Cerita populer

Uji coba rudal mengungkapkan upaya modernisasi Angkatan Laut Filipina

Demonstrasi Angkatan Laut Filipina terhadap sistem rudal permukaan-ke-permukaan pertamanya pada akhir November 2018 menggambarkan upaya berkelanjutan Presiden Rodrigo Duterte untuk memodernisasi militer negara itu dan mengendalikan perairan teritorialnya secara lebih efektif.

Angkatan Laut Filipina memasang sistem rudal jarak jauh Spike yang baru saja diperoleh dari produsen persenjataan Israel, Rafael Advanced Defense Systems pada kapal serbu serba guna (multiple-purpose attack craft – MPAC), yang merupakan kapal serang berkecepatan tinggi yang dapat melakukan misi antipembajakan dan digunakan untuk melawan target permukaan berukuran besar.

Latihan di lepas pantai Limay, Bataan, itu melibatkan helikopter serbu dan tiga MPAC yang dilengkapi dengan sistem rudal, demikian menurut majalah berita online The Diplomat. MPAC menembakkan senapan mesin kaliber 50 yang dikendalikan dari jarak jauh dan kemudian diikuti dengan dua peluru kendali yang menenggelamkan sasaran. Helikopter, yang dipersenjatai dengan roket-roket peledak tinggi, juga menembakkan senjatanya.

Juru bicara Angkatan Laut Filipina, Letnan Kolonel Laut Jonathan Zata mengatakan bahwa Angkatan Laut Filipina berharap untuk menggunakan MPAC dalam taktik pengerumunan ketika sejumlah besar kapal dikerahkan untuk menghadapi ancaman permukaan, demikian menurut Philippine News Agency.

Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana menyatakan bahwa keakuratan rudal itu sangat mengesankan, mengingat bahwa kapal-kapal itu berlayar membelah laut berombak tinggi selama latihan.

“Bagi kapal untuk menghantam target sembari bergerak, … saya benar-benar terkesan. Tidak ada amunisi yang terbuang. Semuanya menghantam target,” ungkap Lorenzana, demikian menurut surat kabar The Philippine Daily Inquirer.

Uji coba rudal itu merupakan bagian dari upaya jangka panjang yang disebut Program Modernisasi Angkatan Bersenjata Filipina yang Direvisi. Program itu dibagi menjadi tiga fase — fase pertama dari tahun 2013 hingga 2017, fase kedua dari tahun 2018 hingga 2022, dan fase ketiga dari tahun 2023 hingga 2027. Pemerintah Filipina pada Juni 2018 berupaya mengalokasikan anggaran senilai 81,15 triliun rupiah (5,6 miliar dolar A.S.) untuk tahap kedua dari program itu. (Foto: Perahu patroli Angkatan Laut Israel meluncurkan rudal jarak jauh Spike.)

Sistem rudal itu hanya merupakan satu bagian dari pemutakhiran inventaris. Militer berharap untuk membeli pesawat tempur multiperan, helikopter, dan pesawat patroli jarak jauh untuk Angkatan Udara. Angkatan Darat berencana untuk membeli beberapa sistem roket peluncuran ganda dan peralatan tempur malam hari, dan Angkatan Laut meminta lebih banyak fregat, korvet, dan kapal selam, demikian yang dilaporkan The Diplomat.

Dalam beberapa tahun terakhir, militer telah memerangi bandit dan penculik di laut sembari bertempur selama lima bulan pada tahun 2017 untuk mengambil alih kota Marawi dari militan yang setia kepada Negara Islam. Tantangan itu telah membuat analis pertahanan dan beberapa anggota parlemen Filipina menyerukan perlunya modernisasi militer yang sudah lama dibutuhkan.

Dalam pidato pada Maret 2018, Duterte berjanji untuk meningkatkan alutsista militernya.

“Rakyat Filipina sangat berterima kasih atas pelayanan dan pengorbanan Anda untuk bangsa kita. Saya telah mengatakan sebelumnya, selama Anda melakukan tugas Anda sesuai dengan aturan hukum, saya akan mengurus kebutuhan Anda,” ungkap Duterte pada pertemuan militer di Fort Bonifacio di Taguig City, demikian menurut surat kabar The Manila Bulletin.

Dengan persetujuan pendanaan untuk tahap kedua dari rencana tersebut, Duterte meyakinkan para prajurit bahwa “pemerintah sedang melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa anggota militer kami diberi tunjangan dan dipersenjatai dengan alutsista untuk melakukan tugas mereka secara efektif.”

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button