Tajuk Utama

Sinergi Maritim

Negara-negara pesisir menggunakan Indian Ocean Naval Symposium untuk bekerja sama dalam menghadapi tantangan pelayaran regional dan menjaga keamanan jalur perairan

Laksamana Pertama Mir Ershad Ali/Angkatan Laut Bangladesh

Tidak ada satu pun negara di dunia memiliki kemampuan dan sumber daya untuk mengatasi tantangan keamanan maritim sendirian. Tantangan itu telah menjadi terlalu luas spektrumnya, kompleks sifatnya, dan tidak mengenal batas. Dalam dunia global ini, ancaman itu pada dasarnya juga telah mengglobal, terutama dalam domain maritim.

Di laut, tidak ada batas fisik, dan hamparan luas air asin — yang menutupi dua pertiga permukaan bumi — pada dasarnya adalah satu kesatuan. Perairan yang berkesinambungan ini merupakan fitur geografi terbesar Bumi, domain maritim besar yang memengaruhi kehidupan di mana-mana. Dalam perekonomian saat ini, arti penting lautan telah meningkat sehingga memungkinkan semua negara untuk berpartisipasi di pasar global.

Lebih dari 80 persen perdagangan dunia dikirim melalui perairan dan membentuk mata rantai maritim global. Sayangnya, mata rantai ini juga digunakan oleh penjahat maritim di seluruh dunia.

Personel Angkatan Laut Malaysia mengawasi cakrawala di atas kapal angkatan laut selama misi pencarian dan penyelamatan di dekat perbatasan Thailand-Malaysia di sebelah utara Pulau Langkawi pada Mei 2015. AFP/GETTY IMAGES

Secara teoritis, prakarsa global untuk mengatasi tantangan global ini, seperti “1000-Kapal Angkatan Laut” — proposal yang menyerukan kerja sama antara angkatan laut yang difokuskan pada pengamanan kepentingan bersama global — akan menjadi upaya ideal. Kenyataannya, hingga saat ini, ide-ide tersebut telah kandas. Akan tetapi, secara regional, negara-negara itu telah melakukan upaya lebih baik dengan melembagakan beberapa jenis pengaturan kerja sama regional untuk mengatasi ancaman dan tantangan bersama. Sudah ada banyak forum kerja sama, baik yang aktif maupun tidak aktif. Semua forum ini bertujuan untuk melakukan hal yang benar dengan tepat — yaitu, bersatu untuk mencapai tujuan bersama.

Indian Ocean Naval Symposium (IONS) adalah salah satu prakarsa keamanan maritim multilateral yang dilakukan oleh Angkatan Laut India pada tahun 2008. Dalam perspektif yang lebih luas, prakarsa itu dimulai dengan mengajak semua negara pesisir Samudra Hindia untuk mempromosikan hubungan yang bersahabat dan membangun kerja sama profesional di antara negara pesisir di kawasan Samudra Hindia. Simposium itu berusaha untuk mempromosikan langkah dan mekanisme keterlibatan berturut-turut yang memberikan dampak pada isu-isu keamanan maritim regional dan kerja sama dalam domain maritim. Selama kurun waktu singkat ini, IONS [yang mencakup 35 anggota] telah muncul sebagai aliansi angkatan laut dan lembaga keamanan maritim terbesar di dunia.

Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir, prakarsa ini mendapat kritik karena stagnasinya. Samudra Hindia membentang di negara-negara yang memiliki ide dan kepentingan, nilai-nilai dan budaya, praktik dan praduga yang berbeda.

Selain itu, samudra yang sangat luas itu menimbulkan kekhawatiran yang berbeda pada berbagai negara tergantung pada posisi geografinya. Kekhawatiran keamanan di pantai Afrika Timur mungkin menjadi perhatian global, namun kekhawatiran tersebut tidak terlalu mengganggu negara-negara Asia Timur karena mereka memiliki masalah mereka sendiri. Realitas ini selalu merintangi satu-satunya prakarsa maritim di seantero Samudra Hindia, yaitu IONS.

Berikut ini adalah analisis sepintas dari elemen keamanan Samudra Hindia, menyoroti hubungan antara keterlibatan kerja sama regional, sehubungan dengan tatanan keamanan global. Turunan wacana tersebut dapat membantu menentukan di mana kita bisa menyertakan IONS dalam arsitektur keamanan secara keseluruhan di Samudra Hindia.

Elemen Keamanan Samudra Hindia

Samudra Hindia adalah samudra terkecil dari samudra-samudra besar di dunia tapi memiliki nilai strategis dan ekonomi terbesar. Luas perairannya adalah 70 juta kilometer persegi, sekitar 20 persen dari permukaan air dunia. Wilayah Samudra Hindia yang luas memiliki sepertiga populasi dunia, seperempat massa tanah global, dan tiga perempat cadangan minyak, besi, dan timah dunia. 10 negara pesisir Samudra Hindia memiliki sekitar 65 persen cadangan minyak dunia.

Samudra Hindia memiliki jalur penting yang sampai taraf tertentu membantu memberi pemasukan bagi beberapa negara terbesar di Asia dan A.S. Lebih dari 7.000 kapal melintasi Samudra Hindia setiap tahun. Rute mereka merupakan jalur komunikasi laut yang paling signifikan (SLOC) di dunia. Jalur ini pada umumnya paling dekat dengan daratan dan ditandai dengan titik rawan lalu lintas pelayaran utama, seperti Selat Hormuz dan Bab al-Mandab di barat dan Selat Malaka di sebelah timur. Kapal tanker minyak besar di dunia melewati titik rawan lalu lintas pelayaran ini dan membawa sumber hidrokarbon ke pusat-pusat konsumsi utama di seluruh Asia. Sekitar 40 persen lalu lintas ini melewati Selat Malaka.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok, Jepang, India, dan banyak negara Asia Tenggara lainnya tergantung pada SLOC Samudra Hindia.

Pada tahun 2020, permintaan minyak di India diperkirakan akan meningkat menjadi 91,6 persen, sedangkan untuk Tiongkok, angkanya mencapai 76,8 persen, dan untuk Asia Tenggara, 96 persen. Masalah lainnya adalah negara-negara pesisir yang rawan perang semakin memperumit situasi. Data statistik yang berkaitan dengan masalah keamanan utama di kawasan Samudra Hindia ditunjukkan di bawah ini, yang kadang-kadang dapat memengaruhi keamanan maritim tradisional di seluruh kawasan ini.

19 persen negara-negara di kawasan ini mengalami berbagai tingkat keterlibatan dalam konflik bersenjata.

31 persen memiliki berbagai tingkat ancaman teroris terhadap negara mereka, termasuk wilayah laut.

33 persen terancam oleh pembajakan di perairan internasional yang berdekatan atau perampokan bersenjata di laut di dalam perairan teritorial/zona ekonomi eksklusif mereka sendiri.

53 persen masih memiliki sengketa maritim berkesinambungan dengan negara-negara tetangga.

56 persen terancam oleh masalah endemik perdagangan gelap senjata, narkotika, dan manusia.

Samudra dengan paradigma strategis seperti itu pastinya mengganggu kesediaan negara-negara pesisir untuk terlibat secara multilateral dalam prakarsa manajemen keamanan maritim. Selain itu, luasnya Samudra Hindia membuat masalah yang dialami suatu negara kurang dirasakan oleh negara lain.

Ancaman Nonkonvensional di Samudra Hindia

Karena lingkungan keamanan strategis yang kompleks, Samudra Hindia cenderung menjadi arena masalah keamanan nontradisional multisisi. Terorisme maritim dan pembajakan menempati puncak spektrum jauh meninggalkan masalah tanpa kekerasan seperti polusi lingkungan atau penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diregulasi. Tentu saja, spektrum intensitasnya tidak sesuai dengan konsekuensi ancaman. Ancaman dengan intensitas lebih rendah, seperti pencemaran laut dan penipisan keanekaragaman hayati, mungkin memiliki dampak berkelanjutan pada degradasi keamanan dan menjadi agenda utama. Sekali lagi, masalah intens seperti pembajakan atau terorisme sifatnya kompleks dan rumit. Ancaman nonmiliter dan asimetris ini didominasi oleh kegiatan kriminal lintas batas yang terjadi di laut dan saling terkait satu sama lain. Beberapa ancaman dan tantangan ini mencakup:

Tentara Angkatan Laut Indonesia mengawal kapal berbendera Singapura ke pelabuhan Surabaya di provinsi Jawa Timur pada Mei 2016 setelah menahan sembilan tersangka yang terlibat dalam pembajakan kapal. AFP/GETTY IMAGES

Perdagangan senjata dan narkoba: Daerah yang terkenal dengan produksi narkoba dan perdagangan senjata ilegal yaitu Bulan Sabit Emas dan Segitiga Emas secara geografis berada dekat dengan dengan wilayah Samudra Hindia. Asosiasi geografis ini makin diperkuat oleh hubungan antara narkotika dan senjata, dengan jalur laut di Laut Arab dan Teluk Benggala yang menyediakan lintasan perairan yang ideal untuk memasok narkotika dan senjata.

Perdagangan manusia dan migrasi ilegal: Masuknya migran Afrika dan Timur Tengah baru-baru ini telah menarik perhatian dunia. Bisnis perdagangan manusia dijalankan di sekitar Samudra Hindia. Sejumlah [pelaku] jahat memperdagangkan manusia dari Somalia, Etiopia ke Yaman dan kemudian ke negara-negara Timur Tengah lainnya. Perdagangan manusia di Sub-Sahara dan Timur Tengah merupakan bisnis yang nilainya mencapai 53,6 triliun rupiah (4,1 miliar dolar A.S.) per tahun.

Terorisme maritim: Dalam beberapa dekade terakhir, terorisme maritim mengemuka di kawasan ini. Sejak tahun 2000, serangkaian kejadian telah membuka mata dunia pada ancaman teror dalam domain maritim. Serangan di masa depan tidak dapat dikesampingkan, karena dengan lebih banyak uang dan teknologi yang dituangkan dalam sistem, ini menjadi pilihan yang didambakan para teroris.

Perompakan dan pembajakan: Baru-baru ini, masalah keamanan maritim utama di Samudra Hindia didominasi oleh pembajakan dan perampokan bersenjata di laut, khususnya pembajakan kapal pedagang oleh bajak laut bersenjata lengkap yang berbasis di Somalia. Akan tetapi, karena prakarsa global angkatan laut yang kuat lewat dibentuknya berbagai koalisi dan operasi anti-pembajakan yang sukses, ancaman itu telah hampir dieliminasi. Akan tetapi, kesinambungan hasil upaya besar tersebut sangat dipertanyakan. Begitu gugus tugas itu meninggalkan kawasan tersebut, bajak laut dapat kembali beraksi karena akar penyebab pembajakan belum ditangani.

Polusi maritim: Polusi maritim merupakan masalah global, dan Samudra Hindia mengalami dampak terparah. Karena kurangnya sistem pengawasan dan penegakan hukum, ditambah dengan lemahnya hukum, banyak insiden tidak diperhatikan dan dihukum. Pengangkutan limbah radioaktif dari Eropa ke Asia adalah ancaman bagi keamanan SLOC regional. Banyak negara pesisir yang berada di sepanjang rute pengiriman ini telah mengungkapkan keprihatinannya. Beberapa negara melarang pengiriman melalui zona ekonomi eksklusif dan perairan teritorial mereka. Malaysia telah mengutuk pengiriman itu dan menuntut agar kapal yang membawa bahan radioaktif tidak memasuki perairan teritorial Malaysia.

Pencemaran laut adalah masalah besar lainnya bagi keselamatan di kawasan ini. Kekhawatiran utama adalah kemungkinan tumpahan minyak yang mengakibatkan bencana. Di selat yang banyak dilewati lalu lintas perdagangan ini, seperti Selat Malaka, ada kekhawatiran bahwa tumpahan minyak besar bisa secara serius mengganggu, atau bahkan menutup, selat itu.

Penangkapan ikan ilegal, tidak diregulasi, dan tidak dilaporkan: Penangkapan ikan ilegal dan berlebihan menyebabkan kerusakan pada pembangunan berkelanjutan sumber daya perikanan di Samudra Hindia. Penangkapan ikan secara berlebihan di daerah penangkapan ikan tuna di Mauritius, Komoro, dan Madagaskar merupakan kekhawatiran besar bagi ahli konservasi. Bangladesh, India, dan Thailand juga mengalami penangkapan ikan secara berlebihan dan penangkapan ikan ilegal pada umumnya.

Bencana dan kecelakaan maritim: Meningkatnya insiden bencana dan kecelakaan maritim memerlukan upaya pencarian dan penyelamatan yang efektif dan cepat. Pusat koordinasi penyelamatan maritim yang terisolasi hampir tidak dapat menanggapi panggilan pencarian dan penyelamatan di daerah mereka secara efektif. Kecelakaan laut, terutama tabrakan dan karam, menimbulkan ancaman besar untuk perdagangan maritim dan SLOC. Kecelakaan ini bisa berakibat fatal bagi pelayaran maritim jika terjadi di titik rawan lalu lintas pelayaran utama seperti Selat Hormuz dan Selat Malaka.

Kecelakaan laut di kawasan Samudra Hindia bukan tidak lazim. Banyak negara di kawasan ini mengimpor jutaan ton minyak mentah dan minyak olahan dari negara-negara Timur Tengah. Tabrakan bisa menimbulkan polusi besar di daerah itu dan penutupan jalur air atau selat penting. Selain itu, karena kurangnya ketaatan terhadap peraturan maritim dan tata kelola yang buruk dari negara-negara pesisir di kawasan itu, tabrakan sering kali terjadi di muara jalur air dan selat. Tabrakan atau karam yang tidak dapat dikelola di dalam jalur air dapat menangguhkan kegiatan pelabuhan negara pesisir selama periode waktu yang tidak terbatas.

Kesimpulan

Kerja sama regional untuk mengatasi tantangan maritim sangat penting untuk setiap negara maritim. Negara-negara pesisir Samudra Hindia memiliki banyak kesamaan, termasuk kekhawatiran dan kesengsaraan mereka. Keselamatan dan keamanan ekonomi negara-negara pesisir Samudra Hindia tergantung pada penggunaan Samudra Hindia secara aman. Negara-negara pesisir mungkin mengabaikan dan tidak menyadari fakta penting ini, tapi menimbulkan bahaya bagi kesejahteraan bangsa dan rakyatnya.

Indian Ocean Naval Symposium tidak diragukan lagi merupakan pengorganisasian mulia tatanan keamanan maritim regional untuk mengatasi tantangan keamanan maritim secara kolektif. Sejak tahun 2008, IONS telah membuktikan diri sebagai bagian integral dari pembangunan keamanan maritim di Samudra Hindia. Forum ini sekarang telah menjadi sangat diperlukan untuk memikul tanggung jawab dalam menjaga keamanan dan keselamatan Samudra Hindia bagi semua pengguna.

Ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi, tapi interposisi kepemimpinan konstruktif secara tepat waktu tentunya akan mengubah forum ini menjadi salah satu forum yang hidup. IONS mungkin tidak memecahkan setiap masalah setiap negara pesisir dalam domain maritim, tapi tentunya akan menciptakan mekanisme untuk merespons dengan lebih cepat ketika dibutuhkan, dan ada kemauan untuk memberikan dukungan. Untuk itu, pelaut dan kelasi harus mengingat bahwa memperluas kerja sama tersebut di masyarakat maritim bukanlah sesuatu yang baru; hal itu merupakan bagian dari mereka yang melaut dan budaya Angkatan Laut.

Laksamana Pertama Mir Ershad Ali menulis “Relevansi IONS sebagai Konstruksi Kerja Sama Keamanan: Analisis Kritis” untuk edisi khusus Navy Journal yang diterbitkan oleh Markas Besar Angkatan Laut Bangladesh dan didistribusikan selama Indian Ocean Naval Symposium di Dhaka pada Januari 2016. Kutipan ini telah diedit agar sesuai dengan format FORUM dan diterbitkan atas izin dari Angkatan Laut Bangladesh. Analisis ini merupakan pendapat tersurat maupun tersirat dari penulis dan tidak mewakili pandangan Angkatan Laut Bangladesh.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button