Cerita populer

Pelabuhan Vietnam mungkin akan mengalami peningkatan kunjungan Angkatan Laut A.S.

Joseph Hammond

Semakin meningkatnya kekhawatiran Vietnam atas ketegangan di Laut Cina Selatan dapat segera mengakibatkan peningkatan kunjungan angkatan laut A.S. ke Teluk Cam Ranh di bagian tenggara negara itu, menandai pembalikan kebijakan selama beberapa dekade, demikian pendapat seorang pakar pertahanan.

Hanya enam kapal Angkatan Laut A.S. yang telah mengunjungi Teluk Cam Ranh selama satu dekade terakhir.

Jika Vietnam mengizinkan Angkatan Laut A.S. untuk beroperasi di luar teluk itu, Amerika Serikat “akan memperoleh lokasi yang sangat strategis untuk menantang Tiongkok di kepulauan Paracel dan Spratly,” ungkap Derek Grossman, analis pertahanan senior di Rand Corp., kepada FORUM. “Teluk Cam Ranh lokasinya lebih dekat daripada pangkalan-pangkalan mana pun di Filipina.”

Bersama Teluk Manila, pelabuhan itu dianggap sebagai salah satu pelabuhan alami terbaik di Asia Tenggara. Selama Perang Vietnam pada tahun 1960-an dan 1970-an, pangkalan Angkatan Laut A.S. dan pangkalan Angkatan Udara A.S. terletak di Teluk Cam Ranh. A.S. mengosongkan pangkalannya di teluk itu pada tahun 1972. Pelabuhan itu merupakan markas armada Pasifik Soviet mulai tahun 1980 dan kemudian digunakan sebagai pusat pemantauan komunikasi elektronik dan pangkalan kapal selam Rusia hingga tahun 2002. Sekarang, pelabuhan itu menjadi markas Komando Regional ke-4 Angkatan Laut Vietnam.

Pada tahun 2009, Perdana Menteri Vietnam saat itu Nguyen Tan Dung menyatakan bahwa fasilitas komersial pelabuhan itu terbuka bagi angkatan laut asing, dengan A.S. menjadi negara pertama yang mengunjunginya.

“Sebagai bagian dari strategi ini, Vietnam telah mengundang A.S. bersama dengan angkatan laut asing lainnya, termasuk Australia, Jepang, dan India, untuk melakukan kunjungan pelabuhan di Teluk Cam Ranh,” ungkap Grossman. (Foto: Kapal perusak berpeluru kendali Pasukan Bela Diri Maritim Jepang JS Ariake dan JS Setogiri melakukan kunjungan pelabuhan di Teluk Cam Ranh, Vietnam, pada April 2016.)

“Yang pasti, niatnya sebagian besar bersifat simbolis, yaitu untuk menunjukkan bahwa Hanoi memiliki teman-teman yang bersedia dan mampu membantu dalam potensi konflik melawan Beijing,” ujarnya. “Vietnam puas dengan simbolisme untuk saat ini, tetapi jika keagresifan Tiongkok meningkat di Laut Cina Selatan, maka Vietnam dapat mencari cara lain, seperti melakukan latihan bersama dengan angkatan laut ini, untuk meningkatkan penyampaian pesannya.”

Sebagai bagian dari penyampaian pesan itu, Vietnam berpartisipasi dalam konferensi video “Quad-plus” pada Maret 2020 untuk membantu mengoordinasikan tanggapan Indo-Pasifik terhadap COVID-19. Dialog Keamanan Kuadrilateral, atau Quad, terdiri dari Australia, India, Jepang, dan A.S. Konferensi Quad-plus juga melibatkan Selandia Baru dan Korea Selatan.

“Vietnam tentunya berupaya memberikan tekanan terhadap Tiongkok di Laut Cina Selatan, tempat kedua negara memiliki klaim kedaulatan tumpang tindih yang luas di berbagai tempat seperti Kepulauan Paracel dan Kepulauan Spratly,” ungkap Grossman. Dia menambahkan bahwa Hanoi menghargai operasi kebebasan navigasi A.S. di kawasan ini, “karena operasi itu menekankan pentingnya hukum internasional dan norma perilaku yang ditentang oleh Tiongkok dengan argumen [teritorial] berdasarkan sejarahnya.”

Joseph Hammond merupakan kontributor FORUM yang memberikan laporan dari kawasan Indo-Pasifik.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button