Cerita populer

Filipina memperluas program rehabilitasi untuk mantan ekstremis kekerasan

Tom Abke

Pemerintah Filipina telah memperluas programnya yang berjalan dengan sukses untuk merehabilitasi pemberontak komunis dengan menyertakan mantan ekstremis kekerasan. Akan tetapi, pemerintah hanya membantu mereka yang menyerahkan persenjataan mereka secara sukarela.

Perluasan program itu, yang dikenal sebagai Program Integrasi Lokal Komprehensif yang Ditingkatkan (Enhanced Comprehensive Local Integration Program – E-CLIP), bekerja sama dengan pihak berwenang setempat untuk melakukan deradikalisasi terhadap mantan ekstremis kekerasan (former violent extremist – FVE), yang dulunya merupakan anggota organisasi militan terlarang seperti Kelompok Abu Sayyaf, dan membantu mereka berintegrasi ke dalam masyarakat arus utama yang taat hukum. (Foto: Mantan kombatan pemberontak menyerahkan sejumlah persenjataan kepada pihak berwenang Filipina melalui Program Integrasi Lokal Komprehensif yang Ditingkatkan pada tahun 2020.)

“Melalui E-CLIP, mantan pemberontak dan mantan ekstremis kekerasan diberi kesempatan untuk memulai hidup baru,” ungkap purnawirawan Brigjen Angkatan Bersenjata Filipina Reynaldo B. Mapagu, wakil menteri pertahanan nasional untuk urusan sipil, veteran, dan komponen cadangan serta ketua Satuan Tugas Balik Loob, yang mengawasi E-CLIP, kepada FORUM. “Bantuan yang diberikan berdasarkan program ini merupakan cara pemerintah membantu mereka menjalani kehidupan damai dan produktif bersama dengan keluarga mereka.”

Reynaldo B. Mapagu menjelaskan bahwa E-CLIP, yang dibuat pada tahun 2018 oleh pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte yang akan menyelesaikan masa jabatannya, pada awalnya berfungsi untuk merehabilitasi dan mengintegrasikan kembali apa yang disebut mantan pemberontak (former rebel – FR), yang telah berjuang bersama dengan kelompok pemberontak komunis di negara itu. Kemudian pada tahun 2020, Rodrigo Duterte menambahkan FVE yang merupakan mantan anggota Kelompok Abu Sayyaf, Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsamoro, Dawlah Islamiya, Kelompok Maute, dan organisasi ekstremis lokal lainnya ke dalam daftar calon penerima manfaat E-CLIP.

Pandemi COVID-19 menyebabkan penundaan implementasi E-CLIP bagi FVE, demikian ungkap Reynaldo B. Mapagu. Akan tetapi, saat ini tengah dilakukan upaya untuk menghidupkannya kembali. Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah Filipina memimpin kegiatan pengembangan kemampuan untuk membekali pemerintah daerah dalam mengadopsi E-CLIP bagi reintegrasi FVE di wilayah mereka.

Sepasang inisiatif lokal untuk reintegrasi FVE telah dimulai di Kawasan Otonomi Bangsamoro di Muslim Mindanao (Bangsamoro Autonomous Region in Muslim Mindanao – BARMM) di Filipina Selatan, demikian ungkapnya. BARMM mencakup wilayah Marawi, kota yang merupakan lokasi pertempuran selama lima bulan pada tahun 2017 di antara Prajurit Angkatan Bersenjata Filipina dan blok ekstremis kekerasan yang dipimpin oleh Kelompok Abu Sayyaf.

Menurut Reynaldo B. Mapagu, upaya E-CLIP untuk merehabilitasi dan mengintegrasikan kembali lebih dari 14.000 pemberontak komunis terus mencapai kesuksesan. Mereka yang menyerahkan diri menerima jaminan keamanan, bantuan perumahan, program kesejahteraan, bantuan keuangan, uang tunai untuk menyerahkan senjata api mereka, bantuan hukum, beasiswa, dan pelatihan vokasi. Akan tetapi, dia menjelaskan bahwa pendekatan yang agak berbeda diperlukan ketika menangai FVE.

“Radikalisasi mantan pemberontak memiliki akar ideologis dan politik, sedangkan mantan ekstremis kekerasan memiliki nuansa keagamaan,” demikian ungkapnya. “Faktor lain yang dapat dipertimbangkan adalah perbedaan di antara praktik budaya atau kepercayaan individu-individu ini.”

Mengadaptasi kurikulum untuk audiens yang unik merupakan aspek paling menantang dari deradikalisasi, demikian ungkapnya. E-CLIP berterima kasih kepada Angkatan Darat Filipina atas upayanya dalam mengembangkan program deradikalisasi berskala luas bagi penerima hibah E-CLIP yang dapat disesuaikan dengan situasi individu, demikian ungkap Reynaldo B. Mapagu.

Keberhasilan E-CLIP dibuktikan dengan bagaimana mata pencaharian para penerima manfaat telah meningkat dan tekad mereka untuk meninggalkan terorisme dengan sepenuhnya, demikian ungkap Reynaldo B. Mapagu. Selain bergabung kembali dengan keluarga mereka dan memulai karier baru, banyak peserta program ini telah bergabung dengan upaya pemerintah untuk merekrut mantan pemberontak lainnya untuk berpartisipasi dalam E-CLIP.

Dalam menangani FVE, E-CLIP menawarkan peluang rehabilitasi dan reintegrasi hanya kepada mereka yang “muncul untuk menyerahkan diri dan meninggalkan cara-cara kekerasan mereka secara sukarela,” ungkapnya. Ekstremis kekerasan yang ditangkap oleh aparat penegak hukum berpartisipasi dalam program rehabilitasi lainnya, seperti program yang diberikan di Penjara Distrik Metro Manila di Kamp Bagong Diwa, Kota Taguig.

FOTO DIAMBIL DARI: SATUAN TUGAS BALIK LOOB

Tom Abke merupakan kontributor FORUM yang memberikan laporan dari Singapura.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button