Cerita populer

Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan berjanji untuk meningkatkan hubungan trilateral

Staf FORUM

Pertemuan yang sangat diantisipasi antara Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan — pertemuan tingkat tinggi pertama dalam 3,5 tahun — tercapai pada 1 November 2015. Kekuatan Asia Utara dan Timur tersebut menyatakan bahwa pandangan mereka tentang kerja sama trilateral dan kebutuhan mereka untuk melanjutkannya telah “benar-benar dipulihkan.”

“Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan merupakan negara tetangga, dan karena kita adalah tetangga, ada masalah yang sulit di antara kita,” kata Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, demikian menurut Reuters. Pembicaraan antara tiga kekuatan telah terhenti sebagian karena perselisihan teritorial dan ketegangan sejarah dengan Jepang.

Meskipun demikian, Abe, Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang, dan Presiden Korea Selatan Park Geun-hye sepakat untuk memperluas kerja sama sosial dan ekonomi guna membantu tercapainya Asia Timur Laut yang lebih makmur dan meningkatkan kerja sama antara tiga negara untuk menghasilkan pertumbuhan baru.

Pertemuan tersebut, yang diselenggarakan oleh Park di Seoul, juga memberi negara-negara itu kesempatan untuk membahas salah satu ancaman keamanan lebih besar yang mungkin segera terjadi di Asia Timur Laut: Korea Utara dan program nuklirnya. Abe, Li, dan Park bersumpah untuk “menentang tindakan apa pun yang dapat menyebabkan ketegangan di Semenanjung Korea atau melanggar resolusi Dewan Keamanan P.B.B. yang relevan,” lapor surat kabar Financial Times.

Pembicaraan enam pihak yang difokuskan untuk mengakhiri program nuklir Korea Utara telah terhenti sejak tahun 2008. Para ahli tetap merasa ragu bahwa diskusi akan berlanjut dalam waktu dekat karena Korea Utara tampaknya meningkatkan perlombaan senjatanya dan mengembangkan program senjata yang lebih canggih. Amerika Serikat dan Rusia adalah dua anggota lain dari pembicaraan tersebut, selain Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan Korea Utara.

“Tidak ada yang berangan-angan bahwa konferensi tingkat tinggi itu seperti tongkat ajaib, tapi ada banyak hal mudah dicapai yang dapat difokuskan para pemimpin untuk meluncurkan langkah-langkah pembangunan kepercayaan di wilayah yang penuh dengan ketegangan,” kata Jeff Kingston, direktur studi Asia di Temple University di kampus Jepang, kepada Bloomberg. “Penting sekali sekarang untuk menindaklanjuti dengan cepat konferensi tingkat tinggi tersebut dengan beberapa prakarsa nyata yang akan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan isu-isu prioritas utama yang lebih kontroversial.”

Kerja sama ekonomi mungkin merupakan prakarsa pertama yang Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan dapat fokuskan pada langkah-langkah pembangunan kepercayaan tersebut. Upaya ini bisa dicapai melalui penyelesaian kawasan perdagangan bebas 16 negara dan kesepakatan perdagangan terpisah tiga negara yang sudah dibicarakan sejak tahun 2013, yang disebut Kemitraan Ekonomi Menyeluruh Regional (Regional Comprehensive Economic Partnerships – RCEP).

Tiongkok tetap menjadi salah satu pendorong terbesar untuk RCEP, yang akan menciptakan apa yang disebut Reuters “blok perdagangan bebas terbesar di dunia yang beranggotakan 3,4 miliar orang.” Sepuluh negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara dan India termasuk dalam 16 negara yang merupakan bagian dari negosiasi perdagangan tersebut.

Kantor Sekretaris Jenderal P.B.B. Ban Ki-moon mengeluarkan pernyataan singkat yang menyambut “dengan hangat” dimulainya kembali pertemuan trilateral tersebut.

“Dia berharap bahwa dimulainya kembali format pertemuan trilateral tersebut akan memperkuat kolaborasi antara tiga negara dan mendorong perkuatan kerja sama di Asia Timur Laut,” ungkap pernyataan itu. “Perserikatan Bangsa-Bangsa mendorong semua pihak untuk bekerja sama guna mempromosikan kepercayaan timbal balik dan kerja sama untuk perdamaian dan kemakmuran di kawasan ini.”

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button