Cerita populer

KTT ASEAN menyoroti tanggapan COVID-19 dan Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka

Kerja sama kesehatan masyarakat, pemulihan ekonomi, dan komitmen untuk memastikan masa depan Laut Cina Selatan sebagai “lautan perdamaian, stabilitas, keamanan, dan keselamatan” mempersatukan sekutu dan mitra Indo-Pasifik selama KTT Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) ke-37.

Pandemi global yang terus menguji kawasan ini hampir setahun setelah wabah virus korona berjangkit mendominasi agenda KTT virtual selama empat hari yang dipimpin oleh Vietnam.

“Kita sedang melalui masa-masa yang sangat sulit ketika mata pencaharian dan kehidupan rakyat kita terancam oleh pandemi COVID-19 sementara itu kehidupan ekonomi dan sosial mengalami kekacauan dan semakin diperparah oleh bencana alam, badai, banjir, dan kekeringan yang parah,” ungkap Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc, ditampilkan dalam foto, dalam pidato pembukaannya pada 12 November 2020.

Beberapa hari sebelum KTT itu, 10 negara anggota ASEAN menyetujui Kerangka Strategis ASEAN untuk Keadaan Darurat Kesehatan Masyarakat guna meningkatkan tindakan deteksi, kesiapsiagaan, dan tanggapan, sembari memperkuat keamanan kesehatan regional. Kerangka kerja itu mencatat bahwa COVID-19 merupakan rangkaian terbaru dari serangkaian epidemi mematikan yang menginfeksi kawasan ini dalam 20 tahun terakhir, termasuk epidemi sindrom pernapasan akut berat (severe acute respiratory syndrome – SARS), flu burung H5N1, dan virus Zika.

Mitra regional seperti Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat terus mendukung tanggapan COVID-19 ASEAN dengan memberikan pendanaan, persediaan dan peralatan medis, serta dukungan lainnya.

“Pada saat terjadinya krisis global ini, kemitraan strategis A.S.-ASEAN menjadi jauh lebih penting ketika kita bekerja bersama-sama untuk memerangi virus korona,” ungkap Penasihat Keamanan Nasional A.S. Robert O’Brien selama KTT ASEAN-A.S. kedelapan, yang diselenggarakan secara online sebagai bagian dari acara yang lebih besar itu.

O’Brien mengatakan bahwa A.S. telah menyumbangkan 1,24 triliun rupiah (87 juta dolar A.S.) ke Asia Tenggara selama pandemi, menyediakan alat pelindung diri, ventilator, dan persediaan lainnya, demikian menurut The Associated Press.

“Amerika Serikat mendukung Anda, dan kami tahu Anda mendukung kami,” ungkapnya.

Lima negara — Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand — mendirikan ASEAN pada Agustus 1967 dan kemudian diikuti oleh Brunei, Myanmar, Kamboja, Laos, dan Vietnam. Deklarasi pendirian organisasi itu memiliki berbagai tujuan, di antaranya adalah menyerukan percepatan pertumbuhan ekonomi, termasuk melalui perluasan perdagangan. Sasaran itu mendapatkan kemajuan signifikan selama KTT pada bulan November ketika negara-negara anggota ASEAN bergabung dengan Australia, Jepang, Selandia Baru, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), dan Korea Selatan dalam menandatangani Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership – RCEP).

Pakta itu merupakan kesepakatan perdagangan terbesar ASEAN dan mencakup pasar berpopulasi 2,2 miliar jiwa yang mewakili hampir sepertiga produk domestik bruto global, demikian menurut ASEAN.

“RCEP akan memberikan dorongan yang sangat dibutuhkan untuk pemulihan yang cepat dan kuat bagi bisnis dan rakyat di kawasan kami, terutama selama krisis pandemi COVID-19 saat ini,” ungkap Dato Lim Jock Hoi, sekretaris jenderal ASEAN, dalam sebuah pernyataan.

Prioritas bersama lainnya bagi ASEAN dan sekutu serta mitranya adalah arti penting strategis Laut Cina Selatan, salah satu rute pengapalan tersibuk di dunia, dalam memastikan Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka. Brunei, Malaysia, Filipina, dan Vietnam telah mengajukan keberatan atas klaim RRT yang sewenang-wenang dan tidak memiliki dasar hukum atas sebagian besar wilayah laut itu. RRT terus melakukan tindakan agresif di daerah itu, termasuk melanggar zona ekonomi eksklusif negara lain, meskipun ada protes dari seluruh dunia.

Dalam pembukaan KTT itu, Phuc kembali menegaskan bahwa supremasi hukum harus dihormati.

“ASEAN juga telah secara konsisten menyatakan posisi berprinsip dan komitmen kuatnya untuk mengubah Laut Cina Selatan, jalur laut kritis di kawasan ini dan di dunia, menjadi lautan perdamaian, stabilitas, keamanan, dan keselamatan bagi aliran bebas barang, tempat perbedaan dan sengketa diselesaikan melalui cara-cara damai, tempat hukum dihormati dan dipatuhi sepenuhnya, serta nilai-nilai bersama dijunjung tinggi,” ungkapnya, demikian menurut sambutannya yang dipublikasikan di situs web ASEAN.

Pesan itu diperkuat selama konferensi video di antara para pemimpin ASEAN dan rekan-rekan mereka dari negara-negara Indo-Pasifik lainnya, termasuk Perdana Menteri Australia Scott Morrison, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, dan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern.

“Mengingat kepentingan maritim kami yang signifikan, kami menegaskan pandangan bersama kami bahwa kemakmuran dan keamanan kawasan kami bergantung pada penggunaan laut dan samudra secara damai, termasuk hak semua negara atas kebebasan navigasi,” ungkap pernyataan bersama yang diterbitkan setelah KTT ASEAN-Australia kedua yang diselenggarakan setiap dua tahun pada 14 November.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button