Cerita populer

Pelayaran melewati pulau-pulau buatan Tiongkok bukan suatu ancaman, ungkap komandan A.S.

The Associated Press

Tantangan Angkatan Laut A.S. baru-baru ini terhadap klaim kedaulatan Tiongkok di Laut Cina Selatan tidak dirancang sebagai ancaman militer, demikian ungkap kepala pasukan militer A.S. di Pasifik dalam sebuah pidato yang sebagian besar bernada optimis pada November 2015 tentang prospek untuk mencegah meningkatnya perselisihan A.S.-Tiongkok.

Dalam pertemuan tingkat tinggi terpisah pejabat militer kedua negara — satu pertemuan di Beijing dan satu pertemuan di Malaysia — pejabat-pejabat tingkat tinggi Tiongkok sekali lagi menyatakan kekesalan negara mereka atas pelayaran kapal perang A.S. melewati pulau-pulau yang dibangun oleh Tiongkok, selagi juga mengungkapkan harapan bahwa kedua belah pihak dapat membangun kepercayaan lebih lanjut.

Berbicara di sebuah universitas di ibukota Tiongkok, Komandan Komando Pasifik A.S. Laksamana Harry B. Harris Jr. mengutip pernyataan terbaru dari Menteri Pertahanan A.S. Ash Carter bahwa tatanan internasional ”menghadapi tantangan dari Rusia dan, dengan cara yang berbeda, dari Tiongkok, dengan klaim maritim ambigunya,” termasuk klaim Beijing terhadap hampir semua wilayah di Laut Cina Selatan.

Akan tetapi, Harris mengatakan bahwa keputusan untuk mengirim USS Lassen, kapal perusak yang dilengkapi peluru kendali, ke Laut Cina Selatan di dekat Subi Reef, dalam 12 mil laut (22 kilometer) batas teritorial yang diklaim oleh Tiongkok, dimaksudkan untuk menunjukkan prinsip kebebasan navigasi.

“Saya benar-benar percaya bahwa operasi rutin ini tidak boleh ditafsirkan sebagai ancaman bagi negara mana pun,” kata Harris. “Operasi ini berfungsi untuk melindungi hak-hak, kebebasan, dan penggunaan yang sah dari laut dan wilayah udara yang dijamin untuk semua bangsa berdasarkan hukum internasional.”

Tiongkok pada saat itu memprotes patroli USS Lassen, menyebutnya sebagai “provokasi yang disengaja,” dan mengirim dua kapal perang untuk membayangi kapal A.S. Meskipun Tiongkok menyebut tindak itu ilegal, hukum internasional memungkinkan kapal perang untuk singgah ke perairan teritorial negara-negara lainnya berdasarkan prinsip “perlintasan damai.”

Di pertemuan pada awal November 2015 di ibukota Malaysia Kuala Lumpur, Menteri Pertahanan Tiongkok Chang Wanquan menegaskan pandangan Tiongkok bahwa patroli yang dilakukan USS Lassen merupakan tindakan ilegal, demikian menurut dua orang pejabat pertahanan senior A.S. yang menghadiri pertemuan itu.

Carter dan Chang berbicara selama 40 menit di sela-sela pertemuan menteri pertahanan Asia.

Dalam sambutannya, Harris mengatakan bahwa A.S. tidak ingin perbedaan pendapat mengganggu peluang untuk membangun hubungan militer-ke-militer yang lebih erat dengan Tiongkok. Dia mencontohkan sejumlah langkah yang diambil untuk meningkatkan operasi militer yang aman di Indo Asia Pasifik. Tiongkok dan lima pemerintah lainnya mengklaim Laut Cina Selatan baik sebagian atau seluruhnya.

A.S. tidak mengakui fitur buatan manusia Tiongkok, termasuk Subi Reef, sebagai pulau-pulau sah yang berhak mengklaim laut teritorial, dan para pejabat A.S. mengatakan bahwa mereka berencana untuk melakukan patroli di dekat pulau-pulau itu secara teratur guna menegakkan pandangan itu. Tiongkok telah mereklamasi sekitar 809 hektar lahan di rangkaian pulau Spratly sejak tahun lalu, dan sekarang sedang membangun pelabuhan, perumahan, dan landasan udara.

Harris berada di Beijing pada kunjungan pertamanya sebagai komandan Komando Pasifik A.S., yang bertanggung jawab untuk operasi militer A.S. di seluruh Indo Asia Pasifik.

Dalam sambutannya, laksamana itu sebagian besar bersikap optimis dalam penilaiannya tentang prospek untuk meningkatkan hubungan dengan Tiongkok, mengatakan bahwa dia tidak mengikuti pandangan pesimis bahwa konflik tak dapat dihindari. Selagi mengatakan bahwa sebagai seorang komandan militer dia diwajibkan untuk “melihat melalui lensa yang lebih gelap dan minum dengan gelas setengah kosong,” dia menegaskan bidang-bidang kepentingan bersama A.S.-Tiongkok dan cara-cara yang dapat ditempuh kedua negara untuk menjalin kerja sama.

“Saya setuju dengan banyak rekan-rekan Tiongkok saya yang telah lebih menekankan kerja sama daripada konfrontasi,” kata Harris, demikian menurut salinan kata sambutan yang dipersiapkannya yang diberikan kepada jurnalis yang bepergian bersama dengan Menteri Pertahanan Carter di Malaysia.

“Saya terus melakukan pembicaraan pribadi dan jujur dengan para pemimpin militer Tiongkok, itulah mengapa saya berada di Tiongkok pekan ini,” tambahnya.

Pernyataan Harris mencerminkan sebagian penekanan administrasi Presiden A.S. Barack Obama pada pendalaman hubungan ekonomi, diplomatik, dan militer A.S. di seluruh Indo Asia Pasifik — yang disebut “poros ke Pasifik” setelah perang selama bertahun-tahun di Afganistan dan Irak. Akan tetapi, hubungan A.S. dengan Tiongkok telah dipersulit dengan apa yang dilihat A.S. sebagai langkah agresif dan niat buram militer Tiongkok di Laut Cina Selatan.

Meskipun ketidakpercayaan masih ada di kedua sisi, keterlibatan kedua negara sedang meningkat.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button