DepartemenSeluruh Kawasan

AUSTRALIA: Lembaga Sains Meningkatkan Keamanan pada Kemitraan Asing

Lembaga sains Australia akan menyaring kolaborasi dengan mitra asing untuk mengetahui adanya risiko keamanan nasional menggunakan alat digital baru yang dikaji oleh negara, mencari campur tangan politik dan pelanggaran hak asasi manusia.

The Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) menguraikan langkah-langkah peningkatan keamanan kepada komite intelijen dan keamanan parlemen pada Maret 2021. Perubahan tersebut terjadi dengan latar belakang meningkatnya ketegangan diplomatik antara Australia dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

Nima Torabi, manajer eksekutif keamanan dan ketahanan CSIRO, mengatakan bahwa lembaga tersebut memiliki “kontak yang erat dan teratur” dengan badan keamanan nasional dalam setahun terakhir, yang mengarah pada “peningkatan keamanan.”

Alat keamanan digital, yang sedang dikembangkan bersama Australian Security and Intelligence Organisation (ASIO), diperkirakan akan digunakan pada Mei 2021, demikian ungkap Torabi.

ASIO juga mengumumkan bahwa pemerintah mengidentifikasi teknologi teramat penting yang sedang berkembang yang akan tunduk pada pembatasan terkait kolaborasi asing.

Australian Research Council mengatakan ASIO, bersama dengan Departemen Dalam Negeri federal, juga telah meningkatkan pengkajian proyek yang didanai pemerintah di berbagai universitas negara itu.

Manajer dewan riset, Kylie Emery, mengatakan lembaga memeriksa afiliasi partai politik asing dari pemohon pendanaan. Dewan tersebut menolak lima permohonan atas dasar keamanan nasional pada Desember 2020 untuk pertama kalinya. “Medan berubah secara drastis”, ungkap Emery.

Beberapa pejabat universitas mengatakan bahwa mereka berencana untuk mendiversifikasi sumber siswa internasional ketika perbatasan dibuka kembali setelah pandemi virus korona karena mereka terlalu bergantung pada RRT secara ekonomi. 

Rektor Universitas Queensland Peter Varghese, mantan kepala departemen urusan luar negeri pemerintah, mengatakan telah terjadi “peningkatan perilaku pemaksaan dan penggunaan pengumpilan ekonomi yang makin kentara oleh Tiongkok.”  Reuters

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button