Cerita populer

Polisi Filipina ingin meredam kekerasan dalam pemberantasan narkoba

Reuters

Kepala kepolisian Filipina mengumumkan peluncuran kembali operasi anti-narkotika pada 6 Maret 2017 yang dia harapkan akan lebih sedikit memicu pertumpahan darah, “atau bahkan tanpa pertumpahan darah.” Upaya ini merupakan tahap baru dalam perang melawan narkoba yang memicu kekhawatiran internasional.

Saat memberikan pidato di hadapan ratusan aparat, Kepala Kepolisian Nasional Filipina (PNP) Ronald dela Rosa, dalam foto, mengatakan bahwa PNP melakukan reformasi dan menyerukan pada “para pria yang memiliki hasrat membara” untuk bergabung dengan satuan tugas baru, Grup Penindakan Narkoba Filipina.

PNP telah dicerca oleh kelompok hak asasi manusia yang menuduh pembunuhan di luar proses hukum dilakukan secara sistematis dalam kampanye anti-narkoba Presiden Rodrigo Duterte, ketika lebih dari 8.000 orang tewas sejak dia menjabat pada Juni 2016.

Aktivis percaya bahwa polisi berada di belakang ribuan pembunuhan pengguna narkoba yang belum terpecahkan. Polisi dituduh membunuh mereka dengan tangan sendiri atau bekerja sama dengan pembunuh bayaran.

PNP menyangkal keras tuduhan itu dan mengatakan petugasnya membunuh 2.555 orang dalam penggerebekan dan operasi rahasia, dan semua itu dilakukan untuk membela diri.

Duterte merasa geram setelah ditemukan adanya oknum polisi narkoba yang menculik dan membunuh seorang pengusaha Korea Selatan sehingga menangguhkan keikutsertaan PNP dalam upaya pemberantasan narkobanya pada 30 Januari 2017. Duterte baru-baru ini menyerukan kepada beberapa polisi untuk kembali menjalankan kampanye itu karena narkoba kembali beredar di jalanan, dan dia mengalami kekurangan personel.

Dela Rosa tidak memberikan rincian tentang satuan tugas baru itu, tetapi mengatakan bahwa PNP diberi tugas untuk membersihkan diri dari unsur-unsur jahat dan membebaskan negara itu dari bencana narkoba.

“Saya berharap bahwa tindakan ini akan lebih sedikit memicu pertumpahan darah, atau bahkan tanpa pertumpahan darah,” kata dela Rosa.

“Para pria yang memiliki hasrat membara, Anda dapat menghadap ke grup penindakan narkoba. Anda bisa menjadi sukarelawan untuk bertempur dalam perang ini, dengan hasrat membara untuk membantu kampanye ini guna membantu negara ini,” katanya.

Departemen Luar Negeri A.S. mengatakan dalam laporan hak asasi manusia tahunannya pada 3 Maret 2017, bahwa ada kekhawatiran serius tentang impunitas polisi dan semakin banyaknya tindakan main hakim sendiri dan pembunuhan di luar proses hukum di Filipina. Laporan ini mencatat bahwa Duterte telah berulang kali mengatakan bahwa dia akan melindungi polisi dari tindakan hukum.

Juru bicara Duterte memberikan tanggapan bahwa Filipina berkomitmen terhadap hak asasi manusia, tetapi juga mengatakan bahwa penting untuk tidak menghubungkan laporan pelanggaran dengan kampanye anti-narkoba, yang merupakan “perang salib mulia.”

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button