Tajuk Utama

Menaklukkan Virus

Militer Indo-Pasifik menyediakan lini pertahanan pertama dalam pertempuran COVID-19

Staf FORUM

Kisah tentang bagaimana Selandia Baru menang dalam “menghancurkan kurva” dan menghentikan laju berjangkitnya virus korona di dalam negeri dapat ditelusuri, sebagian, ke langkah penting yang diambil segera setelah kasus COVID-19 pertama di negara itu dikonfirmasi pada akhir Februari 2020. Menjelang datangnya bulan April, Pasukan Pertahanan Selandia Baru (New Zealand Defence Force – NZDF) telah bergabung dalam pertempuran melawan pandemi, dengan lebih dari 700 personel mendukung otoritas lokal dan nasional dengan menyediakan logistik, intelijen, perencanaan strategis, dan koordinasi operasional dalam masa permulaan berjangkitnya pandemi. 

Upaya itu terbukti menjadi serangkaian langkah awal yang sukses dalam pertempuran Selandia Baru melawan COVID-19 — kampanye berkelanjutan yang telah meraih pengakuan dunia atas tindakan cepat dan tegas negara itu — dan berfungsi sebagai ilustrasi cerah mengenai sentralitas militer dalam respons di seluruh kalangan pemerintah yang dianggap penting guna menaklukkan musuh yang tak kenal lelah dan mematikan. Empat belas bulan setelah virus korona melanda di sana, negara kepulauan berpenduduk 5 juta jiwa itu hanya mencatat 2.500 kasus dan hampir dua lusin kematian.

Selama waktu itu, respons NZDF terhadap krisis kesehatan masyarakat tumbuh dalam skala dan ruang lingkup yang mencakup: mendukung aparat kepolisian dengan mendirikan pos pemeriksaan kendaraan; membantu pengadaan alat pelindung diri dan manajemen rantai pasokan; mengoperasikan fasilitas; dan merencanakan pemberian vaksinasi. Aset respons dan patroli maritim Angkatan Laut Selandia Baru mendukung Layanan Bea Cukai Selandia Baru dalam mengamankan dan memantau pelabuhan secara nasional, dan Brigjen Angkatan Darat Selandia Baru Jim Bliss diperbantukan untuk memimpin program isolasi dan karantina yang dikelola negara itu.

Di sepanjang upaya itu, NZDF telah menyeimbangkan kontribusi pandeminya dengan tugasnya untuk melindungi negara, serta dengan aktivitas pembentukan pasukannya, pengerahan operasional yang diamanatkan, kewajiban pelatihan, dan bantuan tambahan kepada otoritas sipil. “Terlepas dari tingkat kewaspadaan, kami terus memainkan peran kami dalam semua respons pemerintah sembari memelihara komitmen operasional dan tanggung jawab normal kami,” tulis situs web NZDF. “Kami terstruktur, diperlengkapi, dan dilatih untuk menghadapi berbagai kemungkinan krisis, dan kesiapsiagaan inilah yang membuat kami mengisi berbagai peran sebagai bagian dari respons COVID-19.”

Seorang perwira Angkatan Darat India memberikan penghormatan kepada staf perawatan kesehatan dan pekerja garis depan lainnya di sebuah rumah sakit di Amritsar, India.
AFP/GETTY IMAGES

Tantangan Generasi

Pasukan militer tidak asing dengan epidemi. Di Kuba, selama Perang Spanyol-Amerika tahun 1898, demam kuning dan penyakit menular lainnya membunuh lebih banyak Prajurit Amerika Serikat daripada mereka yang gugur dalam pertempuran. Dua tahun kemudian, Kepala Korps Kesehatan Masyarakat Angkatan Darat A.S. membentuk Komisi Demam Kuning Angkatan Darat A.S. untuk mempelajari penyebab dan pencegahan penyakit itu. Dipimpin oleh Korps Medis Angkatan Darat A.S. Mayor Walter Reed, komisi itu menetapkan bahwa demam kuning ditularkan melalui nyamuk, alih-alih disebarkan oleh sanitasi yang buruk. Penemuan itu membantu Angkatan Darat A.S. membasmi penyakit itu sebagai ancaman dalam konflik di masa depan. 

Akan tetapi sejak virus korona pertama kalinya terdeteksi di Wuhan, Tiongkok, pada akhir tahun 2019, pandemi ini telah menimbulkan tantangan generasi yang jarang terlihat sebelumnya, membebani sumber daya dan kesabaran penduduk planet ini. Hingga akhir November 2021, ada lebih dari 260 juta kasus secara global, termasuk 5,2 juta nyawa yang hilang, demikian menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan perekonomian nasional mengalami guncangan hebat akibat diberlakukannya penutupan akses menyeluruh dan hilangnya lapangan kerja. Jika kesulitan merupakan ujian karakter, maka pandemi telah mengungkapkan banyak hal, menghilangkan ilusi yang tersisa tentang motif beberapa rezim otoriter dunia.

Hampir dua tahun kemudian, dunia telah menyaksikan upaya inspiratif, mulai dari pekerjaan luar biasa komunitas sains untuk mengecoh virus itu hingga kontribusi gabungan dari sekutu dan mitra dalam memberikan perawatan, peralatan, dan harapan kepada komunitas yang rentan. Kita juga telah melihat berbagai tindakan yang sangat mengganggu, tetapi tidak ada yang lebih mengganggu dari penyembunyian informasi yang berpotensi menyelamatkan nyawa yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT), sebuah penyembunyian informasi yang dimulai pada awal berjangkitnya pandemi dan berlanjut bahkan ketika para ilmuwan WHO mengunjungi Wuhan pada Februari 2021 untuk menyelidiki asal-usul virus.

Di seluruh Indo-Pasifik, pasukan militer telah bekerja sama dengan lembaga sipil, lembaga swadaya masyarakat, dan perusahaan swasta untuk memerangi COVID-19 di berbagai front secara bersamaan, sembari menjaga kesehatan anggota militer mereka sendiri dan keluarga mereka. “Pada tingkat paling dasar, militer memiliki jaringan komando nasional dan merupakan kumpulan tenaga kerja yang memiliki disiplin, termasuk pasukan cadangan, yang dapat dikerahkan dalam waktu yang relatif singkat untuk melengkapi layanan garis depan sipil selama keadaan darurat nasional,” demikian menurut Euan Graham, seorang peneliti senior bidang keamanan Asia-Pasifik di International Institute for Strategic Studies. “Beberapa angkatan bersenjata telah memperoleh pengalaman substansial dalam perencanaan krisis dan tanggap darurat, termasuk selama epidemi sebelumnya, di dalam atau di luar negeri.

“Sebagian besar militer dapat menawarkan dukungan logistik, termasuk transportasi, serta staf medis dan infrastruktur,” tulis Euan Graham dalam analisis pada April 2020 di situs web wadah pemikir itu. “Angkatan bersenjata yang berkemampuan lebih tinggi memiliki pengetahuan khusus dalam epidemiologi dan virologi, serta kemampuan perlindungan diri yang dikembangkan untuk perang biologis dan kimia.”

Beberapa contoh kontribusi pasukan militer dan badan pertahanan sipil Indo-Pasifik: 

  • Di Australia, para insinyur dan peneliti di Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pertahanan (Defence Science and Technology – DST), bagian dari Departemen Pertahanan, menggunakan pencetakan 3D untuk merancang pelindung wajah bagi tenaga perawatan kesehatan, melaksanakan konsep awal hingga kemampuan produksi massal hanya dalam tiga minggu. DST mengirim prototipe ke rumah sakit guna menjalani pengujian dan menyewa kontraktor terakreditasi militer untuk memproduksi pelindung wajah, yang mudah didesinfeksi dan digunakan kembali. “Kami sering kali perlu menanggapi dengan cepat tantangan pertahanan dan keamanan nasional dengan menghasilkan solusi teknik, dan kami telah menggunakan pendekatan yang sama untuk membantu mendapatkan peralatan pelindung bagi staf perawatan kesehatan garis depan,” ungkap pemimpin program DST Ben Barona dalam sebuah artikel di situs web Departemen Pertahanan.
  • Pada Mei 2021, ketika India berjuang melawan lonjakan dahsyat kasus COVID-19, Angkatan Bersenjata negara itu berada di garis depan upaya bantuan. Angkatan Udara dan Angkatan Laut India mengangkut pasokan oksigen dan peralatan medis penting, termasuk sumbangan dari seluruh dunia. Angkatan Darat India dan Organisasi Penelitian dan Pengembangan Pertahanan membuka rumah sakit bagi warga sipil, dengan perawat, dokter, dan staf lain yang ditugaskan dari Direktorat Jenderal Layanan Medis Angkatan Bersenjata. “Masyarakat memiliki keyakinan dan kepercayaan besar pada kemampuan Angkatan Bersenjata,” tulis Menteri Pertahanan Rajnath Singh dalam sebuah postingan blog. “Saat seluruh India bersatu dalam perjuangan melawan gelombang pandemi saat ini, Angkatan Bersenjata bekerja lebih keras agar bangsa ini muncul sebagai pemenang.” 
  • Mulai awal tahun 2020, Pasukan Bela Diri Jepang (Japan Self-Defense Forces – JSDF) memberikan bantuan transportasi dan karantina bagi warga negara Jepang yang kembali dari luar negeri dan pelaku perjalanan asing, termasuk hampir 3.000 penumpang kapal pesiar setelah berjangkitnya wabah virus korona di atas kapal pesiar Diamond Princess, demikian menurut Kementerian Pertahanan Jepang. Personel JSDF juga melatih anggota staf dari perusahaan swasta dan pemerintah daerah tentang penggunaan pakaian pelindung. Pada akhir Mei 2021, JSDF dikerahkan untuk mendukung kampanye vaksinasi massal negara itu, dengan petugas medis dan perawat memberikan vaksin di Osaka dan Tokyo, demikian yang dilaporkan Nikkei Asia. “Saya lega setelah melihat vaksinasi dilakukan dengan tertib dan terorganisasi seperti yang diharapkan Pasukan Bela Diri Jepang,” ungkap Perdana Menteri Jepang saat itu Yoshihide Suga.
  • Sebagai negara terpadat ketiga di dunia, dengan 8.000 orang per kilometer persegi, serta pusat perdagangan dan transportasi global, Singapura menghadapi tantangan berat dalam mencegah penularan massal di antara 5,7 juta penduduknya. Dalam beberapa hari setelah negara pulau itu mencatat kasus virus korona pertamanya pada akhir Januari 2020, sekitar 1.500 personel Angkatan Bersenjata Singapura (Singapore Armed Forces – SAF) mendistribusikan masker kepada publik, memantau pelaku perjalanan udara, dan melakukan panggilan pelacakan kontak. SAF menggunakan taktik yang diasah selama berjangkitnya wabah sindrom pernapasan akut berat (severe acute respiratory syndrome – SARS) di Indo-Pasifik pada tahun 2003. “Pengerahan SAF bukan hanya tentang komitmen pemerintah dalam mengatasi kontingensi; dengan melibatkan warga Singapura sehari-hari melalui SAF yang sebagian besar beranggotakan prajurit wajib militer, ini juga menyampaikan pesan bahwa seluruh bangsa bersatu dalam mengatasi kesulitan bersama,” tulis Vivian Ng, purnawirawan perwira Angkatan Laut Republik Singapura, di majalah berita online The Diplomat pada Maret 2020.
  • Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan menetapkan semua rumah sakit militer sebagai fasilitas perawatan kesehatan dan pengujian bagi pasien COVID-19 serta mendirikan hampir 1.200 tempat penampungan karantina di sembilan kamp militer di pulau itu. Sementara itu, lebih dari 70.000 prajurit dikerahkan untuk membantu memasok masker wajah, dan satuan tugas kimia yang berjumlah hampir 1.500 personel mendesinfeksi penerbangan masuk. Meskipun pada saat yang secara bersamaan pihaknya menangani semakin agresifnya aktivitas Tentara Pembebasan Rakyat PKT, pulau demokrasi itu telah “memperlakukan perjuangan melawan virus sebagai perang nyata,” demikian menurut Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan.
  • Angkatan Bersenjata Thailand mendirikan lebih dari selusin rumah sakit lapangan di berbagai penjuru negara itu, dengan ribuan tempat tidur bagi pasien virus korona, demikian yang dilaporkan surat kabar Bangkok Post pada April 2021.
  • Angkatan Bersenjata A.S. telah memainkan peran integral di setiap tahap kampanye mitigasi pandemi negara itu, mulai dari meneliti vaksin potensial hingga memberikan vaksinasi, sementara itu juga mendukung mitra dan sekutu di seluruh dunia dengan keahlian, personel, peralatan, transportasi, dan banyak lagi. Jenderal Angkatan Darat A.S. Gustave F. Perna ditunjuk sebagai chief operating officer untuk Operasi Warp Speed, inisiatif swasta-publik A.S. untuk mengembangkan, memproduksi, dan mendistribusikan diagnostik, terapi, dan vaksin COVID-19. “Saya telah berbicara dengan beberapa pejabat lokal dan kepala badan sipil kami, dan mereka memberi tahu saya bahwa [apa] yang dibawa militer ke dalam upaya ini adalah disiplin, keterampilan organisasi, dan efektivitas,” ungkap Menteri Pertahanan A.S. Lloyd Austin kepada prajurit dinas aktif dan pasukan Garda Nasional yang mengoperasikan pusat vaksinasi besar-besaran di California pada Februari 2021. “Mereka terkesan dengan fakta bahwa, setiap hari, prajurit kita melihat berbagai hal dan berusaha untuk menjadi lebih baik. Mereka tahu baik saja masih belum cukup baik.”

Menerima Realitas Baru 

Seperti yang terjadi pada sebagian besar masyarakat sipil, ranah virtual telah menjadi realitas baru bagi pasukan militer, ketika pembatasan perjalanan akibat berjangkitnya pandemi dan karantina mengakibatkan berbagai fungsi seperti perekrutan, pelatihan, dan perencanaan mengalami pergeseran besar ke format jarak jauh. Sekutu dan mitra Indo-Pasifik dengan cepat mengubah acara dan latihan bilateral dan multilateral yang sudah berjalan lama untuk menyambut era digital. Pada Juni 2020, dengan sebagian besar dunia masih mengalami penutupan akses menyeluruh, Angkatan Udara Thailand dan Angkatan Udara A.S. di Pasifik serta Garda Nasional Udara Washington mengadakan Airman-to-Airman Talks tahunan melalui konferensi video — yang baru pertama kalinya dilakukan dalam diskusi kerja sama selama tujuh tahun. “Terlepas dari segala sesuatu yang terjadi di dunia kita, fakta bahwa kita mengadakan Airman-to-Airman Talks virtual ini menyoroti arti penting hubungan di antara Kerajaan Thailand dan Amerika Serikat,” ungkap Marsekal Pertama Gent Welsh, komandan Garda Nasional Udara Washington.

Bahkan dengan perluasan aktivitas militer melalui tatap muka secara langsung dengan pembatasan jarak sosial, masker, dan tindakan pencegahan lainnya, evolusi operasi sehari-hari akan tetap berlangsung saat pandemi meninggalkan jejak abadi di dunia ini. 

Seorang anggota Pasukan Pertahanan Australia membantu kedatangan penumpang di Bandara Perth. Militer di seluruh kawasan Indo-Pasifik telah berkontribusi pada tindakan pengendalian perbatasan di tengah penutupan akses menyeluruh dan karantina nasional. GETTY IMAGES

“Terlepas dari ketersediaan vaksin, pembatasan [COVID-19] akan tetap bersama kita untuk sementara waktu, menghalangi kembalinya ke aktivitas pelatihan berskala besar, dan mencegah perjalanan internasional guna melakukan latihan dengan sekutu dan mitra,” tulis Tony McCormack, seorang veteran Angkatan Udara Australia dan peneliti di Australian Strategic Policy Institute, dalam artikel pada Februari 2021 untuk publikasi online wadah pemikir The Strategist. “Investasi yang lebih besar diperlukan dalam pendekatan alternatif yang memanfaatkan tren yang muncul dalam simulasi untuk memperbaiki kekurangan yang akan dihasilkan oleh pengurangan pelatihan.”

Sementara itu, komunitas medis militer membedah pengalaman pandemi, menggunakan analitik dan pemodelan data untuk memandu cara pasukan tempur dan penduduk sipil dapat dilindungi dalam beberapa tahun mendatang. 

“Kami tidak tahu berapa lama ini akan berlangsung atau seperti apa krisis berikutnya,” ungkap Sersan Mayor Angkatan Udara A.S. Sheryl Green, manajer lapangan karier kesehatan masyarakat, dalam artikel pada April 2021 di situs web Sistem Kesehatan Militer A.S. “Kami tentunya pernah menangani wabah sebelumnya — Ebola, Zika, H1N1 — tetapi penyakit berjenis pandemi besar apa yang akan terjadi selanjutnya? Berdasarkan pengalaman yang diperoleh semua profesional kesehatan masyarakat kami selama setahun terakhir, mereka akan benar-benar siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi di masa depan.”

Ini hanyalah salah satu dari berbagai rangkaian tantangan, mulai dari perlindungan pasukan hingga kesiapan tempur, ketika angkatan bersenjata di seluruh Indo-Pasifik terus berjuang keras hampir selama dua tahun dalam krisis kesehatan global — sebuah misi yang dapat dibandingkan dengan “membuat pesawat jet tempur sembari menerbangkannya.” Akan tetapi, seperti di Selandia Baru, peran sentral militer dalam respons pandemi di seluruh kalangan pemerintah telah menyoroti kemampuannya untuk beradaptasi dan berevolusi secara aktual. Adam Saxton dan Mark F. Cancian dari Center for Strategic and International Studies menulis pada Februari 2021 bahwa adaptasi semacam itu telah memastikan bahwa “pengerahan, pelatihan, dan pergerakan personel telah dapat dimulai kembali tanpa runtuhnya kesiapan, perpecahan aliansi, atau memberanikan lawan.”  

Beri Komentar Di Sini

Privasi Anda penting bagi kami. Jika Anda memilih untuk membagikan alamat email Anda, staf FORUM hanya akan menggunakannya untuk berkomunikasi dengan Anda. Kami tidak akan membagikan atau memublikasikan alamat email Anda. Hanya nama dan situs web Anda yang akan muncul pada komentar Anda. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button