Cerita populer

Australia mempertahankan kontrol ketat terhadap uranium yang diproduksi di dalam negeri

Tom Abke

Pemerintah Australia tetap teguh menjalankan kebijakannya dalam melarang penggunaan uranium yang diproduksi di dalam negeri untuk aplikasi militer. Sikap itu telah menghasilkan kontrol ketat atas ekspor uranium untuk mencegah implementasinya dalam senjata pemusnah massal. Aturan itu juga mencegah Australia menggunakan uraniumnya untuk dijadikan bahan bakar kapal selam bertenaga nuklir yang akan diperolehnya.

Australia memiliki sumber daya uranium, unsur yang terjadi secara alami, terbesar di dunia dan merupakan produsen uranium terbesar ketiga di dunia, demikian menurut badan pemerintah Geoscience Australia.

Berkembangnya keinginan untuk mengurangi permintaan bahan bakar fosil dari Rusia dan kebutuhan akan sumber energi yang tidak menimbulkan pencemaran membuat energi nuklir kembali diminati, demikian yang dilaporkan surat kabar The Economist pada Maret 2022. Dengan melimpahnya pasokan uranium, kondisi ini bisa menjadi kabar baik bagi Australia, demikian menurut jurnal industri Australian Mining. Berbagai investasi baru sedang dilakukan, termasuk dua tambang uranium yang rencananya akan dibuka di Australia Barat.

Canberra mengatur dengan ketat ekspor uranium negara itu dan melarang penggunaannya dalam persenjataan nuklir atau “program militer lainnya.” Kebijakan ekspor tersebut mensyaratkan bahwa Australia mewajibkan bahan nuklir yang berasal dari negara itu harus dipertanggungjawabkan secara akurat selama perjalanannya melalui siklus bahan bakar nuklir.

Perjanjian keamanan trilateral di antara Australia, Britania Raya, dan Amerika Serikat, yang ditandatangani pada September 2021 dan dikenal sebagai AUKUS, mempercepat penilaian persyaratan selama 18 bulan terkait pengiriman kapal selam bertenaga nuklir untuk Australia, demikian ungkap juru bicara Departemen Pertahanan Australia kepada FORUM.

“Pemerintah telah berkomitmen bahwa Australia tidak akan melakukan pengayaan atau pemrosesan ulang uranium untuk mendukung program kapal selam bertenaga nuklir,” ujarnya.

Berdasarkan kebijakan ekspor itu, uranium yang diproduksi Australia hanya dapat ditransfer ke negara-negara yang memiliki perjanjian kerja sama nuklir bilateral dengan Australia, demikian ungkapnya. (Foto: Tambang uranium di Australia utara.)

Australia memiliki 25 perjanjian semacam itu yang melibatkan 43 negara, termasuk A.S., demikian menurut Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia.

“Kebijakan pengamanan uranium Australia melibatkan pemilihan cermat negara-negara yang memenuhi syarat untuk menerima ekspor uranium Australia,” ungkap juru bicara itu.

Akan tetapi, perjanjian ekspor uranium pada tahun 2007 dengan Rusia dan perjanjian ekspor uranium dengan Ukraina pada tahun 2016 telah memicu keprihatinan dalam beberapa tahun terakhir ini dan mencapai tingkat yang patut dikhawatirkan usai Rusia melakukan invasi ke Ukraina pada Februari 2022.

Berdasarkan perjanjian dengan Moskow, uranium yang diproduksi Australia dikirim ke Rusia pada tahun 2010 “hanya untuk tujuan damai semata,” demikian yang dilaporkan Lowy Institute Australia pada Februari 2022. Penjualan uranium ke Rusia ditangguhkan pada tahun 2014 setelah jatuhnya pesawat terbang Malaysia Airlines Nomor Penerbangan MH-17 pada bulan Juli tahun itu. Investigasi gabungan yang dipimpin Belanda menyimpulkan bahwa pesawat terbang itu ditembak jatuh oleh rudal buatan Rusia yang diluncurkan dari wilayah yang dikuasai kelompok separatis pendukung Rusia di Ukraina. Lowy Institute menambahkan bahwa tidak ada uranium yang dikirim ke Rusia sejak tahun 2014.

Australia mengirimkan uranium ke Ukraina pada April 2021, demikian yang dilaporkan jurnal berita Independent Australia. Dan dikuasainya pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl Ukraina oleh pasukan Rusia pada akhir Februari memicu spekulasi bahwa Rusia dapat merampas bahan nuklir yang berasal dari Australia, demikian menurut Independent Australia. Para analis memperkirakan bahwa kemungkinan terjadinya hal ini tetap rendah karena Chernobyl dinonaktifkan pada tahun 1986 setelah terjadinya kecelakaan nuklir yang mematikan dan tidak lagi menerima bahan bakar nuklir.

Salah satu dari empat pembangkit nuklir aktif Ukraina, fasilitas Khmelnytskyi di Netishyn, dikuasai oleh pasukan Rusia per 29 Maret 2022, demikian yang dilaporkan Reuters. Selain itu, pengiriman uranium dari Australia ke Ukraina diyakini sebagian besar bersifat simbolis dan jumlahnya relatif kecil. Ukraina kaya akan cadangan sumber daya alam uranium, demikian menurut Kementerian Energinya, dan memasang target untuk mencapai swasembada uranium paling lambat pada tahun 2027.

Tom Abke merupakan kontributor FORUM yang memberikan laporan dari Singapura.

 

FOTO DIAMBIL DARI: ISTOCK

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button