Cerita populer

Australia: Tidak ada rencana untuk menghentikan penerbangan pengintaian di atas Laut Cina Selatan

Reuters

Australia tidak akan tunduk pada tekanan Tiongkok untuk menghentikan penerbangan pengintaian di atas pulau-pulau yang disengketakan di Laut Cina Selatan yang berada di pusat klaim tumpang tindih antara Tiongkok dan beberapa negara tetangga, demikian yang dikatakan Menteri Pertahanan Marise Payne pada Desember 2015.

Departemen Pertahanan Australia mengatakan bahwa salah satu pesawatnya telah terbang untuk melakukan “patroli maritim rutin” di atas Laut Cina Selatan dari 25 November hingga 4 Desember 2015.

Tiongkok mengklaim sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan yang menjadi tempat lalu lintas kapal pengangkut perdagangan dunia senilai lebih dari 68 kuadriliun rupiah (5 triliun dolar A.S.) setiap tahunnya, seperlimanya menuju ke dan berasal dari pelabuhan A.S.

Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga mengklaim bagian wilayah Laut Cina Selatan tersebut.

Tiongkok sedang membangun tujuh pulau di atas terumbu karang di Kepulauan Spratly, termasuk landasan udara sepanjang 3.000 meter pada salah satu lokasi itu, demikian menurut citra satelit.

Kegiatan tersebut telah memicu ketegangan regional. Pada Oktober 2015, kapal perusak berpeluru kendali A.S. berlayar di dekat salah satu pulau buatan Tiongkok sehingga menimbulkan teguran penuh amarah dari Beijing.

Payne mengatakan bahwa Canberra tidak akan terintimidasi oleh peringatan dari Beijing, yang lagi-lagi menanggapi patroli Australia dengan penuh amarah, dan menggambarkan penerbangan itu sebagai bagian rutin dari peran Australia dalam membantu menjaga stabilitas dan keamanan regional.

“Kami selalu menavigasi dalam cara yang sangat konstruktif di kawasan itu,” katanya kepada jurnalis di Adelaide.

Kementerian Luar Negeri Tiongkok, saat ditanya tentang penerbangan Australia, mengatakan bahwa negara-negara di luar kawasan ini seharusnya tidak “dengan sengaja mempersulit masalah ini.” Juru bicara Kementerian Hong Lei mengatakan bahwa tidak ada yang bisa ditambahkannya.

Media Tiongkok belum pernah dikekang dengan begitu ketatnya.

Tabloid berpengaruh Global Times, yang diterbitkan oleh People’s Daily, harian resmi Partai Komunis yang berkuasa, menyiratkan pada Desember 2015 bahwa mungkin ada pembalasan militer jika Australia bersikeras melaksanakan patroli tersebut.

“Pesawat terbang militer Australia sebaiknya tidak datang secara reguler ke Laut Cina Selatan supaya tidak menambah masalah, dan terutama jangan menguji kesabaran Tiongkok dengan mendekati pulau dan terumbu karang Tiongkok,” tulisnya dalam sebuah editorial.

Tiongkok dan Australia bersahabat dan harus bertindak seperti itu, demikian ungkapnya. “Semoga saja tidak akan terjadi bahwa suatu hari nanti, oleh karena kombinasi faktor-faktor aneh, secara tidak disengaja sebuah pesawat terbang ditembak jatuh dan ternyata pesawat terbang Australia.”

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button