Cerita populer

Wing Pengintai Baru Korea Selatan menjadi bagian dari reformasi pertahanan Seoul

Felix Kim

Memantau ancaman dari Korea Utara dan sekitarnya merupakan misi Wing Pengintai ke-39 Angkatan Udara Korea Selatan (Republic of Korea Air Force – ROKAF), yang dibentuk pada November 2020 sebagai unit strategis utama.

“Wing Pengintai merupakan mata tertinggi untuk melindungi Korea Selatan,” ungkap Brigjen Park Ki-wan, yang dilantik sebagai komandan pertama wing itu pada upacara peluncuran, demikian menurut ROKAF.

Faktor pendorong utama bagi pembentukan wing itu adalah kedatangan kendaraan udara tak berawak (Unmanned Aerial Vehicle – UAV) RQ-4 Global Hawk keempat dan terakhir ROKAF, ditampilkan dalam foto, pada Oktober 2020. Ditempatkan di pangkalan udara di kota Chungju, Korea Selatan, wing itu akan mengoperasikan lima jenis aset pengintaian utama, termasuk empat RQ-4 Global Hawk, pesawat pengintai RF-16 dan RC-800 Geumgang, serta sistem pesawat tak berawak ketinggian menengah, demikian menurut Yonhap, kantor berita yang berafiliasi dengan pemerintah Seoul.

“Wing Pengintai ke-39 merupakan wing pertama yang mengelola aset pengintaian dan pengawasan udara tak berawak dengan teknologi canggih berdasarkan Revolusi Industri Keempat dan berada di bawah komando dan kontrol terpadu, unit inti yang melakukan misi di garis depan untuk melindungi keamanan nasional,” ungkap Kepala Staf ROKAF Lee Seong-yong dalam sebuah pernyataan.

Korea Selatan menganut secara luas konsep Revolusi Industri Keempat yang diciptakan oleh insinyur dan ekonom Jerman Klaus Schwab sehubungan dengan gelombang inovasi digital baru.

Aset pengintaian ROKAF sebelumnya dioperasikan oleh Grup Pesawat Terbang Pengintai ke-39 dari Wing Tempur ke-19, demikian ungkap pernyataan ROKAF. Langkah untuk membentuk wing sendiri bagi aset pengintaian mereka dimulai pada Juli 2018 sebagai bagian dari inisiatif Reformasi Pertahanan 2.0 Seoul.

Kemampuan wing itu mencakup kamera optik dan inframerah serta peralatan radar tingkap sintetis, yang memungkinkannya mengidentifikasi “tanda-tanda tidak normal” tanpa adanya pembatasan akibat kondisi cuaca, dan sensor pengumpulan data canggih untuk memantau komunikasi, data elektronik, dan informasi rudal seperti peluncuran rudal balistik bergerak atau tren terkait nuklir, demikian menurut ROKAF.

Yonhap melaporkan bahwa penambahan empat RQ-4 Global Hawk buatan Northrop Grumman itu memberi ROKAF salah satu platform pengumpulan intelijen paling canggih di dunia sehingga meningkatkan kemampuan Seoul untuk melawan ancaman dari Korea Utara dan tempat lain.

UAV itu dapat menjalankan misi pengintaian hingga 40 jam pada ketinggian sekitar 20 kilometer, dengan jarak jangkau 3.000 kilometer. UAV itu dapat membedakan objek di atas tanah yang memiliki diameter sekecil 30 sentimeter.

Northrop Grumman diberi kontrak senilai 2,24 triliun rupiah (158 juta dolar A.S.) untuk menyediakan logistik dan suku cadang guna mendukung empat RQ-4 Global Hawk ROKAF, demikian menurut GovCon Wire, yang melaporkan tentang kontrak pemerintah.

Felix Kim merupakan kontributor FORUM yang memberikan laporan dari Seoul, Korea Selatan.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button