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam. Prajurit Thailand dan A.S., yang bekerja sama dengan TMAC, menguji Mini MineWolf, sistem pembajakan tanah yang dikembangkan oleh program itu untuk membersihkan ranjau darat antipersonel dan antitank.

Pada akhirnya, pusat Thailand itu akan mempertahankan kemampuan EOD domestik bagi negara itu.

“Kami sedang berada dalam masa transisi sekarang,” ungkap Sersan Satu Pasukan Marinir A.S. Jeramie Pawloski, pemimpin tim HMA Thailand, dalam rilis berita. “EOD Pasukan Marinir di Pasifik mengambil peran yang lebih kecil dan instruktur Pusat Pelatihan Pembersihan Ranjau TMAC memainkan peran yang lebih besar — mengendalikan kelas, jadwal, dan pelatihan.”

Departemen Pertahanan A.S. mendukung tim pembersihan dan pusat aksi ranjau lainnya di kawasan ini. Dari tahun 1993 hingga 2021, A.S. menginvestasikan lebih dari 2,81 triliun rupiah (180 juta dolar A.S.) di Kamboja, lebih dari 2,89 triliun rupiah (185 juta dolar A.S.) di Vietnam, dan lebih dari 4,84 triliun rupiah (310 juta dolar A.S.) di Laos untuk program CWD yang melakukan berbagai aktivitas yang di antaranya adalah mendukung pengembangan kemampuan nasional.

A.S. juga memberikan dukungan CWD kepada Myanmar, Nepal, Palau, Sri Lanka, dan Timor-Leste pada tahun 2021, dan kepada Fiji, India, Kepulauan Marshall, Filipina, dan Kepulauan Solomon pada tahun-tahun sebelumnya, demikian yang dilaporkan Departemen Luar Negeri A.S.

 

FOTO DIAMBIL DARI: KOPRAL MOISES RODRIGUEZ/PASUKAN MARINIR A.S.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button