Cerita populer

Hubungan Korea Selatan dan Jepang meningkat setelah uji coba nuklir Korea Utara

Reuters

Uji coba nuklir Korea Utara pada Januari 2016 memicu meningkatnya kewaspadaan di Jepang dan Korea Selatan, namun hasil yang lebih positif adalah menguatnya upaya rekonsiliasi yang rapuh yang dapat memacu kerja sama militer di antara kedua sekutu utama A.S. itu.

Jepang dan Korea Selatan mencapai kesepakatan penting pada Desember 2015 untuk menyelesaikan masalah “wanita penghibur” yang dipaksa bekerja di rumah bordil militer selama masa perang Jepang, yang telah menjadi hambatan emosional untuk mencapai hubungan yang lebih baik. Jepang meminta maaf dan menjanjikan bantuan sekitar 1 miliar yen (8,47 juta dolar A.S.) untuk membantu para wanita yang masih hidup yang dipaksa untuk menjadi pelacur di masa perang.

Ledakan nuklir terbaru Korea Utara bisa memperkuat rekonsiliasi itu, demikian yang dikatakan oleh pejabat militer dan ahli pertahanan, ketika kedua negara itu bersatu melawan ancaman bersama. Ternyata uji coba nuklir itu bisa memicu kerja sama militer dan mencairkan hubungan membeku yang sudah lama terjadi, meskipun mereka adalah sekutu terdekat Washington di wilayah tersebut.

“Saya kira pakta tentang wanita penghibur dan uji coba nuklir Korea Utara bisa memacu kerja sama militer,” kata seorang perwira senior Angkatan Laut Jepang kepada Reuters yang berbicara dengan syarat tidak disebutkan jati dirinya. “Uji coba itu telah memperburuk situasi keamanan di wilayah tersebut.”

Presiden Korea Selatan Park Geun-hye berbicara melalui telepon kepada Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe setelah uji coba nuklir Korea Utara. Mereka membahas perlunya kerja sama yang erat satu sama lain, serta dengan Amerika Serikat, Tiongkok, dan Rusia, demikian menurut kantor Kepresidenan Korea Selatan.

Pejabat pertahanan senior dari Korea Selatan, Jepang, dan A.S. mengadakan konferensi video dan setuju “untuk terus bekerja sama dengan erat dan berbagi informasi tentang ancaman nuklir Korea Utara,” kata juru bicara Pentagon Jeff Davis.

Menteri Pertahanan A.S. Ash Carter juga berbicara melalui telepon kepada Menteri Pertahanan Jepang Jenderal Nakatani dan “sepakat bahwa kerja sama trilateral dengan Korea Selatan sangat penting untuk melakukan pencegahan dan memelihara perdamaian dan keamanan di Asia Timur Laut dan sekitarnya.”

Merenggangnya hubungan antara Korea Selatan dan Jepang telah membuat Washington khawatir karena pihaknya semakin mengandalkan sekutunya di wilayah Indo-Asia-Pasifik untuk bekerja sama guna menjamin keamanan di wilayah tersebut di tengah meningkatnya kekuatan militer Tiongkok.

Ketegangan di masa lalu telah mencegah tercapainya persetujuan di antara Jepang dan Korea Selatan untuk berbagi informasi militer sensitif. Upaya untuk melembagakan kerja sama keamanan melalui Perjanjian Keamanan Umum Informasi Militer pada tahun 2012 gagal setelah munculnya penolakan yang signifikan di lingkar politik dan publik Korea Selatan.

Dalam upaya untuk mengatasi kebuntuan itu, Washington menyepakati pada tahun 2015 untuk bertindak sebagai perantara guna memungkinkan Seoul dan Tokyo untuk bertukar intelijen.

“Ini benar-benar merupakan kepentingan dari ketiga negara bahwa kita tidak memiliki kesenjangan informasi ketika Anda mencoba untuk membela negara Anda terhadap rudal balistik,” kata Laksamana Madya Joseph Aucoin, komandan Armada Ke-7 A.S.

Meskipun demikian, Abe dan Park akan masih harus melangkah dengan hati-hati di seputar kepahitan yang sudah lama terpendam sejak Perang Dunia II.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button