Cerita populer

Aliansi A.S.-Jepang semakin menguat sejak berakhirnya PD II

David Vergun, Departemen Pertahanan A.S.

Amerika Serikat dan Jepang memiliki sasaran yang sama di kawasan Indo-Pasifik seperti kebebasan navigasi, kemakmuran ekonomi dalam aturan hukum internasional, dan penangkalan agresi dari negara-negara seperti Republik Rakyat Tiongkok, Rusia, dan Korea Utara, serta dari organisasi teroris.

Sebagai sekutu penting, Jepang meningkatkan partisipasi dengan A.S. dan mitra lainnya dalam latihan dan operasi militer bilateral dan multilateral, terutama sejak jatuhnya Uni Soviet. Misalnya:

  • Pada awal tahun 1990-an, Jepang berpartisipasi dalam operasi pemeliharaan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Kamboja.
  • Pada November 2001, Jepang mengirimkan Pasukan Bela Diri Maritimnya ke Samudra Hindia untuk memberikan dukungan logistik bagi operasi militer A.S. di Afganistan, menandai aksi militer luar negeri pertama Jepang selama operasi tempur.
  • Pada tahun 2003, Jepang mengirimkan pasukan untuk membantu upaya rekonstruksi pascaperang di Irak.
  • Sejak tahun 2007, Jepang telah berpartisipasi dalam Latihan Malabar bersama dengan A.S. dan India.
  • Militer A.S. dan Jepang bekerja sama secara efektif untuk menanggapi gempa bumi dan tsunami pada Maret 2011, yang meluluhlantakkan sebagian besar pulau utama Jepang, Honshu.
  • Pada Oktober 2018, Pasukan Amfibi Bergerak baru Jepang mengadakan latihan bersama dengan Marinir A.S. di prefektur Kagoshima, Jepang untuk mengasah tindakan dalam mempertahankan wilayah-wilayah terpencil.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, Jepang telah menyumbangkan lusinan perahu patroli bekas dan baru kepada pasukan penjaga pantai di kawasan itu, melengkapi upaya serupa yang dilakukan oleh A.S. untuk membangun kapasitas dan kapabilitas mitra, seperti Prakarsa Keamanan Maritim Indo-Pasifik, pembiayaan militer asing, pendidikan dan pelatihan militer internasional, dan Undang-Undang Inisiatif Reasuransi Asia (Asia Reassurance Initiative Act).

Kedalaman komitmen A.S. terhadap aliansi A.S.-Jepang dibuktikan dengan penempatan hampir 55.000 personel militer A.S. di Jepang dan ribuan warga sipil serta anggota keluarga Departemen Pertahanan A.S. yang tinggal dan bekerja bersama mereka. (Foto: Pasukan Marinir A.S. menyelenggarakan Festival Persahabatan Fuji di Kamp Pusat Pelatihan Persenjataan Gabungan Fuji, Jepang.)

A.S. juga telah mengerahkan aset militernya yang paling mumpuni dan canggih ke Jepang, termasuk kelompok kapal induk pemukul USS Ronald Reagan, dua lokasi radar pertahanan rudal, dan pesawat tempur F-35 Joint Strike Fighter.

Jepang memperoleh lebih dari 90% impor pertahanannya dari A.S. dan telah menyatakan ketertarikan yang semakin meningkat pada teknologi yang interoperabel dengan kemampuan canggih.

A.S. telah menyetujui penjualan militer asing senilai 295,48 triliun rupiah (20 miliar dolar A.S.) ke Jepang, termasuk pembelian pesawat tempur F-35, pesawat terbang peringatan dini lintas udara E-2D, pesawat terbang pengisian bahan bakar KC-46, sistem udara tak berawak Global Hawk, dan pesawat terbang dengan rotor yang dapat dimiringkan MV-22, serta berbagai rudal seperti rudal udara-ke-udara jarak menengah canggih AIM-120, rudal antikapal UGM-84 Harpoon, dan rudal pencegat pertahanan rudal balistik SM-3 Block IIA.

Pemerintah Jepang menyediakan anggaran hampir 29,55 triliun rupiah (2 miliar dolar A.S.) per tahun untuk membantu membayar biaya penempatan pasukan A.S. pada 85 fasilitas di berbagai penjuru Jepang.

Setelah Jepang menyerah secara resmi kepada Sekutu pada 2 September 1945, A.S. memulai proses membantu membawa Jepang kembali ke komunitas internasional dengan memperkuat hubungan militer, politik, dan ekonomi, seperti yang dilakukan terhadap mantan musuhnya yaitu Italia dan Jerman.

Pendudukan militer Amerika di Jepang berlangsung dari tahun 1945 hingga 1951. Selama waktu itu, Jepang dengan tegas menolak militerisme, menganut demokrasi, dengan penuh semangat berupaya mewujudkan kemakmuran ekonomi, dan mulai menerima A.S. sebagai sekutu dan mitra yang setara.

A.S. masih menduduki beberapa rangkaian kepulauan di Pasifik Barat yang dulunya merupakan bagian dari Jepang. Pendudukan itu berakhir ketika A.S. mengembalikan Kepulauan Bonin, termasuk Iwo Jima, ke Jepang pada tahun 1968 serta Okinawa dan kepulauan Ryukyu lainnya pada tahun 1972.

Serangkaian perjanjian ditandatangani untuk menandai berakhirnya pendudukan Jepang daratan. Perjanjian pertama adalah Perjanjian Perdamaian San Francisco, ditandatangani pada 8 September 1951, yang mulai berlaku pada 28 April 1952. Perjanjian itu menandai berakhirnya pendudukan Sekutu di daratan Jepang. Perjanjian keamanan pertama Jepang dengan A.S. dan dengan berbagai negara selain Uni Soviet juga ditandatangani pada saat itu.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button