Jepang meluncurkan unit intelijen terorisme sebelum akhir tahun

Staf FORUM
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berencana untuk membuat unit intelijen baru yang menangani operasi terorisme sebelum akhir tahun, ketika masyarakat internasional menghimpun front bersatu dalam memerangi Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) dan organisasi ekstremis kekerasan lainnya.
“Kami akan meningkatkan langkah-langkah kontraterorisme kami, dan memperkuat pengumpulan intelijen kami bersama dengan masyarakat internasional merupakan masalah yang mendesak,” kata Abe pada November 2015, demikian menurut surat kabar The Japan Times.
Rencana awal menyerukan Unit Pengumpulan Intelijen Kontra-Terorisme Internasional untuk memulai operasinya sebelum April 2016. Serangan di Paris pada 13 November 2015 membuat memerangi ancaman teroris menjadi prioritas yang lebih besar dan menyebabkan pejabat Jepang mempersingkat kerangka waktu pembentukannya.
Kementerian Luar Negeri Jepang memasang pemberitahuan di situs webnya bahwa pihaknya merekrut “analis pakar” sementara “untuk mempelajari informasi mengenai Negara Islam, Al-Qaeda, dan kelompok teroris lainnya di Afrika dan Asia Tenggara,” menurut Japan Real Time, blog di situs web surat kabar The Wall Street Journal.
Menurut Japan Real Time, lowongan pekerjaan tersebut — yang dipasang sebelum serangan Paris — meminta agar pelamar untuk pekerjaan analis tersebut “memiliki pengetahuan dan pengalaman mempelajari kegiatan teroris di Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara, dan mampu berbahasa Inggris. Kemahiran dalam bahasa Arab, bahasa Prancis, bahasa Indonesia, dan bahasa setempat lainnya merupakan nilai tambah.” Hanya warga negara Jepang yang memenuhi syarat untuk mengisi posisi itu.
Menteri Luar Negeri Jepang Fumio Kishida mengatakan dalam konferensi pers pada November 2015 bahwa selain Unit Pengumpulan Intelijen Kontra-Terorisme Internasional yang baru didirikan tersebut, dia juga akan menunjuk ke kedutaan besar dan konsulat Jepang di luar negeri “orang-orang yang cocok yang berpengalaman dalam kondisi terorisme internasional, kondisi dan bahasa setempat, dan dengan demikian memperkuat kemampuan pengumpulan intelijen Jepang.”
Unit tersebut akan memiliki basis di ibukota Yordania, Mesir, Indonesia, dan India, demikian menurut The Japan Times.
“Saya pikir hanya ada sedikit keraguan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk memperkuat secara tegas kemampuan kami dalam mengumpulkan intelijen mengenai terorisme internasional,” kata menteri luar negeri.