Asia TenggaraIsu UtamaKemitraanRegional

ASEAN mengeluarkan peringatan kepada junta militer Myanmar

Staf FORUM

Para pemimpin Asia Tenggara memperingatkan junta militer Myanmar pada November 2022 bahwa pihaknya menghadapi isolasi lebih lanjut dari blok regional kecuali jika mereka mengajukan rencana perdamaian setelah hampir dua tahun merebut kekuasaan melalui kudeta dan melancarkan langkah-langkah ekstrem berdarah guna memadamkan pemberontakan pro-demokrasi.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan selama serangkaian KTT yang berlangsung selama sehari di Phnom Penh, Kamboja, 10 anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) — kecuali Myanmar yang diasingkan — menyatakan bahwa “petahana Angkatan Bersenjata Myanmar wajib mematuhi komitmennya” dalam proposal perdamaian lima poin yang disepakati pada April 2021, termasuk gencatan senjata. (Gambar: Sebuah kursi kosong untuk delegasi Myanmar yang diasingkan di KTT Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara di Kamboja pada November 2022.)

Pernyataan bersama itu mengirimkan “pesan yang kuat atau bahkan peringatan kepada junta,” ungkap Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi, demikian menurut surat kabar Bangkok Post Thailand. Ia sebelumnya telah menyalahkan kegagalan untuk mengakhiri pertumpahan darah sepenuhnya kepada junta.

Pemerintah yang dibentuk oleh militer Myanmar langsung menolak rekomendasi ASEAN.

Kampanye brutal junta sejak menggulingkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis pada Februari 2021 mencakup eksekusi empat tahanan politik, termasuk mantan anggota parlemen dan aktivis pro-demokrasi, sebagaimana dilaporkan oleh Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Oktober 2022.

“Tindakan tidak bermoral ini konsisten dengan kelakukan bengis junta terhadap rakyat Myanmar. Dalam beberapa bulan terakhir, pasukan militer telah secara sistematis mengebom dan membakar desa-desa serta membantai warga sipil yang tidak bersalah, termasuk 11 anak-anak di Wilayah Sagaing yang ditembak dan dibunuh ketika pasukan junta menyerang sekolah mereka pada bulan September,” ungkap lembaga itu. “Pasukan itu telah membunuh ribuan orang dan memaksa hampir 1 juta orang untuk mengungsi sejak kudeta. Sebagian besar dari lebih dari 12.000 tahanan politik telah disiksa dan tahanan yang tidak diketahui jumlahnya telah meninggal dalam tahanan.”

Krisis kemanusiaan yang mencekam di Myanmar telah menguji prinsip noninterferensi pendiri ASEAN dalam urusan internal negara-negara anggota, dengan aktivis yang menyerukan agar blok tersebut menjatuhkan sanksi terhadap junta dan pendukungnya, seperti yang telah dilakukan oleh berbagai negara, termasuk Kanada, Inggris, dan Amerika Serikat.

“Fakta bahwa ASEAN masih belum menangguhkan partisipasi junta di seluruh sistem ASEAN menunjukkan kurangnya kepemimpinan yang berkelanjutan tentang masalah ini dan izin tersirat bagi junta untuk melanjutkan kejahatannya,” ungkap Patrick Phongsathorn, dari kelompok hak asasi manusia Fortify Rights, kepada Reuters.

Sementara ASEAN telah membantu menjaga perdamaian dan stabilitas regional, ASEAN harus tetap waspada dalam situasi geopolitik yang fluktuatif, demikian ungkap Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong kepada para delegasi KTT. Itu termasuk menegakkan kebebasan navigasi dan penerbangan lintas, serta memfinalisasi pedoman perilaku untuk Laut Cina Selatan, saat beberapa anggota ASEAN terlibat dalam sengketa teritorial dengan Republik Rakyat Tiongkok atas klaimnya yang sewenang-wenang dan diabaikan secara luas.

“Kita harus terus memperjuangkan tatanan dunia berbasis aturan, yang didukung oleh hukum internasional,” ungkap Lee, demikian menurut surat kabar The Straits Times.

Saat ASEAN menandai ulang tahunnya yang ke-55, KTT juga membuka jalan untuk ekspansinya, dengan para pemimpin setuju untuk menerima Timor Leste sebagai anggota ke-11 dan penambahan pertama sejak Kamboja pada tahun 1999. Negara berpenduduk 1,4 juta jiwa itu, yang baru merdeka 20 tahun lalu, akan diberikan status pengamat sembari menunggu keanggotaan penuh.

Blok ini juga meningkatkan hubungannya dengan dua mitra terbesarnya, India dan A.S., ke kemitraan strategis yang komprehensif untuk memacu investasi dan perdagangan lebih lanjut, demikian yang dilaporkan The Straits Times. Langkah ini akan membantu membangun “Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, stabil, dan sejahtera, serta tangguh dan aman,” ungkap Presiden A.S. Joe Biden di KTT ASEAN-A.S., yang menjanjikan kerja sama mengenai masalah “dari Laut Cina Selatan hingga Myanmar dan menemukan solusi inovatif baru atas tantangan bersama.”

Dalam pidato pembukaannya, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen menyebut ASEAN sebagai “komunitas yang tetap penting bagi arsitektur regional yang berkembang dan yang memupuk kemitraan eksternal berdasarkan rasa saling percaya dan menghormati perdamaian regional dan global, keamanan, serta pertumbuhan berkelanjutan.”

Hun mengatakan bahwa negara-negara anggota memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 setelah bertahan dari pandemi COVID-19, tetapi ia memperingatkan bahwa lingkungan sosial ekonomi sangatlah “rapuh dan terbagi.”

“Kita sekarang berada di persimpangan yang paling tidak pasti; kehidupan jutaan orang di kawasan kita bergantung pada kebijaksanaan dan pandangan jauh kita, keputusan dan kebijakan yang benar, dan pendekatan realistis untuk mengatasi tantangan strategis yang kita semua hadapi,” ungkapnya, demikian menurut surat kabar The Phnom Penh Post. “Mari berfokus pada tujuan pembangunan bersama untuk perdamaian, stabilitas, dan perbaikan kawasan ini.”

FOTO DIAMBIL DARI: REUTERS

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button